Album terakhir Navicula nanti akan jadi karya terakhir Made Indria Dwi Putra.
Ia menyelesaikan sesi rekaman bass hanya dalam waktu lima jam, sehari sebelum kecelakaannya. “Tumben ia menyelesaikan seluruh sesinya dalam sehari,” kata Dadang aka Dankie, rekannya di Navicula saat menghadiri prosesi Ngaben, Selasa (3/4) di sema dekat rumahnya, Penamparan, Denpasar.
Seperti apa energi mendiang Made ini nantinya diramu dalam album Navicula?
Ratusan warga termasuk teman, musisi, dan keluarga mengantar prosesi mendiang kembali ke bumi. Menjadi abu lalu dilarung di laut. Untuk kembali ke pelukan pertiwi.
Sebelum pembakaran jenazah, teman-teman dekatnya memberi aneka bekal. Salah satunya dua wadah sambal bumbu Bali olahan Cok-Nosstress karena Made sempat memesan tapi tak sempat menikmatinya.
Kabar kecelakaan Made Indra dan Afi, calon istrinya, disebarkan dengan cepat oleh kawannya. Memang seperti sambaran kilat, karena beberapa jam sebelum peristiwa ia manggung bersama band-nya Navicula di Ubud. Banyak temannya menonton dan bersua untuk kali terakhir dengannya karena saat itu ada sejumlah band dan penyanyi lain yang terlibat.
Afi meninggal di lokasi, posisi mobil terakhir terlihat menabrak tiang warung dan pohon di Jalan Raya Sakah jalur pulang dari lokasi acara Kopernik pada Jumat (23/3) jelang dini hari. Sementara Made kritis dan di rumah sakit harus dibantu aneka alat medis sampai napas terakhirnya Senin (26/3) malam.
Intan Paramitha, manajemen band Navicula menyampaikan keputusan keluarga untuk prosesi upacara pengabenan dimulai pada 31 Maret akan disemayamkan di rumahnya. Kemudian pada 1 April siang nyiramin (memandikan) langsung ngeringkes, selanjutnya 3 April ngaben. Sejumlah teman dekatnya bergantian bermalam untuk menjaga (megebagan) malam beberapa hari.
Rudolf Dethu dalam akun FB-nya menulis sepotong memoir.
Made Indria Dwi Putra, pembetot bas Navicula, telah tiada. Ia pergi bergabung dengan kekasihnya, Afi, kemarin petang pada 18.25 WITA di ICU, Sanglah, Denpasar, Bali.
Si pemuda yatim piatu ini juga berpisah dengan kakak perempuannya, keluarga dekat satu-satunya, Ayu.
Kabar buruk tentang kondisi Made sejatinya telah muncul pada Jumat tengah malam, 23 Maret 2018. Di Ubud, tak lama setelah kecelakaan terjadi, dokter yang bertugas malam itu ngomong gamblang ke saya, “Pak, siap-siap aja dengan kemungkinan terburuk.”
Memang, jika menyaksikan pemandangan yang ada di depan mata bagaimana petugas jaga di Ari Santi bersusah payah sekadar menjaga agar Made tetap bernafas, jika boleh jujur, harapan amat kecil. Sementara Afi yang berbaring di sebelahnya, hanya dipisahkan oleh tirai, tergeletak telah meninggal dunia.
Afiriana Dewi juga meninggalkan kenangan dalam bagi yang mengenalnya. Terakhir ia bekerja bersama Petra Schneider, seorang konsultan lingkungan. Petra mengenang Afi dengan ketakjuban, salah satunya melalui jejak puisi ini. Berjudul “Afi”.
one stormy day
you came my way
a rose that apparently
didn’t know how to walk
dancing was your mode of transport
scattering sweet smells, petal laughter
frowns/sorry this/sorry that
lost their power
in the sweetest song
that was your smile
against all odds baby
you taught us all what
love life looks like
against all odds you
dove into the deep ends
head first or was is feet?
never could tell with you
i dedicate my heart to you
you gave it back to me
anyway
against all odds
please stay
Petra membacakannya di event Unspoken Poetry Slam, yang memberi ruang memperdengarkan karya-karya sastra Afi seperti puisi dan esai. “Untuk pertama kali saya baca puisi,” wajah Petra masih muram, matanya sembab. Suara Afi membacakan karyanya hadir belasan detik, direkam karena jadi bagian album Bahasa Hati dari biduan Sandrayati Fay. Sandra mencetak beberapa halaman karya Afi dan sebagian dibacakan secara bergantian oleh pengisi acara poetry slam di Irama Musik Indah ini.
Afi dan Made Indra memiliki kesamaan mendasar, supel dan mudah akrab. Made Indra punya sejumlah panggilan dari temannya, ini menunjukkan skala pergaulannya dan mudahnya bercengkrama. Ada yang menyebut Made Jebing, Bing, dan Ableh. Tapi yang menyatukan semua panggilan ini adalah sebutan Made. Nama untuk anak kedua dari dua bersaudara.
Navicula berdiri pada 1996 http://www.naviculamusic.com/biography/ dan terus berkarya sampai usia band berpengaruh ini 22 tahun pada 2018. Made bergabung sejak 2002.
Vokalis band metal, Parau, Ghigox lewat akun IG @Luizvanghigox menyebut Made adalah gitaris pertama Parau. “Saya, Onche, dan Gayod adalah fans berat Made yang saat itu gitaris band blackmetal legendaris Bali Ritual Crypt,” urainya. Lagu pertama yang dibuatnya di album Parau Surga Bencana itu adalah Keluar dari Kepelacuran.
Dengan gitar dan bass, Made juga pernah terlibat dalam beberapa sesi kelas musik di Lapas khusus anak di Amlapura, Karangasem. Ia beberapa kali diajak Raoul dari Yayasan Seni Sana Seni menyemangati anak-anak yang sedang dalam pembinaan untuk bermusik membantu duo Kupit Nosstress dan Rahaji yang menjadi pendamping rutin selama hampir setahun.
Dalam sebuah postingan di akun IG @BaleBengong, sejumlah orang juga membagi memorinya bersama Made.
@kiniberseri walaupun gak deket sama bli made tapi kami sempet ikut di video klip I refuse to forget sama pernah ngasi surprise di ultahnya navicula yg ke 17 dengan pura-pura jd personil navicula. Selamat jalan bli made! Salam hormat kami.
@komangtl pernah lily of the valley main di mabesikan festival 2016. Saat itu kami main tepat sebelum Navicula. Selepas kami main, Navicula main, kami bertemu di backstage. Kemudian bli Robi dan bli Made dengan ramahnya mengapresiasi musik kami. Bagi kami band baru yg belum banyak dapat kesempatan manggung, mendapat apresiasi dari bli Made adalah salah satu pemicu agar kami lebih semangat lagi dalam berkarya. Terimakasih bli Made. Biarpun hanya ngobrol sebentar, tapi akan selalu diingat.
@zo3nomad pertama kali melihat Navicula live pada saat deklarasi Desa Adat Legian menolak reklamasi Teluk Benoa tgl 14 Maret 2016. Sewaktu itu band navicula menyanyikan lagu “Mafia Hukum”
@kristysoewito 2006 kenal made, as a friend tanpa tau dia adl one of navicula’s.. saya panggil dia “kue ketawa” krn mukanya pecah banget kl ketawa.. on n off jumpa made , spt layaknya tmn yg kdg jumpa kdg tdk.. lama sjak trakhir jumpa akhirnya dgr made berpulang ! see you Kue ketawa ! #Rip
@la.war entah kpn saya mulai mengenal dia, lupa…yg jelas sdh lama..lamaaa sekali…dia teman yg mengesalkan, tp baik. Ditengah kerumunan, sy jarang menyapa teman yg terkenal spt dia, saya malu nt dianggap sok kenal..dan dia slalu protes karena hal itu, “kleng ci..mai paek iban ci e […]” itu yg slalu dia teriakkan.dia teman ajaib yg pada waktu2 ajaib mengirimkan pesan2 ajaib ke hp saya ? adeng2 ci mejalan dikedituan de, pragat be gaen ci dini, beneh2ang iban ci ditu nah ? sampai jumpa lagi de ?
@marmarherrz Kami ber sahabat sejak SMA, kami menghabiskan banyak waktu bersama bahkan awal dia akan gabung dalam Navicula dia minta pendapat saya untuk jadi pertimbangannya saat itu, sosok made adalah seorang penyayang, tulus, jujur, tidak pake basabasi, dan setia kawan kami sering makan, tidur, mabuk, tertawa, bahkan menangis bersama, kadang dalam ke kakuan kami masing2 kami sering musuhan (puik) tidak ngomong berhari2 tapi tetep melali jak 2. Kami berdua sering saling mengingatkan kl salah satu sedang marah atau kesal akan sesuatu , trus kl sedang mabuk di luaran (jauh dr rumah) kami sering tidur d depan toko sampe pagi dan gak jarang tidur nengkul depan toko sambil kehujanan. Istirahatlah saudaraku @indramade_