Teks dan Foto Agus Widiantara
“Jangan sampai mahasiswa luar Bali yang lebih semangat menyikapi hal ini, sedangkan mahasiwa di Bali tidak memiliki respon apa-apa,” kata Nandang.
Satu per satu masalah di Bali seperti pekerjaan rumah yang tidak mudah untuk diselesaikan. Lihat saja kasus pencurian pratima (benda sakral untuk keperluan upacara) dan Rancangan Tata Ruang Wilayah(RTRW) Bali belakangan ini. Dua isu ini sedang hangat menjadi sorotan media, masyarakat dan pemerintah Bali. Kesannya terkatung-katung. Bahkan, hingga saat ini belum ada titik benderangnya. Solusinya belum jelas.
Pariwisata telah menjadi bumerang bagi Bali. Karena itu perlu peran aktif seluruh elemen untuk mengatasi permasalahan, tak terkeculi mahasiswa yang sering didengungkan sebagai agen perubahan.
Hal ini menjadi garis besar pembahasan diskusi mingguan unit kegiatan mahasiswa (UKM) Pers Mahasiswa Institut Hindu Dharma Indonesia (IHDN) Denpasar. Kegiatan diikuti mahasiswa, organisasi memahasiswaan dengan mitra diskusi wartawan kontributor Bali seperti TV One, RCTI, dan MNCTV ini dilaksanakan di kampus IHDN Denpasar Jumat lalu.
Mahasiswa menjadi fokus utama dalam diskusi karena pentingnya peran mahasiswa, setidaknya pada era 1998 silam. Keademayeman mahasiswa, khususnya di Bali menjadi sorotan dalam diskusi mingguan tersebut.
“Mahasiswa seharusnya menjadi penggerak dalam setiap permasalahan dengan cara-cara seperti diskusi ini. Setidaknya peristiwa belakangan yang menimpa Bali harus menggugah teman-teman mahasiswa untuk menyikapinya,” jelas Ida Bagus Mahendra, wartawan TV One.
Sebagai wartawan Mahendra mengamati perubahan sosial Bali sebagai pulau pariwisata semakin terasa kuat. Apalagi dengan banyaknya pendatang Bali setiap tahunnya bertambah, setidaknya memengaruhi kelangsungan hidup masyarakat Bali pula.
Selain itu Mahendra juga menjelaskan Bali saat ini ibarat kue yang jadi rebutan investor. Saking larisnya, maraknya investor ini berdampak pada perekonomian Bali dan berimbas kepada masyarakat Bali pula. Banyak petani tak memiliki lahan lagi untuk menggarap petanian. Ya, karena habis terjual.
Pada akhirnya, alam Bali pun hancur karena eksplotasi berlebihan. Padahal ajaran Tri Hita Karana, tiga konsep keseimbangan hidup, acapkali didengungkan.
“Beragam pelanggaran dilakukan mengatasnamakan pariwisata,” katanya.
Bukan sampai di sana saja. Ia pun menilai jangan sampai Karangasem dan Buleleng seperti Kuta saat ini. Perluasan pariwisata oleh pemerintah agar tidak terfokus di satu tempat saja.
“Jangan sampai masyarakat Bali menjadi penghuni kos di wilayah sendiri,” tambahnya.
Menyikapi hal tersebut Nandang yang juga wartawan TV One menjelaskan agar mahasiswa peka terhadap situasi dan kondisi Bali saat ini.
“Jangan sampai mahasiswa luar Bali yang lebih semangat menyikapi hal ini, sedangkan mahasiwa di Bali tidak memiliki respon apa-apa,” paparnya.
Mahasiswa Universitas Mahasaraswati, Ngurah Aryawan alias Tiger menyambut baik diskusi mingguan tersebut. Ia berharap agar kegiatan seperti ini bisa dilakukan secara berkesinambungan.
“Kegiatan ini memberikan pemahaman kepada semua orang, khususnya mahasiswa dalam menyikapi keadaan sosial kekinian termasuk tentang RTRW,” papar mahasiswa yang aktif dalam salah satu organisasi kemasyarakatan di Bali ini.
Argawa, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Penerangan Agama Hindu IHDN Denpasar, juga sangat menyayangkan mahasiswa di IHDN yang sikapnya acuh-tak acuh mengenai keadaan yang saat ini menimpa Bali. Apalagi IHDN berbasis Hindu yang memiliki keilmuan spesifik dalam menyikapi keberadaan Hindu dan lingkungan di Bali. Namun, nyatanya dianggap angin lalu.
“Banyak mahasiswa tidak peduli dengan keadaan sekarang. Apalagi mahasiswa aktif di Organisasi kemahasiswaan. Ya, pura-pura tidak tahu. Padahal kalau ada kepentingannya, mereka dengan cepat mencari sensasi,” paparnya dengan miris.
Hal di atas merupakan langkah-langkah kecil yang bisa dilakukan mahasiswa saat ini. Tanggap dan respon, terhadap masalah kekinian tentunya menjadi alternatif untuk menyikapi permasalahn kompleks.
Mahasiswa, sebagai agen perubahan sebaiknya lebih baik dan tak sekadar teoritis. [b]
ha, ternyata diposting juga mas anton, thahks