Uji pengetahuan Anda mengenai Sejarah Bali melalui kuis ini. Tulis jawaban di comment box beserta dengan komentar-komentar Anda. Komentar terbaik akan mendapatkan hadiah buku “Sisi Gelap Pulau Dewata” oleh Geoffrey Robinson, mengenai kekerasan tahun 1965-66 di Bali.
1. Pada abad 17, tentara kerajaan Mengwi melakukan ekspedisi militer ke Jawa Timur. Kota manakah yang menjadi sasaran akhir dari ekspedisi ini?
a) Batavia
b) Mataram/Yogyakarta
c) Trowulan
2. Total jumlah budak yang di-ekspor oleh Bali ke Batavia sejak tahun 1650 hingga 1830 adalah:
a) 1.500
b) 15.000
c) 150.000
3. Komoditas ini sangat digemari oleh masyarakat Bali di abad 19:
a) Kopi
b) Tembakau
c) Opium
4. Hewan berikut ini digunakan sebagai caru dalam upacara di Kerajaan Klungkung pada tahun 1839:
a) Gajah
b) Badak
c) Kuda Nil
5. Gelar bangsawan-bangsawan Bali saat ini (Anak Agung, Cokorda, dll.) berasal dari:
a) panggilan hormat dari rakyat Bali terhadap raja-rajanya
b) gelar turun-temurun sejak zaman Raja Udayana
c) pemberian Pemerintah Hindia Belanda
6. Gusti Pones adalah:
a) Seorang pemberontak yang ditawan Belanda pada tahun 1833
b) Pencipta tari Manukrawa
c) Istilah untuk orang yang mendapatkan kelar Gusti dari putusan pengadilan
7. Orang Eropa berikut ini sukses menjadi penghubung perdagangan raja-raja Bali dan Belanda di pertengahan abad 19:
a) Mads Lange
b) Herman van der Tuuk
c) Rutger van Eck
8. Dalam debat kebudayaan pada tahun 1920-an, kelompok yang vokal menentang sistem wangsa adalah:
a) Bali Adnyana
b) Surya Kanta
c) Suluh Bali
9. Hal berikut ini dihapuskan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda:
a) Masatya
b) Asu Pundung
c) Alangkahi Karang Hulu
10. Jumlah rakyat Bali yang diperkirakan meninggal karena dibantai oleh sesama rakyat Bali pada tahun 1965-1966:
a) 400
b) 4.000
c) 40.000
====================================================
Kunci Jawaban:
1. c)
Sebelum kedatangan Belanda ke Bali, para penguasa kerajaan-kerajaan di Bali melakukan ekspansi militer ke Blambangan (Jawa Timur), Lombok, dan Sumbawa. Setelah Belanda menguasai wilayah-wilayah tersebut, raja-raja Bali tidak lagi melakukan ekspansi ke luar Bali dan hanya berfokus pada pertikaian internal. Trowulan, bekas ibukota Majapahit, merupakan tujuan akhir dari ekspedisi ini
2. c)
Bali pernah menjadi sentra perdagangan budak Nusantara. Walaupun sebagian besar budak berasal dari daerah lain di Indonesia, sebagian merupakan orang Bali yang diperbudak karena kalah perang (perang internal Bali, bukan perang dengan Belanda) atau tidak bisa membayar hutang
3. c)
Patih Karangasem mengatakan pada tahun 1808: ”Kami mengadakan perang ketika kami, para bangsawan, kekurangan uang; pada saat-saat tersebut kami menyerang negara tetangga yang paling lemah, dan seluruh tawanan dan keluarganya akan kami jual sebagai budak sehingga kami … punya uang untuk membeli opium”
4. b)
Dewa Agung dari Klungkung menginginkan seekor badak untuk dikorbankan pada sebuah upacara caru besar. Hewan ini dikirimkan oleh Belanda sebagai salah satu cara membujuk Klungkung untuk menandatangani perjanjian dengan Belanda. Pada abad ke-19, karena Lombok dan Jawa Timur sudah dikuasai Belanda, maka kerajaan-kerajaan di Bali secara efektif sudah tidak melakukan ekspedisi ke luar pulau dan mengalihkan fokus pada konflik antar kerajaan di Bali sendiri dan terutama pada upacara-upacara yang dilakukan secara besar-besaran. Hal inilah yang menyebabkan Bali abad ke-18 disebut sebagai ”Negara Teater” oleh sejarawaran Clifford Geertz
5. c)
Setelah seluruh Bali berhasil dikuasai dan bara perlawanan berhasil dipadamkan sepenuhnya, pemerintah Hindia Belanda menyelenggarakan penobatan raja-raja Bali pada hari raya Galungan 1938 di Besakih. Raja-raja baru ini rata-rata merupakan cicit dari raja terakhir di kerajaan masing-masing sebelum penaklukan oleh Belanda. Raja-raja baru ini oleh Belanda diberikan gelar yang berbeda dari buyut/kumpinya
Buleleng: tadinya bergelar “I Gusti”, menjadi bergelar “Anak Agung”
Jembrana: I Gusti Bagus –> Anak Agung
Tabanan: I Gusti Ngurah –> Cokorda
Badung: I Gusti –> Cokorda
Karangasem: I Gusti –> Anak Agung
Gianyar: I Dewa –> Anak Agung
Bangli: I Dewa –> Anak Agung
Hanya di Klungkung, yang penguasanya dianggap secara turun-temurun merupakan raja yang paling dihormati di Bali, gelar tidak berubah yaitu “I Dewa Agung”
6. c)
Pada abad 18, gelar Gusti bersifat sangat dinamis. Seorang non-bangsawan bisa diberikan gelar Gusti karena jasa-jasanya terhadap raja, dan seorang bangsawan bisa dicabut gelar Gusti-nya karena berbagai kesalahan. Pada awal abad 20, Belanda menerapkan kerja rodi di Bali, dengan beban kerja yang lebih ringan untuk golongan ”triwangsa”. Oleh karena itu, banyak klaim untuk menjadi Gusti masuk ke pengadilan Raad Kerta. Mereka yang berhasil mendapat gelar Gusti melalui jalan pengadilan diberi julukan ”Gusti Pones” (pones = vonis) oleh masyarakat
7. a)
Mads Lange merupakan orang Denmark yang sukses menjadi perantara dagang antara Bali dan Belanda. Van der Tuuk adalah penyusun Kamus Bahasa Bali pertama, yang masih menjadi rujukan hingga saat ini. Van Eck adalah misionaris pertama yang berbasis di Bali.
8. b)
Kelompok Surya Kanta dirintis di Singaraja oleh kaum “jaba” terpelajar untuk memperjuangkan kesamaan hak kaum jaba yang saat itu masih didiskriminasi oleh Belanda, terutama dalam hal kesempatan menjadi pegawai pemerintah kolonial. Bali Adnyana merupakan kelompok yang memiliki tujuan yang berseberangan, yaitu untuk melestarikan hierarki kasta di Bali beserta hak-hak istimewa kaum ”triwangsa”
9. a)
Masatya (bunuh diri para janda raja pada saat upacara Ngaben raja) pertama kali dilarang oleh pejabat Hindia Belanda, PL van Bloemen Waanders, segera setelah Belanda menguasai Buleleng dan Jembrana di tahun 1850-an. Praktek ini masih dilakukan di Bali Selatan hingga akhirnya Belanda menguasai seluruh Bali pada tahun 1908.
Asu Pundung (larangan perkawinan antara laki-laki wangsa ksatria, wesia, atau sudra, dengan wanita wangsa brahmana atau ksatria dalem) dan Alangkahi Karang Hulu (larangan perkawinan antara laki-laki wangsa wesia dengan wanita ksatria, atau laki-laki wangsa sudra dengan wanita wesia atau ksatria) dihapuskan melalui Paswara No 11 DPRD Bali tanggal 12 Juli 1951
10. c)
Tidak ada angka yang pasti mengenai jumlah korban pembantaian simpatisanPKIpada tahun 1965-66. Beberapa sumber memperkirakan sekitar 40.000 jiwa, ada pula yang memperkirakan jauh lebih banyak yaitu 100.000 jiwa. Para korban dieksekusi tanpa proses pengadilan. Kejadian ini merupakan masa paling kelam dalam sejarah Bali. Bandingkan dengan pembantaian Westerling (3.000 orang, jumlah ini versi pemerintah Belanda), korban kerja paksa Daendels untuk membangun jalan pos Anyer-Panarukan (12.000), maupun jumlah korban Romusha Jepang (93.000)
Mohon tuliskan skor Anda (yang jujur ya) beserta komentar di comment box. Penulis komentar terbaik akan mendapatkan 1 eksemplar buku ”Sisi Gelap Pulau Dewata ” karya Geoffrey Robinson. Terima kasih.
Jawaban versi saya dan alasan di baliknya:
1) C – agak aneh kalau B karena di Jawa, setahu saya hanya ada Kerajaan Mataram – bukan kota Mataram; Betul 🙂
2) B – yang betul C, saya terkecoh dengan kata ‘sejak’ di pertanyaan
3) C – setahu saya orang Jawa dan imigran asal China juga menyukai komoditas ini (pada masa itu), saya pikir mungkin orang Bali juga sama; Betul 🙂
4) Tidak bisa menentukan antara A dan B – yang betul B
5) C – rasanya salah satu artikel di Bale Bengong pernah membahas ini; Betul 🙂
6) A – yang betul C, saya kira ‘Pones’ nama orang 🙂
7) Pas
8) A – yang betul B
9) A – asal dan ternyata betul, kalo C sama sekali ga pernah denger
10) Antara B dan C – berharap bahwa faktanya B (karena saya yakin A terlalu kecil untuk ukuran 1965-66) tapi ternyata C 🙁
Nilai 4/10 (tidak termasuk jawaban plin-plan saya) – alangkah buruknya pengetahuan sejarah Bali saya & terima kasih atas penjelasan jawaban2nya!
kalau tau gini aku bakal mendalami sejarah 🙁
Jawaban menurut saya beserta alasannya :
1. c Trowulan, karena Trowulan satu-satunya kota yg terletak di Jawa Timur diantara ketiga pilihan diatas & merupakan bekas ibukota kerajaan Majapahit
2. a 1.500, menurut saya karena Kampung Bali di Jakarta tidak begitu luas, mungkin penghuni awalnya sekitar 1.000an jiwa & saya anggap budak-budak tsb yg tinggal disana pada awalnya, jadi saya pilih jawaban dg angka yg paling kecil
3. a Kopi, menurut saya karena ada kopi Bali, yg menurut saya kopi Bali yang kita kenal saat ini berasal dari komoditi saat itu (abad ke 19)
4. a Gajah, menurut saya karena gajah binatang yg paling dekat dg simbol-simbol agama Hindu dibandingkan 2 binatang lainnya
5. c pemberian Pemerintah Hindia Belanda, karena gelar Anak Agung & Cokorda tidak dikenal sebelum jaman kolonial Belanda
6. b Pencipta tari Manukrawa, tidak ada alasan khusus, karena saya cuma asal jawab & sama sekali tidak tahu
7. a Mads Lange, karena beliau berjasa bagi daerah Kuta, dari sebuah desa nelayan menjadi tujuan wisata hingga dikenal dunia internasional, sehingga nama beliau diabadikan menjadi nama jalan di Kuta
8. a Bali Adnyana, alasannya karena Bali Adnyana terdengar paling Bali, saya cuma asal jawab & sama sekali tidak tahu
9. Pass, karena saya sama sekali tidak tahu
10. c 40.000, karena berdasarkan cerita dr nenek saya, di 1 desa saja korban pembantaian bisa sampai ratusan orang, bayangkan jumlah seluruh desa di bali dikalikan katakanlah 100-300 jiwa, tentu jumlahnya sangat besar
Bli, kuis sejarah selanjutnya soal nya penjabaran dari soal No. 10 ya, hehe 😛
@happy, penjabaran dari no 10 terlalu seram
@Bram & Deddy, trims untuk pembahasannya … tunggu 2-3 penjawab lagi, nanti saya undi siapa yang dapat hadiahnya 🙂
Cuma mau ralat, Clifford Gertz adalag antropolog bukan sejarawan. Mengenai konsep Negara Teater dari pemahaman saya mengenai buku ini Gertz melihat kuasa di Bali bekerja pada ritual-ritual megah. Oleh karena itulah puri gemar melakukan ritual-ritual megah untuk melanggengkan kekuasaannya. Saat ini masih bisa dilihat terutama di daerah Ubud ketika Palebon kita bisa melihat bagaimana besarnya kuasa puri terhadap masyarakatnya hanya pada saat pelebon doang 😀