Festival di Bali makin banyak tapi terlihat seragam.
Akibatnya, menemukan keunikan dari sebuah festival yang dihelat pemerintah daerah mungkin makin sulit. Ada semacam perasaan gak keren kalau tak mengikuti tren. Bahasa Balinya, milu-milu tuwung. Latah.
Misalnya kreasi busana serba wah dan heboh di Jember Fashion Carnival kini banyak ditiru atau halusnya diadopsi banyak daerah untuk ditampilkan saat parade. Walau festivalnya tak terkait fashion halnya Jember yang digagas oleh seorang penata busana.
Nah, untuk Festival Lovina, sebuah kawasan wisata relatif kecil di Buleleng, Bali Utara ini berikut adalah yang bisa dicatat sebagai sebuah hal yang menarik dan mendapat lampu sorot (highlight) di event pada 10-14 September ini.
Berikut adalah lima hal unik dari Festival Lovina.
Sampi Grumbungan
Grumbungan ini istilah kalung sapi, berukuran besar di Buleleng. Sejumlah daerah lain menyebut dengan nama berbeda. Nah grumbungan ini adalah salah satu aksesoris yang dinilai dalam panggung catwalk para sapi pembajak sawah ini.
Tahun ini ada 12 pasang sapi yang berlaga dalam kompetisi model ini. Para pemilik dan peternak menyiapkan aksesoris, melatih cara berjalan sapi, serta ekornya dengan sebaik-baiknya. Kok ekor? Ketika sesi pemanasan jelang lomba, pemilik dan keluarga para sapi sibuk menekan ekor agar berdiri.
Kadang menyemprotkan air ke lubang anusnya. “Agar dia tenang dan ekornya berdiri saat parade,” seru salah seorang pemiliknya.
Ekor berdiri memang salah satu petanda sapi yang elegan. Kepala mendongak, kaki berjalan dengan cara mengangkat tinggi lutut, dan grumbungan berbunyi nyaring. Demikian, sejumlah indikator penilaian juri. Mereka diadu penampilan, perilaku menuruti pemilik ketika berjalan di area lomba. Bukan adu cepat seperti lomba-lomba pacuan seperti Karapan Sapi (Madura), Paju Jawi (Sumatera Barat), dan Makepung di Jembrana, Bali Barat.
Tak ayal ketika ada sapi yang lari kencang ke sana ke mari, penonton dan pemiliknya panik. Lalu terdengar tawa bersahutan. Sapi Grumbungan ini oleh panitia disebut sebagai upaya menghargai jasa sapi usai membajak sawah. Agar tak hanya dipacu dalam lumpur saja tapi diperlakukan lebih bersih dengan memandikan dan memanjakannya. Hehe…
Gebogan Lumba-lumba
Gebogan di Bali berupa rangkaian bunga, kue, buah, dan lainnya yang diatur meninggi dalam sebuah wadah. Dihias dengan janur atau hasil bumi lainnya agar terlihat indah dan estetis.
Nah, warga Desa Banyualit di Festival Lovina punya cara unik. Mereka merangkai aneka bunga berbentuk seekor lumba-lumba. Mamalia lucu yang dilindungi ini adalah maskot objek wisata Lovina. Habitat lumba-lumba menyukai pesisirnya untuk tinggal dan berkembang biak. Dolphin watching di tengah laut ini menjadi atraksi utama dan memberi penghasilan besar untuk daerah.
Gebogan lumba-lumba ini dijunjung oleh salah seorang perempuan di lokasi Festival Lovina yang ditandai sebuah patung lumba-lumba. Jadilah konstruksi betob berpadu dengan konstruksi bunga dalam parade pembukaannya.
Sunset di Panggung
Panitia membuat panggung di sekitar pantai dengan tata desain sederhana serba terbuka. Bermain konstruksi font LOVINA sebagai latar dan berkas cahaya mentari yang akan tenggelam adalah kombinasi hiasan alam yang indah.
Ketika matahari meninggalkan jejak cahaya jingganya di kaki langit, berganti dengan pemandangan kapal yacht dan siluet masyarakat yang menikmati Festival Lovina. Menenangkan.
Parade Jukung Menebar Ikan di Laut
Biasanya jukung atau perahu tradisional ini dilombakan dalam festival pesisir lain. Sementara di Lovina, nelayan dan jukungnya tampil cantik bersolek dengan aksesoris untuk membawa bibit-bibit ikan ke tengah laut.
Panitia mempersilakan warga naik jukung gratis untuk ikut menebar benih ikan agar bawah laut Lovina makin cantik dengan aneka fauna lautnya. Ikan dan terumbu karang adalah pasangan yang dicari pengunjung saat snorkeling di kawasan yang relatif dangkal ini.
Sebuah jukung juga terlihat indah sekali karena mengangkut penari dan pemain gamelan sebagai penyemangat saat kampanye gerakan konservasi ini.
Senam Jiwa Membuka Festival
Isu kesehatan jarang mendapat tempat dalam festival. Apalagi menjadi menu pembuka. Festival Lovina tahun ini membuka perhelatan 4 hari eventnya (11-14 September 2016) dengan senam jiwa dan raga Orhiba.
Ribuan orang aneka umur bergabung bersama melatih tangan, kaki, nafas, dan pikirannya dalam olahraga fisik dan jiwa ini di pantai. Saking membludaknya mereka sampai melakukannya di sela-sela tenda stan-stan pameran kerajiban dan taman.
Ada sejumlah hal unik lain seperti adu gangsing yang dilestarikan sebagai permainan tradisional rakyat dan jejak sejarah penemu kata Lovina, penulis dan penyair AA Pandji Tisna di empat hari festival yang didukung Kementrian Pariwisata ini. [b]