Gilimanuk bagi banyak orang mungkin cuma tempat singgah.
Desa di ujung barat Bali ini merupakan pintu keluar masuk Bali dari atau ke Jawa. Pelabuhan penyeberangan feri terbesar di Bali ada di desa yang masuk Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.
Gilimanuk telanjur terkenal pula sebagai tempat lahirnya salah satu menu kuliner Bali yang melegenda, ayam betutu Men Tempeh. Di bekas terminal lama Gilimanuk terdapat sekitar sepuluh warung yang memasang papan nama nyaris seragam, Ayam Betutu Men Tempeh Asli.
Jadilah, selama ini Gilimanuk terkenal karena dua hal tersebut bagi banyak orang, tempat penyeberangan dan makan ayam betutu legendaris.
Padahal, Gilimanuk ternyata punya tempat asyik juga buat jalan-jalan. Namanya Karang Sewu, gabungan antara padang rumput dan teluk.
Awal Agustus lalu, saya kesasar ke tempat asyik tersebut. Niat awal sebenarnya saya dan keluarga mau main ke Museum Purbakala Gilimanuk. Namun, museum yang menyimpan kerangka manusia Bali purba tersebut malah sudah tutup.
Oleh salah satu warga, kami malah disarankan untuk melali ke Karang Sewu saja. Yowis. Kami pun ke tempat tersebut karena sudah di depan pintu masuknya.
Lokasi Karang Sewu berjarak sekitar 300 meter dari jalan raya utama Gilimanuk – Denpasar. Jika dari arah Denpasar, jalan masuknya ini di kanan jalan.
Tak perlu bayar untuk masuk kawasan Karang Sewu ini. Siapa saja bisa masuk tempat yang masih masuk kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) tersebut.
Kesan pertama begitu kami melewati papan ucapan selamat datang adalah, “Waaaah, ternyata tempatnya luas juga. Asyik..”
Tempat ini serupa tanah lapang luas. Datar. Sebagian tanah berselimut rumput mengering. Sebagian lain sedikit berdebu. Tempat yang luas, datar, dan terbuka ini jadi pemandangan asyik.
Hal asyik lain tempat ini adalah banyaknya pohon bidara (Ziziphus mauritiana) di Karang Sewu ini. Pohon-pohon dengan dahan membentuk payung ini bisa jadi tempat berteduh.
Di bawah pohon bidara tersebut beberapa penjual bakso dan minuman menjual dagangannya. Di bagian lain, pengunjung bisa beristirahat sekadar duduk atau malah rebahan di bawah pohon bidara tersebut.
Dari bawah pohon bidara itu pula kita bisa menikmati birunya air laut di tempat tersebut.
Keliling
Nah, itu dia salah satu bagian lain yang asyik di Karang Sewu, teluk. Daerah ini dikelilingi hutan mangrove dengan air laut biru dan tenang. Karena itu kita pun bisa menikmati ketenangan laut tersebut.
Beberapa perahu bermotor diparkir di bawah rimbun pohon-pohon mangrove. Pemiliknya menyewakan perahu tersebut untuk pengunjung. Tarifnya berkisar antara Rp 150 ribu – Rp 250 ribu untuk waktu yang terserah kepada penyewa.
Saya sendiri tidak menyewa karena lumayan mahal untuk kantung. Hehehe..
Tapi, ketika kami di sana, ada sepasang turis asing sedang keliling teluk itu dengan perahu bermotor tersebut.
Kami sendiri memilih hanya jalan-jalan di beberapa bagian pantai berkarang itu. Ada dermaga dari kayu di mana pengunjung bisa menikmati laut lebih leluasa. Dermaga sepanjang kira-kira 10 meter itu bisa jadi tempat asyik buat foto-foto pula dengan latar belakang birunya laut, hijaunya hutan mangrove, serta samar-samar gunung di bagian utara Bali.
Selebihnya, kami memilih berteduh di bawah pohon bidara. Menikmati biru laut, rebahan, dan sesekali main sama kambing yang dibiarkan bebas makan rumput di sana. [b]