Siapa yang tidak mengenal sosok I Ketut Putra Ismaya Jaya?
Dialah mantan sekjen dan panglima perang salah satu ormas besar di Bali yaitu Laskar Bali. Ketut Ismaya atau sering dipanggil Jro Bima dahulunya adalah sosok preman yang sangat disegani di Bali. Fisiknya yang besar dan kekar menambah “sangar” penampilannya. Namun, di balik itu semua, ternyata dia adalah sosok ramah bahkan humoris. Berbeda dengan penampilannya.
Saat berkunjung ke rumahnya di bilangan Tonja Denpasar, awalnya saya juga was-was karena mendengar sepak terjang beliau sebelumnya. Namun, setelah bertegur sapa, suasana sangat cair. Bahkan Jro Bima berusaha untuk membuat saya tenang dan nyaman dengan obrolan dan humor segarnya.
Ketut Ismaya lahir pada 24 Mei 1978 di Amplapura Karangasem. Dia memiliki nama Cina Cuak Ang Liong karena ibunya keturunan Cina. Masa kecilnya dapat dibilang kelam karena sejak kecil sudah ditinggal ayahnya. Otomatis Jro Bima kecil hanya diasuh oleh seorang ibu.
Sejak kecil dia sudah terbiasa berkelahi di sekolah dan dimarahi gurunya. Dia juga harus bekerja di bengkel untuk membantu ibunya. Situasi tersebut tidak membuatnya minder, tetapi justru ia malah berprestasi sebagai atlet lari untuk Karangasem.
Jro Bima sempat untuk mencoba melamar menjadi tentara. Semuanya lolos, tetapi akhirnya dia harus merelakan cita-citanya menjadi tentara karena tangannya tremor. Gemetar akibat sering melakukan olahraga angkat berat.
Masuk Ormas
Jro Bima masuk ormas pada awalnya karena sering kumpul-kumpul dengan teman-temannya yang berbadan besar atau sering disebut “anak gym”. Mereka sering berkelompok ke dunia malam (dugem), sampai suatu hari mereka ribut dengan salah satu ormas besar di Denpasar yang saat itu sudah memiliki nama. Akhirnya mereka membentuk kelompok dengan nama Laskar Bali. Ketut Ismaya merupakan salah satu pendirinya dan bergabung ke Laskar Bali.
Pada tahun 2007 Ketut Ismaya keluar dari ormas Laskar Bali karena adanya “misskomunikasi” dengan anggota lainnya. Saat itu ada kejadian eksekusi pengosongan lahan, ia membela penduduk sedangkan ketua Laskar Bali membela BPN. Jro Bima saat itu berhadapan dengan ketua umum ormasnya sendiri. Ia bertekad membela penduduk, karena ia tahu saat itu penduduk berjanji kalau menang eksekusi akan menyumbang pretima emas ke salah satu Pura Sad Kahyangan Jagat dan juga saat itu penduduk sudah membawa putusan MA terkait sengketa tanah tersebut.
Ketut Ismaya saat itu terus bernegosiasi dengan ketua umumnya. Akhirnya ketua umumnya mau mundur dan memberikan eksekusi tanah oleh penduduk. Namun, saat itu ada “misinformasi” yang kurang baik di kalangan ormas. Dia dituduh menerima komisi besar dari penduduk dan tidak mau bagi-bagi dengan teman lain. Bahkan dia pun sempat bersumpah tidak mendapatkan komisi tersebut, tetapi tetap saja dia dituduh menerima komis besar.
Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari Laskar Bali pada tahun 2007.
Kemudian ia bekerja di perusahaan keuangan hanya berbekal ijazah tamat SMA. Walaupun hanya berbekal ijazah SMU bukan berarti ia tidak bisa meningkatkan kariernya. Ia akhirnya dipercaya sebagai kepala cabang perusahaan finansial tersebut dengan menyisihkan kandidat lain yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi.
Tahun 2013 saat pemilihan Gubernur, Ketut Ismaya kembali dirayu untuk masuk ke ormas Laskar Bali. Awalnya Ketut Ismaya menolak karena ia sudah menjadi kepala cabang dan sudah mewinten sebagai pemangku dan ngayah di Pura Candi Narmada Tanah Kilap. Karena terus dirayu, akhirnya ia meminta restu dari sesuhunannya dimana jika ia masuk ormas lagi ia berjanji mlakukan tiga hal yaitu membantu orang-orang lemah yang membawa kebenaran tetapi tidak memiliki uang, mendamaikan Laskar Bali dan Baladika, dan ketiga ingin memulihkan nama baiknya saat kasus eksekusi tanah sebelumnya.
Di awal kembalinya ke Laskar Bali, Ketut Ismaya menjadi salah satu korlap karena ia masih memiliki beberapa teman yang masih setia. Tahun 2015 ia diangkat menjadi Sekjen Laskar Bali saat itu terjadi keributan di Teuku Umar.
Ia bercerita mengenai pengalaman pahitnya masuk ormas. Dia pernah dikeroyok 30 orang di mana ternyata yang mengeroyok itu teman-temannya dalam satu ormas yang sama. Kejadian tersebut terjadi di Cafe Langit Biru. Selain itu ia pernah ribut di Gelogor Carik, pernah direndam oleh banyak orang di sana. Sedangkan pengalaman menyenangkan gabung di ormas menurut Ketut Ismaya ke mana-mana ia pasti disambut. Setiap orang hormat kepadanya.
Kemudian karena keinginannya ngayah untuk Bali, ia memutuskan maju sebagai anggota DPD RI mewakili Bali. Namun, ia mendapat sandungan. Ia saat mencalonkan diri sempat dipenjara karena melakukan kekerasan. Selain itu Ketut Ismaya kecewa dengan teman-temannya di Laskar Bali karena tidak mendapatkan suara dari anggota ormasnya walaupun saat itu ia sebagai sekjen ormas. Akhirnya ia tidak lolos di DPD RI dengan suara jauh dari target yang diinginkan. Karena kekecewaan itulah akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari ormas Laskar Bali.
Tidak lolos DPD RI dan keluar dari ormas tidak menyurutkan niatnya ngayah untuk Bali. Dengan branding nama KERIS yang ia gunakan saat mencalonkan DPD RI, ia tetap melanjutkan niatnya menjaga tanah Bali. Dengan menambah nama Kesatria di awal karena menurutnya banyak kesatria di tanah Bali. Ia memutuskan untuk mendirikan Yayasan Kesatria Keris Bali (YKKB). YKKB bergerak dalam bidang kemanusiaan sosial untuk membantu masyarakat Bali. Ia berharap dengan YKKB ini ia bisa melanjutkan keinginannya menjaga taksu tanah Bali.
Mimpinya ia bisa membuat koperasi, membuat sekolah Hindu dan membuat tempat pariwisata di Bali berbasis budaya. [b]