Teks Jaya Ratha, Foto Agus Sumberdana
Dam Oongan yang berlokasi di sekitar jalan Noja, Denpasar Timur, merupakan salah satu bangunan yang dibuat secara permanen oleh Belanda pada tahun 1925. Pada eranya, dam ini dibangun sebagai salah satu strategi yang dilancarkan pemerintah kolonial untuk mendapatkan hasil pajak yang lebih banyak dari masyarakat.
Dam Oongan mensupali air untuk sawah dan penduduk yang bermukim di sekitar kawasan Kesiman, Sanur hingga Renon. Namun seiring dengan pesatnya pembangunan di sekitar aliran sungai yang memasok air ke dam Oongan, kini salah satu dam tertua di bali ini tidak lagi bisa berfungsi seperti ketika awalnya dibangun. Pada musim kemarau debit airnya sangat kecil, sehingga tidak jarang sungai-sungai yang dipasok airnya dari dam ini menjadi kering.
Berbeda ceritanya dengan para penghobi mancing yang selalu setia nongkrong di lokasi ini. Setiap harinya hampir selalu ada 2-3 orang pemancing yang mencobakan umpannya ke dalam air dam Oongan.
Salah satu yang setia mancing di tempat ini adalah Gusti. Setiap minggunya Gusti selalu menyempatkan diri untuk datang ke lokasi ini. Menurutnya, ikan di dam Oongan lumayan banyak. Apalagi setelah musim hujan atau baru memasuki musim kemarau.
“Kemungkinan di bagian hulu sana ada kolam ikan yang ikannya terbawa aliran sungai saat musim penghujan,” katanya. Ikan-ikan yang sering dijumpai di dam ini, misalnya, lele, karper, lemujung dan netran.
Namun, menurut Gusti, kalau memancing di tempat ini tidak boleh berbuat macam-macam alias ngomong atau berbuat yang aneh-aneh. “Nak tenget ne dini,” ujarnya.
Gusti mengatakan beberapa orang pernah mencoba untuk bunuh diri di tempat ini. Selain itu, lanjutnya, beberapa kali juga pernah ditemukan mayat yang tersangkut di pintu air dam Oongan.
Karena itulah, Gusti tak terlalu suka kalau memancing sendiri. “Kalau saya datang mancingnya pagi, paling sebelum jam 12.00 saya sudah pulang. Kalau mancing sore juga tidak pernah sampai malam,” tambahnya.
Jam pulang mancing Gusti tergantung dari jumlah teman yang diajak memancing. Biasanya kalau sore terutama saat hari libur, yang datang mancing di sini cukup ramai bisa sampai 5-10 orang,” imbuh Gusti.
Strategi untuk memperoleh ikan oleh pemancing di tempat ini pun bermacam-macam. Mulai dari penggunaan umpan hingga teknik pemancingan.
Ketika bertemu saya beberapa pekan lalu Gusti membawa dua set alat pancingan dan mencobakan teknik memacing dengan menggunakan pelampung serta teknik pemancingan dasar (tanpa menggunakan pelampung). Dia memilih menggunakan ubi rebus sebagai umpan, karena ikan yang hendak ditargetnya adalah ikan karper. Ikan terbesar yang pernah ia peroleh di tempat ini berbobot 6 hingga 8 kilogram.
Bagi Gusti dia tidak begitu mementingkan hasil pancingan. Yang penting dapat bersantai sejenak menjalankan hobi memancingnya, bagi pak Gusti sudah cukup.
Berbeda dengan memancing di kolam-kolam pemancingan yang sempat menjamur di Denpasar beberapa waktu belakangan, memancing di dam Oongan memberikan suasana yang berbeda. Suasana yang sejuk dan sepi di dam Oongan dapat memberikan ketenangan di tengah hiruk pikuknya kota Denpasar. [b]