Oleh Luh De Suriyani
Musibah tanah longsor di Dusun Tangkas, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli pada Senin kemarin menewaskan satu orang korbannya yakni I Wayan Mandia, 50 tahun, warga setempat. Mandia adalah korban dengan luka kepala berat akibat ditimpa tembok bangunan kompleks pura yang roboh akibat longsoran.
Mandia meninggal Rabu pagi hari di ruang perawatan RS Sanglah karena mengalami patah tulang belakang. “Benturan mengganggu pusat nafas di leher. Saraf yang mengatur pergerakan paru-paru dan diafragma terganggu, sehingga sulit ditolong,” kata Dokter Nengah Kuning Atmajaya, Kepala Instalasi Trauma Centre RS Sanglah Denpasar.
Salah satu keluaga Mandia, Ni Wayan Wangi, 37 tahun, mengaku terkejut karena korban sudah mulai bisa bicara dengan keluarganya. “Sebelum dibawa ke Sanglah dia pingsan dan tidak bisa bergerak. Kemarin sudah bisa diajak bicara,” ujar Wangi saat menunggu pemberangkatan jenazah korban ke Bangli, Rabu kemarin.
Wangi menceritakan longsor terjadi siang hari ketika sejumlah pria sedang gotong royong mempersiapkan upacara adat di Pura Dalem Tangkas, Susut, Bangli. Saat itu hujan deras, dan tiba-tiba bangunan tempat gotong royong di luar pura itu rubuh. “Temboknya jebol dan menimpa orang yang sedang ngayah (bekerja sukarela) di pura,” ujarnya.
Karena tubuhnya tidak bisa digerakkan, Mandia langsung dibawa ke RS Sanglah. Kini ketiga anak Mandia menjadi yatim piatu karena istrinya telah meninggal 30 tahun lalu. Jenazah Mandia akan diberangkatkan ke Bangli setelah upacara adat di Pura di wilayah areal longsor itu selesai dilaksanakan.
Sementara kelima korban luka lainnya telah diperbolehkan pulang dari RS Daerah Bangli. “Kelima korban luka sudah diperbolehkan pulang karena mengakami luka ringan. Bangunan kompleks pura telah telah dibersihkan dari longsoran, dan upacara adat yang berlangsung hari ini masih bisa berjalan,” papar Kapolres Bangli AKBP Putu Mahasena.
Lima korban luka akibat longsor ini adalah Wayan Meneng Astawa, 30, I Made Sura, 60, anggota Babinsa Polres Bangli I Wayan Nyeneng, 46, Nengah Jaya Asmara, 26, dan I Ketut Nandra, 50.
“Longsor mungkin terjadi karena tanah di atas areal pura ini labil. Di sekeliling tebing itu belum dibeton. Tanah itu menyangga jalan raya, namun jalan tidak sampai ambrol. Jalan masih bisa dilewati oleh kendaraan. Sementara bangunan inti pura tidak mengalami kerusakan, hanya bangunan lain di sekitarnya yang kena longsoran itu,” ujar Kapolres Putu Mahasena. Bangunan yang tertimpa longsoran itu biasanya dipakai sebagai tempat mempersiapkan sarana upacara seperti mebat (motong hewan dan mengolahnya untuk sesaji). Sejumlah warga telah membersihkan areal lomgsor karena puncak upacara berlangsung Rabu kemarin.
Saat ini, upacara keagaamaan masih bisa berlangsung di tengah aura duka akibat bencana longsor ini. “Upacara adat itu akan dipersingkat karena bencana ini,” kata Wangi, keponakan Mandia. [b]