“Jangan kendur, kita harus tetap berjuang!”
Di atas panggung di depan ribuan orang, Bendesa Adat Kepaon, Ida Bagus Suteja berorasi untuk membakar semangat tersebut. “Mari kita berjuang, walaupun diintimidasi, kita harus tetap maju berjuang dan melawan,” tegasnya.
“Apapun yang terjadi jangan pernah mundur. Mari kita terus berjuang. Ayo maju, ayo terus maju,” Suteja berseru. Dia menutup orasinya dengan pekikan tolak reklamsi Teluk Benoa, Batalkan Perpres 51 tahun 2014.
Ribuan penggemar musik yang dominan anak-anak muda menjawab dengan gemuruh dan kepalan tangan kiri. Mereka memenuhi konser mini Tolak Reklamasi Teluk Benoa, Batalkan Perpres 51 Tahun 2014 yang diadakan Desa Adat Kepaon dan Desa Adat Pemogan, Denpasar kemarin malam.
Kepaon dan Pemogan berhadapan langsung dengan Teluk Benoa di sisi selatan Denpasar. Karena itu dapat dipastikan bahwa rencana reklamasi Teluk Benoa akan berdampak buruk bagi kedua Desa tersebut.
Mereka menggelar konser mini sebagai alat perlawanan melawan upaya pengurugan Teluk Benoa. Konser ini sekaligus solidaritas terhadap relawan-relawan Bali Tolak Reklamasi untuk terus melawan kriminalisasi dan intimidasi.
Desa Adat yang terus berjuang selama kurang lebih empat tahun itu terus berupaya untuk membatalkan rencana reklamasi Teluk Benoa. Kini bersama para pemuda desanya menggelar konser musik tolak reklamai Teluk Benoa.
“Kita sudah berjuang selama lebih dari tiga tahun dan kini masuk tahun ke empat untuk mempertahankan budaya, alam dan lingkungan demi masa depan anak cucu kita,” kata Ida Bagus Suteja.
Dalam orasi di atas panggung konser mini, IB. Suteja menyerukan kepada penonton yang memadati tribun Wantilan Sari Wisata Budaya Barong & Kris Dance untuk terus maju sekalipun diintimidasi. Ia juga menekankan kepada penonton yang didominasi anak-muda itu untuk terus maju dan Desa Adat Kepaon Pemogan tetap solid untuk berjuang.
Bantahan
Ketua Karang Taruna Ketut Suparta dalam orasinya menyampaikan penolakannya terhadap reklamasi teluk benoa. Dia juga membantah adanya dukungan terhadap reklamasi Teluk Benoa. “Tidak benar jika Karang Taruna Desa Pemogan mendukung reklamasi karena saya dan Karang Taruna konsisten bersama desa adat di Kepaon Pemogan menolak reklamasi Teluk Benoa,” ujar Ketut Suparta.
Penolakan Ketua Karang Taruna itu mendapat semua musisi yang hadir seperti Rawback, Sick Bastard, Racun Timur Menggoda, Jerinx Superman Is Dead, Relung Kaca (Buleleng), The Djihard dan Marjinal, band dari Jakarta.
Jerinx, pentolan dan penabuh drum Superman Is Dead juga berseru. ”Mari melawan dengan cantik dan anggun. Jangan pernah mundur,” katanya.
“Jangan pernah bosan karena pada saat kita bosan, maka di situ investor akan menang. Kita berjuang telah memasuki tahun ke empat untuk melawan kekuatan politik dan uang,” ujarnya di sela-sela Ia menyanyi.
Dalam konser mini tolak reklamasi ini, band Relung Kaca juga menyanyikan lagu Nyanyian Kecil untuk Sawah. Sebuah lagu yang menyuarakan protes mereka atas alih fungsi sawah yang semakin marak karena industri real estate.
Sementara itu Koordinator ForBALI I Wayan Gendo Suardana dalam orasinya menyampaikan jika berita karang taruna pro reklamasi itu salah. Bahkan ia kembali meminta ketua karang taruna untuk memperkenalkan dirinya.
Konser mini tolak reklamasi yang dibuat ini menurutnya adalah bentuk solidaritas kepada para relawan Bali Tolak Reklamasi yang saat ini menghadapi intimidasi dan kriminalisasi. Konser mini akan terus berlanjut dari kampung ke kampung di desa ke desa.
“Hari ini Kepaon dan Pemogan. Minggu depan Sumerta dan akan terus berlanjut,” kata Gendo.
“Kita kuatkan kawan-kawan kita yang saat ini dikriminalisasi dan diintimidasi. Kita sampaikan bahwa mereka tidak sendiri. Kita desak aparat untuk menghentikan kriminalisasi. Kalo ada alat negara, alat kekuasaan yang melakukan intimidasi, Rakyat akan melawan dan puputan akan terjadi jika reklamsi Teluk Benoa dipaksakan,” pekik Gendo dalam orasinya.
Dalam orasinya Gendo juga menunjukan jika solidaritas itu nyata. Gerakan Bali Tolak Reklamasi mendapatkan banyak simpati bahkan menurutnya Marjinal, musisi dari jakarta datang dan tidak dibayar. “Kita sambut Marjinal,” ujar Gendo mengakhiri orasinya.
Di sela-sela penampilannya, band punk terkemuka, Marjinal, juga menyampaikan jika mereka datang untuk bersolidaritas. “Kami datang sebagai anak negeri untuk bersolidaritas kami kepada para tetua adat dan seluruh rakyat Bali yang selama hampir empat tahun berjuang menolak reklamasi Teluk Benoa,” kata Mike, vokalis Marjinal.
“Fakta dan nyata rakyat punya daulat untuk meminta negara mencabit perpres 51 tahun 2014,” ujarnya. [b]