Pada 30 September 2014 pihak sekolah SDN 3 Sesetan memindahkan kelas 2 ke ruangan lain.
Ruangan tesebut sudah dikosongkan sebelumnya. Pengosongan ruangan dilakukan pada tahun ini karena kondisinya sudah sangat memprihatinkan.
Pilar sudah pecah. Kayu plafon sudah ada yang lapuk. Kaca jendela sudah pecah. Bahkan satu ruangan tidak ada pintunya.
Pemindahan ke ruangan yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan dilakukan terkait dengan penambahan jam pelajaran yang terjadi pada kurikulum 2013. Dari 4 jam menjadi 6 jam.
Akibat pemindahan tersebut beberapa orang tua siswa kelas 2 menelpon Ketua Komite untuk mempertanyakan kebijakan tersebut. Ketua Komite tentu terkejut karena tidak diberitahu akan penggunaan ruangan tersebut pada hari ini. Dia berjanji akan ke sekolah mencari tahu kenapa hal itu terjadi keesokan harinya.
Pagi hari, pada tanggal ini, Ketua Komite (tidak tahu hari ini akan ada penerapan kelas pagi untuk kelas 2) menghadap kepada Kepala UPT Disdikpora Densel, Pak Jaya. Ketua Komite menyampaikan keberatan atas kemungkinan penerapan kelas pagi pada kelas 2. Saat itu Ketua Komite masih berpikir bahwa penyebab utamanya adalah agar waktu les untuk kelas 1 dan 2 tetap ada.
Pak Jaya yang saat itu akan mengadakan rapat menerima dengan baik dan mengatakan akan berbicara dengan Kepala Sekolah.
Setelah dari Kantor UPT Disdikpora Densel, Ketua Komite meluncur ke kantor lurah minta tolong sama kepala kelurahan agar pada Musrenbang nanti memasukkan usulan rehab gedung SDN 3 beserta pengadaan bangku. Agar tidak jadi masalah. Usulan itu langsung ditanggapi Pak Lurah dengan meminta stafnya mencatat untuk diajukan pada musrenbang nanti.
Sebelum sampai ke kantor UPT, di jalan sempat bertemu seorang wali murid yang bertanya kenapa anak-anak disuruh bawa meja dan tikar… Ketua komite meminta wali murid yang juga wakil bendahara komite untuk mengecek ke sekolah dan mengabarkan.
1 Oktober 2014
Pagi hari bersama dengan sekretaris komite datang ke sekolah. Sangat jengkel dan marah ketika melihat situasi yang terjadi. Anak-anak kelas 2 ditempatkan pada ruangan yang sesungguhnya oleh guru-guru sendiri sudah diminta untuk tidak digunakan. Sejak akhir tahun ajaran lalu, ruangan sudah dikosongkan.
Ternyata mereka berdua sudah ditunggu oleh kepala sekolah. Kebetulan di sekolah juga sudah menunggu wakil bendahara komite yang anaknya terkena dampak duduk lesehan.
Alasan kepala sekolah saat itu agar semua siswa masuk pagi dan telah disepakati bersama para guru. Di awal bulan sudah hendak bersurat kepada orang tua siswa tetapi di cegah oleh ketua komite.
Jawaban Ketua Komite: surat yang ditembuskan oleh sekolah kepada ketua komite saat itu yang diantar oleh salah satu guru berisi tentang permohonan sumbangan (lagi) untuk membeli bangku dalam rangka penerapan kurikulum 2013 kepada orang tua siswa kelas dua. Menurut guru yg membawa surat, salah seorang guru tidak setuju kalau hanya siswa kelas dua yang dibebankan membeli bangku dan diminta untuk memberitahu komite.
Ketika ditanyakan kepada guru yang membawa surat, maka disampaikan alasan untuk membeli bangku adalah agar semua anak-anak masuk pagi. Kebetulan masih ada ruang kelas kosong yaitu dua ruangan yang rusak tersebut.
Saat diberikan saran untuk tetap menggunakan ruang kelas bersama antara kelas 1 dan kelas 2 dengan. Konsekuensinya, les atau pengayaan ditiadakan. Karena memang tidak boleh. Mengingat kondisi ruangan yg tidak layak. Tidak ada jawaban karena memang guru ini hanya mengantarkan surat dan juga pada saat itu menyampaikan pesan tentang ketiadaan guru ekstra tari dan tabuh serta kelanjutan ekstra yang ada di sekolah mengingat keterbatasaan dana yang ada.
Ketua komite dua hari berikutnya datang ke sekolah, tetapi tidak diajak membahas tentang penggunaan ruangan tersebut hanya diajak membicarakan tentang honor guru ekstra. Sehingga ketua komite menganggap tidak jadi murid kelas 2 masuk pagi.
Pada Jumat, 26 September, empat hari menjelang dilakukannya pemindahan kelas, ketua komite juga datang ke sekolah. Tujuannya membicarakan persiapan Saraswati sekaligus menyampaikan dana Rp 2,5 juta untuk biaya banten. Tetap tidak ada pemberitahuan apapun dari pihak sekolah, padahal saat itu bertemu juga dengan kepala sekolah.
Akhirnya karena kengototan pihak sekolah untuk tetap masuk pagi, tim komite meminta diadakan rapat dengan orang tua murid kelas 2. Biar mereka yang memilih apakah akan memilih masuk pagi dengan risiko beberapa hari duduk lesehan (kemarin kata pihak sekolah perwakilan dari wakil gubernur sudah ada dating ke sekolah dan mengatakan pak wagub akan membelikan bangku) atau memakai saran komite masuk siang pulang sore dengan kelas yang lebih baik dan ada bangkunya.
Jam 11-an banyak temen wartawan datang ke sekolah dan terjadilah kehebohan. Mungkin inilah poin sesungguhnya, media bergerak mengabarkan kejadian ini sehingga responnya menjadi cepat.
Sore hari, sekitar pukul 5.30 sepertinya berita ini sudah sampai ke pak wali karena ketua komite ditelpon pak lurah diajak bertemu pak camat untuk menjelaskan kejadian yang sesungguhnya. Maunya langsung ke pak wali. Karena pak wali sedang keluar maka pertemuan dengan wali kota diubah keesokan paginya.
2 Oktober
Semua media cetak memuat berita SD 3 Duduk Lesehan. Ketua komite, kepala sekolah dgn beberapa guru, pak camat, lurah dan kepala UPT Dikpora Densel menghadap pak wali kota di kediaman pukul 7 pagi. Ketua komite menyampaikan kronologi kejadian dari yang dia tahu. Begitu pula kepala sekolah sudah menyampaikan pertimbangannya.
Hasil lengkapnya telah ditwit di @denpasarkota.
Sepulang dari rumah wali kota berboncengan dengan seorang guru, ketua komite sampai di sekolah dan bertemu dengan Pak Edy, Kepala Dinas Dikpora Kota Denpasar. Beliau sedang berbicara dengan kepala sekolah dan seorang wartawan. Tak lama tiba-tiba Gubernur Bali sudah sampai di halaman sekolah. Beliau langsung meninjau kelas yang duduk lesehan..
Mukanya menunjukan raut yang sangat kecewa. Dan kata-kata kekecewaan terlontar dari orang nomor 1 di Bali. Beliau bergegas meninggalkan sekolah setelah meminta sekolah untuk mendata bangku yang diperlukan. Bila perlu beliau akan membelikan bangku dari uang pribadinya.
Setelah beliau pergi selang dua- tiga jam pak wali yang datang. Langsung sidak dan memberikan pengarahan. Di sini semakin jelas bahwa bangunan SD 3 Sesetan memang akan mendapat rehab di tahun ini tetapi karena sumber dananya dari DAK dan terjadi perubahan nomenklatur sehingga rehab ditunda.
Beliau menjamin 2015 ini sudah dimasukan keanggaran induk bahkan di Bappeda sudah muncul rencana rehab gedung SD 3 Sesetan ini.
Beliau memberikan perintah yang tegas kepada sekolah agar seluruh ruangan di bangunan lama tidak lagi dipergunakan. Karena riskan bagi keselamatan. Pintu ruangan yang sudah rusak parah agar diblok sehingga tidak ada anak-anak yang bermain di situ. [b]
miiiih.. ironis sekali.
mudah2an ini tidak dianggap anak2 lg lomba menggambar.