Slammer, begitu pembaca puisi di Poetry Slam kerap dipanggil yang mendapat nilai tertinggi akan diberi gelar Slam Champion. Peraih gelar tahun ini adalah Jong Santiasa Putra dan pemenang kedua, Kaizar.
Di Jalan Menuju Singaraja
November 2019
Aku menuju Singaraja
jalan-jalan melihat hutan cemara
jalan-jalan menghirup udara
jalan-jalan sambil bercerita
dengan kekasih dari jakarta
The shine at night
makes me want to light
a city that sparks
onto my heart
Katanya di Jakarta tidak ada udara
it is a place for a run
adanya orang-orang penuh duga
it is a place full of dust
adanya orang-orang berprasangka
it is a place to disguise
sebab di sana adalah kerja
di sini kita sedang bercinta
Sebelum sampai ke kota
kita singgah di tepi kata
ada yang hendak kita rangkai bersama
menjadi apa-apa
menjadi ada-ada
tapi semua bingung tentang arah
karena cemas dan pasrah
kita tanam saja kata-kata dalam tanah
semoga berbuah
dan penuh berkah.
We stand between the lines
move forward we’ll meet the right
move behind we’ll both fall
we see eye to eye
try to decide which way to run
but still there’s no sign
like this life we both enticed
Oh yah kami menaiki motor
To-tor-tor-tooooooooor-toooor
muka kami penuh debu jadi kotor
di jalan orang tergesesa-gesa ngeloyor
asyu, damn, oh my god, oh lord, shut up
umpatan-umpatan keluar dari mulut
cuacana buruk , dingin dan penuh kabut
kami paksa kan saja untuk ngebut
karena di jalan semua tampak kalang kabut.
Finally we arrived
and we know
what will stay
and what will away
GRAND SLAM POETRIES Ini karya puisi slammer lainnya.
Poetry Slam atau Adu Puisi adalah konsep pembacaan puisi yang pertama kali muncul di Amerika Serikat. Para pembaca puisi menyerukan karya orisinalnya kepada audiens selama maksimal tiga menit tanpa menggunakan property dan kemudian dinilai oleh Juri dengan rentan skor 1-9. Juri dipilih dari barisan penonton.
Pembacaan puisi ini terlihat sangat bergairah. Antusiasme penonton sangat terasa, mereka merespon para slammer, dengan menjentikan jari tanda persetujuan pesan di puisi, dan tepuk tangan meriah di akhir penampilan. Peserta open mic juga disambut meriah. “Ini perhelatan baca puisi yang sangat menarik, penontonnya menyimak dan heboh,” seru Iin, salah satu penonton.
Memasuki Tahun ke-2 Unspoken – Bali Poetry Slam kembali mengadakan tahap final dari program tahunan poetry slam yaitu The Grand Slam 2019: Unspoken Justice yang akan diselenggarakan pada 8 Desember 2019 di Betelnut, Jl. Raya Ubud pukul 8 malam. Tersaring 6 finalis yang sebelumnya telah menjadi pembaca puisi terbaik di tahap heats pada bulan Maret, Mei, dan Oktober dari berbagai kota di pulau Bali adalah Cleo Chintya, Gek Ning, Imam Barker, Jong Santiasa Putra, Kaizar Nararaya, dan Zeta Dangkua.
Di tiga kesempatan penyisihan sebelumnya, Unspoken – Bali Poetry Slam yang digerakkan oleh Virginia Helzainka, Trifitri Muhammaditta, Jasmin Kalaila, dan Doni Marmer mengangkat tema “Unspoken Dream” di bulan Maret, “Unspoken Pride” di bulan Mei, dan “Unspoken Passion” di bulan Oktober.
Selain ingin memberikan ruang apresiasi untuk puisi, Unspoken – Bali Poetry Slam juga ingin menyuarakan isu-isu yang umumnya sulit diungkapkan sebagai tema puisi pada setiap penyelenggaraannya. Panggung Unspoken – Bali Poetry Slam menjadi ruang nyaman untuk mengucapkan yang tak terungkapkan, tanpa prasangka, dan bebas melepaskan hasrat dalam bentuk puisi. Nama ‘unspoken’ atau ‘yang tak terungkapkan’ pun menjadi nama komunitas dan acara adu puisi ini.
Project Unspoken Poetry Slam ini berbasis komunitas sastra dan seni yang merayakan puisi dengan menyelenggarakan program yang menghibur dan mengedukasi seperti Poetry Slam (Adu Puisi), Open Mic (Panggung terbuka), dan Workshop (Loka karya). Menjalin silaturahmi dengan komunitas lokal dan festival sastra dan seni penikmat puisi di pulau Bali setiap dua atau tiga bulan sekali sepanjang tahun.
Sebanyak 6 slammers diberi kesempatan untuk membacakan karya orisinalnya di atas panggung Grand Slam 2019. Audiens turut merespons puisi secara leluasa dengan memetikan jari. Gerakan tersebut diartikan sebagai persetujuan penonton akan makna dan keindahan puisi yang dibacakan.
Turut meriahkan panggung, penyair tamu Doni Marmer, Kadek Sonia Piscayati, The Four Hinds serta penampil music The Brass Tax dan I The Band menyelingi acara pada awal, pertengahan, dan akhir acara untuk menjaga suasana tetap segar, hangat, dan semangat. Pada penghujung acara, penampil terbaik disematkan gelar Bali Poetry Slam Champion 2019 sesuai skor penilaian Juri dan membawa pulang hadiah dari pendukung acara (Cekindo Business International, Nonadansa Sanur, Littletalks Ubud, Bali Buda ®, Mahima Institute Indonesia, Minikino).
Keenam finalis The Grand Slam nantinya akan tur keliling Bali di tahun depan dengan mengadakan Open Mic dan Workshop puisi ke kota-kota lokasi kegiatan Unspoken Bali Poetry Slam. Sebagai bentuk apresiasi dari kami telah berpartisipasi di Unspoken – Bali Poetry Slam 2019.
Pemutakhiran detail acara “The Grand Slam 2019: Unspoken Justice” dapat dipantau melalui media sosial Fb Unspoken – Bali Poetry Slam dan Instagram @unspokenpoetryslam. Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi unspokenpoetryslam@gmail.com.