Teks dan Foto Anton Muhajir
Pemimpin Revolusi China itu bersanding dengan ikon dunia glamour Amerika Serikat.
Mereka mewakili dua dunia yang berbeda. Mao Tse-tung, dipanggil juga Mao Zedong adalah pemimpin Revolusi Komunis di China. Nama pendiri Partai Komunis China pada 1946 hingga 1976 ini selalu disebut-sebut dalam pembicaraan tentang komunisme, seperti halnya Karl Marx dan Vladimir Ilyich Lenin.
Kalau Mao mewakili komunisme, maka Marilyn Monroe mewakili musuh bebuyutannya, kapitalisme. Monroe adalah aktris, model, dan penyanyi ikon hedonisme Amerika Serikat antara tahun 1950 hingga 1962. Hingga 40 tahun lebih setelah kematiannya, Monroe tetap menjadi ikon tentang sesuatu yang berhubungan dengan dunia glamour.
Mao dan Monroe ibarat siang dan malam, saling berlawanan sekaligus saling melengkapi. Di Garage Sale, pasar murah ala Bali Creative Community (BCC), keduanya bersanding mesra. Poster Ketua Mao, dipasang berdampingan dengan poster Monroe. Selain mereka, di dinding tersebut juga digantung poster film dan artis lain.
Tak hanya poster, obral murah ini juga menjual lain, seperti mainan, pakaian, sepatu, DVD, buku, dan aneka kerajinan. Sebagian besar barang tersebut adalah barang bekas atau barang baru tapi catat. Karena itu semuanya dijual dengan harga miring. Sepatu kanvas baru yang biasa dijual seharga Rp 250.000, misalnya, di tempat ini dijual Rp 50.000.
Kegiatan yang diadakan pada Sabtu pekan lalu tersebut diikuti 13 gerai (booth). Tiap gerai menjual satu item khusus. Dari paling ujung barat ada penjual sepatu, lalu disusul pakaian, perhiasan, buku dan majalah bekas, DVD, mainan mobil, sampai pernak-pernik aksesoris.
Menurut Arief Budiman, pegiat BCC dan penggagas acara ini, Garage Sale memang bertujuan untuk memanfaatkan barang-barang bekas maupun cacat sebagai bagian dari kepedulian lingkungan. “Tidak semua bekas. Banyak juga barang stok yang masih menumpuk di gudang lalu dijual,” kata Ayip, panggilan akrabnya.
Peserta obral murah dari beragam kalangan. Sebagian besar adalah pelaku industri kreatif di Bali. Ada ibu-ibu, ada juga anak kecil. Yoke Darmawan, salah satu peserta, menjual majalah dan novel bekasnya yang sebagian besar berbahasa Inggris. Majalah dan buku ini dijual murah, Rp 5.000. Yoke juga menjual sepatu-sepatu bekas bermerk ternama seperti Nike dan Adidas.
Ada pula Jeff Kristanto yang menjual aneka pernak-pernik, seperti gelas dan cangkir, dengan harga paling murah sampai Rp 1.000 per biji.
Pengunjung obral murah juga beragam, ada anak-anak hingga orangtua. Anak kami, Bani misalnya, penuh semangat 45 menjelajahi gerai-gerai yang menjual aneka mainan. Dia lalu beli mainan patung tentara dari plastik seharga Rp 1.000 per biji.
Sabtu sore lalu, ada sekitar 40 pengunjung ketika saya di sana. Karena sebagian besar penjual dan pembeli sudah saling kenal, maka obral murah juga jadi tempat ngobrol meriah. Obral murah ini berlangsung dari pukul 3 sore sampai malam. [b]