Pada 16 Oktober 2021, Bali diguncang gempa berkekuatan Magnitudo 4,8 dini hari pukul 04.18 WITA. Pusat gempa terjadi di darat, tepatnya Barat Laut Kabupaten Karangasem dengan kedalaman 10 km. Gempa juga berdampak parah hingga ke Kabupaten Bangli. Bahkan, tiga desa di Bangli terisolasi akibat gempa, yaitu Trunyan, Abangsongan, dan Batudinding. Di Karangasem, sebagai pusat gempa, penelusuran korban yang tertimpa reruntuhan bangunan dan pemantauan kerusakan masih terus dilakukan.
Berdasarkan hasil analisis yang disampaikan BPBD Provinsi Bali, Minggu, 17 Oktober 2021, di Karangasem terdapat satu orang meninggal dunia, 75 luka, 645 bangunan mengalamai kerusakan, dan 3 titik akses jalan tertutup material longsor. Sedangkan untuk kawasan Bangli, terdapat 2 orang meninggal dunia, 8 orang luka-luka, 19 orang mengungsi, 47 rumah rusak, dan 39 fasilitas umum rusak.
Kerusakan di Kabupaten Karangasem tersebar di beberapa desa di 4 kecamatan yakni Kecamatan Kubu: Desa Ban, Desa Dukuh, Kecamatan Rendang: Desa Rendang, Desa Pempatan. Kecamatan Bebandem: Desa Jungutan. Kecamatan Selat: Desa Amerta Buana. Kerusakan di Kabupaten Bangli terjadi pada tiga desa di Kecamatan Kintamani Desa Trunyan, Desa Batudinding, dan Desa Abangsongan.
Bupati Karangasem telah menetapkan surat keputusan tanggap darurat dengan nomor 328/HK/2021. Status tanggap darurat berlaku selama 7 hari, terhitung dari 16-22 Oktober 2021.
Rencana Tanggap Darurat IDEP
Berdasarkan kaji cepat (rapid assessment) yang telah dilakukan, adapun beberapa rencana (langkah cepat) yang akan dilakukan IDEP, yaitu akan melakukan distribusi bantuan tambahan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan warga. Sesuai informasi sebelumnya, seperti alat masak dan penampung air.
Selain bantuan kepada warga terdampak, IDEP juga akan memberikan bantuan secara khusus kepada Ibu tunggal yang sedang menanggung anak bersekolah.
IDEP akan terus melakukan distribusi media edukasi kebencanaan kepada warga terdampak, khususnya anak-anak. Baik dalam bentuk buku, flayer, maupun komunikasi secara langsung. Tidak menutup kemungkinan memutarkan film-film IDEP terkait kebencanaan.Terlibat dalam program EBPP terkait pemulihan kondisi anak-anak terdampak, sehingga proses edukasi, seperti yang disampaikan sebelumnya dapat dilaksanakan. Membuat pelatihan mitigasi bencana berbasis permakultur kepada warga dan mengusulkan pembuatan lokasi pengungsian untuk hewan ternak.
Respon yang telah dilakukan
Pasca-gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,8 yang menimpa Karangasem pada Sabtu, 16 Oktober 2021, IDEP melakukan dua kali kaji cepat sekaligus distribusi bantuan. Distribusi bantuan tahap kedua IDEP lakukan pada Kamis, 21 Oktober 2021. Bantuan yang didistribusikan berupa:
Telor, bumbu dapur (bawang merah, bawang putih, cabe, dan tomat).
Sayur-sayuran (kacang panjang, buncis, terong bulat, terong besar, kangkung, sayur hijau).
3 karung timun (yang langsung didonasikan oleh ibu-ibu pedagang sayuran di Pasar Klungkung.
Media edukasi kebencanaan (Komik dan buku mewarnai) untuk anak-anak.
Serah terima bantuan ini berlokasi di kantor East Bali Poverty Project (EBPP).
IDEP melakukan kaji cepat dengan berkunjung ke lapangan, untuk melihat situasi terbaru. Bersama perwakilan dari EBPP, ada beberapa informasi yang ditemukan seperti berikut ini. Masyarakat terdampak gempa yang rumahnya mengalami kerusakan masih tinggal di lokasi gempa (rumahnya), karena sebagian besar memiliki ternak yang menjadi sumber penghidupan mereka. Jika warga memilih untuk mengungsi di pengungsian terpusat, mereka mengkhawatirkan ternak mereka.
Saat ini beberapa masyarakat masih mengungsi di hunian sementara berupa bangunan bambu dekat dengan rumahnya yang telah rusak. Bangunan bambu ini adalah tempat yang biasanya mereka jadikan dapur. Sebelum gempa, mereka memiliki hunian dari beton dan dapur menggunakan bambu. Namun ketika terjadi gempa, hunian beton ini mengalami kerusakan/hancur, tetapi bangunan bambu masih bertahan. Sehingga beberapa tinggal di hunian bambu tersebut.
Terdapat dua jenis shelter sendiri, pertama, bangunan bambu yang sudah ada sebelumnya dan baru dibangun dan kedua, shelter menggunakan terpal. Melihat kedua hunian tadi, tidak menutup kemungkinan masalah lainnya bisa terjadi, karena hunian yang terbuka. Terlebih lagi, selama dua bulan kedepan, diperkirakan akan terjadi hujan, sehingga hunian sementara tersebut tidak aman untuk ditempati.
Sampai saat ini EBPP telah membangun 10 unit hunian sementara (berbahan bambu). Bantuan ini diberikan kepada warga yang benar-benar tidak memiliki dan tidak mampu membangun hunian sementara. Selain kebutuhan logistik, warga juga membutuhkan alat-alat dapur seperti panci, wajan, piring, gelas, dll. Warga juga membutuhkan penampung air (tandon air)–minimal 250 liter untuk memenuhi kebutuhan satu keluarga.
Selain kunjungan langsung ke lokasi pengungsian, IDEP juga mengunjungi Kantor Desa dan bertemu Kepala Desa (I Gede Tamu Sugiantara). Beberapa informasi yang didapatkan dari situ adalah sebagai berikut:
1. Rumah yang mengalami kerusakan berat hingga saat ini terdapat 377 KK
2. Bantuan yang masuk ke posko Pemerintah Desa sudah didistribusikan 1×24 jam, sehingga Kepala Desa (Perbekel) memastikan tidak akan ada penumpukan bantuan di posko.
3. Saat ini ada 13 tangki air untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak, namun masih terpusat di kantor desa. Dengan jarak yang jauh dari rumah-rumah warga terdampak, membuat kebutuhan warga tidak dapat terpenuhi dengan baik.
4. Kepastian bantuan bedah rumah dari pemerintah belum ada kejelasan dari pemerintah pusat. Maka, secara terpaksa pemerintah desa nantinya akan membuat posko terpusat untuk warga.
5. Saat ini sudah ada ahli geologi yang telah melakukan survei kelayakan tempat untuk bangunan rumah warga yang rusak.
Contact Person:
IDEP ER Lead: Muchamad Awal: +62 819 0429-9614, awal@idepfoundation.org
ER Field Team Leader:Ranggawisnu: +62 813-1602-7975 (Phone and WhatsApp)