Oleh Luh De Suriyani
Warga dan komunitas seni mengharapkan pemerintah tidak melarang pelaksanaan parade ogoh-ogoh (boneka raksasa menyerupai raksasa) tahun ini hanya karena alasan kesiapan menjelang Pemilu. Parade ogoh-ogoh bukan huru-hara sehingga pelaksanaannya tak perlu dilarang. Ogoh-ogoh sudah dianggap simbol pergantian tahun Caka umat Hindu di Bali yang dirayakan sehari sebelum Nyepi.
“Pemerintah melihat parade ogoh-ogoh dalam kacamata konflik sehingga karya seni ini menjadi momok. Jangan mengorbankan karya seni dan ekspresi anak muda karena Pemilu,” ujar Mangku Candra, pendiri komunitas Gases Bali, salah satu kiblat pembuatan ogoh-ogoh di Bali, di bengkel seninya, Selasa lalu.
Candra malah mengkhawatirkan efek negatif jika parade ogoh-ogoh dilarang. Menurutnya anak muda yang biasa berkumpul sehari sebelum Nyepi atau disebut Pangerupukan itu akan memilih untuk mabuk-mabukan dan membuat keramaian tanpa arti di jalanan.
“Ini sudah pernah terjadi ketika ogoh-ogoh pernah dilarang sebelumnya. Anak muda yang begadang sepanjang malam jelang Nyepi memilih membuat keonaran di sepanjang Jalan Sesetan Denpasar,” katanya tanpa merinci tahun kejadiannya.
Menurutnya, sangat mudah mencegah kerusuhan atau pelanggaran kampanye saat parade ogoh-ogoh ini. Yakni dengan membuat kesepakatan tertulis yang berisi penanggung jawab masing-masing banjar (komunitas warga adat) untuk tertib dan mentaati peraturan saat parade.
“Peraturan tak tertulis yang selama ini ditaati banjar seperti dilarang mabuk-mabukan dan meledakkan petasan, serta pengamanan swadaya oleh pecalang (tim keamanan adat) masing-masing,” tambah Candra.
Senada dengan Candra, salah seorang warga, I Komang Gelgel, menyayangkan pelarangan parade ogoh-ogoh dengan alasan Pemilu. “Apa urusannya Pemilu dengan ogoh-ogoh. Kami anak muda sangat memantikan prosesi pembuatan ogoh tiap tahun karena merangsang kreasi dan kebersamaan,” ujarnya.
Di bengkel seni Gases di Jalan Sesetan Denpasar, sejumlah seniman tengah membuat belasan ogoh-ogoh yang dipesan kelompok warga dan hotel. “Karena tidak diijinkan banjarnya membuat ogoh-ogoh, ada sejumlah kelompok warga yang memesan ogoh-ogoh ukuran kecil, demikian juga sejumlah hotel,” kata Candra yang juga berbisnis pembuatan wadah (sarana ngaben), dan karya seni lainnya ini.
Seperti diberitakan, Paruman (musyawarah) Majelis Madya Desa Pakraman Denpasar memutuskan untuk meniadakan pembuatan ogoh-ogoh baik dalam skala kecil maupun besar, pada perayaan Nyepi Tahun Baru Caka 1931, 26 Maret mendatang.
Para bendesa pakraman yang merupakan pimpinan desa pakraman menyepakati ditiadakannya ogoh-ogoh untuk menjaga ketertiban pelaksanaan tapa brata penyepian yang waktunya berimpitan dengan Pemilu yang dimulai 9 April nanti.
Imbauan ini telah disetujui Walikota Denpasar dan diteruskan ke seluruh kepala adat dan lurah di Denpasar.
Parade ogoh-ogoh tiap tahun selalu menarik perhatian warga dan wisatawan ketika ratusan ogoh-ogoh diarak anak kecil dan oang dewasa mengelilingi wilayahnya masing-masing. Boneka raksasa yang biasa dibuat dengan rupa menyeramkan ini mulai populer dari tahun 1990 saat difestivalkan dalam Pesta Kesenian Bali. [b]
English text version find at: http://www.thejakartapost.com/news/2009/03/05/ban-ogohogoh039-protested.html-0
jika budaya dan tradisi dilarang oleh pemerintah dengan alasan ketertipan menjelang pemilu, maka berarti para pembesar menganggap rakyatnya sendiri sebagai gerombolan orang2 yang bodoh dan barbar. para pembesar beranggap, atau yakin, jika rakyatnya berkerumun, bakalan pasti terjadi kerusuhan dan perkelahian.
benarkah kita ini orang2 barbar, yang tidak tahu aturan, kesopanan dan budipekerti ??? mungkinkah alasan para penguasa indonesia ada benarnya ??? sudah matangkah kita berdemokrasi ??? pernahkah kita membaca berita tentang perkelahian antara simpatisan partai menjelang pemilu di-negara2 barat yang telah maju dan demokratis ???
sadarkah kita bahwa para politisi diseluruh dunia hanya memperalat pemilih (rakyat) untuk kepentingan mereka pribadi dan partai2 mereka ??? menjelang pemilu semua politisi diseluruh dunia mengumbar senyum, keramahan, membagi hadiah kecil yang berlogo partai masing2 dan janji2 gombal. setelah menang pemilu, semuanya bersemboyan “emangnye gue pikirin”. mungkinkah ogoh-ogoh dilarang karena bagi kelompok tertentu merupakan suatu simbol penyembahan berhala. walahuallam.
dinegara yang telah maju, pemerintah, kepala negara, menteri dan pejabat boleh berganti-ganti sesukanya, seperti kita berganti kancut, walaupun demikian kehidupan rakyat se-hari2 tetap normal seperti biasa,
sebab: rakyatnya sudah sadar, semuanya mengerjakan kewajiban masing2 sesuai dengan profisi masing2.
para pegawai negeri tetap bekerja dan tidak korupsi. pajak tetap jalan. pengadilan tetap jalan, sebab para hakim dan para eksekutif adalah pegawai negeri yang tidak bisa dipecat, jika tidak melanggar hukum.
saya pribadi sudah sejak lama sekali tidak percaya lagi kepada politisi2. sebagai seorang warga negara yang sadar, saya bekerja dan membayar pajak secara rutin.
pemilu ? emangnye gue pikirin !
kapankah negara kita bisa aman dan tentram, walaupun kabinetnya gonta-ganti ? bagaimana saya disuruh memilih, jika calegnya selebriti murahan yang seumur dengan anak2 saya ? pusing-pusing.
dari judulnya saya kira tentang masak-memasak. hehehe
*Sebal*
Giliran bisa pulang pas Nyepi malah gak ada Ogoh2
*padahal udah nyiapin kamera hix*
wah, saya baru denger nih. Apa keputusannya sudah final? Sayang sekali sebenarnya. Budaya yang hanya 1 tahun sekali itu harus ditunda hanya untuk kepentingan politik. Alangkah baiknya bila cukup di berikan ketentuan khusus untuk pelaksanaan ogoh2 tahun ini.
ini satu tanda pemerintahan SBY tidak kreatif. juga tidak memiliki kearifan lokal. Atau, mereka pinter. Tetapi tidak mampu berpikir kontekstual.
masalah e sih menurutku orang kita masih banyak yg ga bisa bedain acara politik ama acara laen… selama masa kampanye ini, apapun bentuk kegiatannya, pasti ada aja oknum2 yg menunggangi untuk berkampanye 😀
pernah kok aku mengahadiri pertemuan di satu desa, disana tiba2 ada seseorang yg sebenernya dikasi kesempatan buat kasi semacam sambutan, sempet2nya nyelipin kampanye nya… ck..ck..ck
nah, daripada kejadian kaya gitu di acara ngerupuk ( kali2 aja ada yg buat ogoh2 banteng moncong putih atawa ogoh2 punyan bingin de el el ) pemkotnya jadi ambil jalan gampang, dilarang deh pawai ogoh2 taun ini.
kalo kitanya sendiri udah cukup dewasa untuk tidak mencampur adukkan urusan politik dengan urusan2 laen, mungkin ga akan perlu pelarangan macam ini *peace
wah karena politik ya..
saya kira karena juga bertepatan dengan Upacara di Batur dan di Besakih