Mendeteksi depresi pada anak tidak semudah mendeteksi penyakit fisik.
Kadangkala orangtua tidak peka terhadap gejala-gejala yang dialami anak anak mereka. Anak dengan gangguan depresi kadangkala menampakkan gejala yang hampir serupa dengan hambatan emosional yang lazim terjadi, sampai pada akhirnya didapati beberapa gejala berikut.
Pertama, anak berperilaku menentang.
Dia menolak beberapa instruksi yang diminta, mengabaikan kontak verbal dengan orang tua atau guru, cenderung mengganggu teman dan uring-uringan. Fase ini disebut dengan fase protes.
Kedua, anak menjadi putus asa.
Pada fase ini di mana gangguan depresi mulai menampakkan gejala yang sesungguhnya. Anak mulai menolak makan, enggan beraktivitas, tidak mau bicara atau bertemu dengan teman sebaya. Fase ini disebut dengan fase disappears.
Ketiga, anak tidak mengenali lagi orang tua dan lingkungan.
Pada fase ini anak sudah benar-benar berada pada fase yang membahayakan. Anak sudah sangat kehilangan kontrol atas dirinya sehingga tidak mampu lagi mengenali orangtua maupun lingkungannya. Fase ini di sebut dengan fase detouch.
Dekati anak dengan kasih sayang dan perhatian penuh. Dengan demikian anak menjadi aman dan nyaman dalam mengatasi kesulitan kesulitan yang sedang dialami.
Adapun beberapa hal yang dapat memicu timbulnya gangguan depresi pada anak.
Pertama, stres. Anak dapat mengalami stres jika aktivitas harian yang dilakukan tidak seimbang. Anak harus melakukan banyak aktivitas seperti sekolah, ekstrakurikuler, les, mengerjakan pekerjaan rumah, menghadapi kemacetan, dan lain-lain.
Kedua, broken home. Anak yang terbiasa melihat pertengkaran orangtua, mendengar orangtua berbicara dengan kata-kata kasar dan membentak anak, dan serta mengalami kekerasan psikis maupun fisik mudah mengalami hentakan emosional dan trauma.
Ketiga, porsi bermain berkurang. Bermain dapat membuat otak anak memiliki kesempatan berkembang dan belajar. Anak yang tidak bermain berpotensi tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik.
Keempat, kecanduan gawai (gadget). Anak yang bermain permainan daring (game online) lebih dari 5 jam sehari dapat menyusut sel- sel otaknya yang berkolerasi pada kapasitas untuk berempati dan bersahabat. Anak menjadi memiliki hambatan dalam berinteraksi social.
Kelima, kebanyakan gula. Gula yang berlebih dapat menekan hormon pertumbuhan pada otak anak, sehingga anak berpotensi mengalami hambatan dalam kognisi dan emosi.
Jika anak menampakkan gejala gejala tersebut, cobalah untuk melakukan pendekatan secara intensif pada anak. Dekati anak dengan kasih sayang dan perhatian penuh. Dengan demikian anak menjadi aman dan nyaman dalam mengatasi kesulitan kesulitan yang sedang dialami.
Yakinkan pula anak mampu melewati masa masa sulitnya. Bantu dia untuk mengembalikan rasa percaya diri yang hilang. Bila memang gangguan depresi pada anak tidak dapat ditangani sendiri, meminta bantuan tenaga professional seperti psikolog dan psikiater anak sangat disarankan. [b]