Jaya bertanya dengan panik di ruang triage medik Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Sanglah Denpasar Rabu lalu. “Kenapa saya bisa buta, Pak,” tanyanya berkali-kali pada perawat yang mengambil darahnya. Jaya diharuskan cuci darah karena ginjalnya mengalami kerusakan.
Warga Banjar Tegal Delodan, Tabanan ini tak menyangka, kebiasaan minum minuman beralkohol bersama teman-temannya, sesuatu yang biasa dia dilakukan, kali ini akan berakhir tragis. Dia terancam buta setelah menenggak minuman beralkohol bersama teman-temannya itu Minggu lalu di rumahnya. Jaya dan dua temannya harus diawat di IRD Sanglah, sementara sisanya dirawat di rumah sakit daerah Tabanan.
Di rumah sakit yang sama, di ruang Angsoka, I Wayan Tina juga tergeletak setelah minum arak. Warga Gianyar ini mengakui minum arak oplosan empat hari sebelumnya atau Jumat lalu. Ia minum arak itu usai pesta kondangan dan mabuk-mabukan di Gianyar bersama 10 orang lain. Dia dan I Kadek Kuwiyana ambruk dan dirawat di Sanglah.
“Terasa pusing. Saya minum arak oplosan, tidak tahu kemasan tau tidak,” ujar Tina yang masih diinfus.
Inilah tragedi sepanjang pekan ini. Puluhan orang jadi keracunan setelah minum arak oplosan. Total korban keracunan, termasuk yang tewas, 35 orang. Para korban itu datang dari berbagai daerah berbeda: Badung, Gianyar, Singaraja, dan Denpasar. Tapi semua punya gejala yang sama, keracunan setelah minum arak oplosan.
Hingga Jumat ini, 18 orang melayang nyawanya. Dari jumlah tersebut 16 orang meninggal di RS Sanglah Denpasar dengan sebagian sudah meninggal ketika sudah sampai rumah sakit (death on arrival). Sisanya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangli dan Tabanan.
Korban pertama datang ke Rumah Sakit Sanglah Senin lalu. Pada hari ini hanya satu korban yang datang sudah tak bernyawa. Lalu tiap hari korban terus bertambah. Esoknya, pada Selasa, jadi enam. Dan terus korban berjatuhan tiap hari. Semuanya karena minum arak oplosan tersebut.
Ni Kadek Sariasih, istri Jaya yang terlihat khawatir, mengatakan bahwa suaminya mengalami keracunan setelah menenggak arak. Bedanya kali ini, mereka membeli arak dalam kemasan yang dicampur minuman ringan. Ia tidak tahu penjualnya.
Istri Merta Dana, salah satu korban kritis lain, mengatakan suaminya minum-minum pada hari Minggu. Pada Senin sore ketika bangun, suaminya bilang matanya rabun lalu tidur lagi. “Saya tidak khawatir karena sudah biasa mabuk,” ujarnya.
Setelah memastikan suaminya pingsan, perempuan yang tak mau menyebut namanya ini pun membawa suaminya ke RS Dharma Kirti, Tabanan. Tapi karena kondisinya sekarat, Dana dirujuk ke IRD RS Sanglah Denpasar.
“Setahu saya minuman itu dibungkus plastik dan dibeli di tempat rahasia. Saya tidak tahu teman minumnya,” tambah perempuan tersebut.
Kepala IRD RS Sanglah Kuning Atmadjaya mengatakan semua korban keracunan memang memiliki gejala yang sama. “Secara umum mereka memiliki gejala yang sama. Misalnya kehilangan kesadaran, mual, muntah, dan sebagian besar gagal ginjal akut. Ini ciri-ciri alkohol bercampur etanol,” katanya.
Empat yang meninggal didiagnosa keracunan alkohol dengan kadar sangat tinggi. Sehingga kemampuan fungsi otak tidak ada.
Percampuran etanol dengan alkohol ini menurut Kuning menghasilkan zat dasar formalin, yang sangat berbahaya. “Ini kasus keracunan alkohol massal dan beruntun pertama yang kami tangani. Produknya harus cepat ditemukan,” ujar Kuning.
Selain korban tewas, arak oplosan ini pun meninggalkan korban yang masih selamat. Toh, menurut Kuning pasien yang selamat ini kemungkinan akan buta, sakit lever, dan kegagalan fungsi ginjal. “Tergantung kadar alkohol dan reaksinya,” katanya.
Hal senada dikatakan IB Putu Alit, Kepala Kedokteran Forensik RS Sanglah Denpasar. Menurut Alit pada semua korban ditemukan zat metanol dalam darah yang merusak organ dalamnya. Salah satunya pada korban perempuan berusia 30an tahun.
Otopsi berlangsung siang hari. Tidak ada kekerasan fisik yang ditemukan. Hanya luka kecil di mulut dan lidah akibat kejang-kejang. Menurut Alit, organ dalam korban telah rusak parah seperti paru-paru dan ginjal.
Seperti dikatakan Kuning, inilah untuk pertama kalinya terjadi kematian beruntun akibat minum minuman berkohol, termasuk jenis arak. Meski demikian, Kuning mengatakan, hampir di tiap akhir pekan, 75 persen pasien yang masuk IRD adalah pasien yang baru selesai mabuk-mabukan.
Ini data yang tak terlalu mengagetkan. Bali memang jadi salah satu tempat yang relatif bebas bagi mereka yang suka mengonsumsi minuman beralkohol termasuk arak. Kini kebiasaan itu memakan korban. Inilah mereka yang sudah jadi korban.
Arya Juni Arsa, 20 tahun; Bram Ruhulesin, 37 tahun; Wayan Moris Arta, 31 tahun; Komang Budi Ariadi, 31 tahun; Tia, 23 tahun; Nyoman Wilastra, 18 tahun; Komang Rai Budiana, 28 tahun; Hery Mulyono, 27 tahun; Maria, 30 tahun; Komang Jaya Atmaja, 29 tahun; I Putu Ramanda Parendra, 28 tahun.
Tambahan korban yang meninggal pada Kamis adalah I Gusti Putu Natih, 37 tahun; Arpan Dadi, 35 tahun; dan Dandum Prasetyawan, 23 tahun. Seorang korban yang telah meninggal pada 25 Mei lalu namun tak tercatat oleh RS Sanglah adalah I Putu Balik Sanjaya, 31 tahun.
Korban lainnya yang sedang dalam perawatan intensif adalah Yani Latuoerisa, 43 tahun; Wayan Tina, 20 tahun; Gillisby Zivago, 36 tahun; Dharma Yadnya, 36 tahun; Iwan Latuheru, 36 tahun; Noddy Frederik, Putu Sumberdana, 20 tahun, dan Gavin E. Tauran, 33 tahun.
Banyaknya korban toh sepertinya tak terlalu berpengaruh pada peminum di Denpasar. Di gang rumah saya di pinggiran Denpasar utara, tiap malam para tetangga itu masih saja asik minum rame-rame. Mungkin menunggu jadi korban baru mereka berhenti..[b]
Suud memunyah!!
Bali merupakan kampung halaman saya yang kedua. segala yang terjadi di Bali merupakan kebanggaan saya sebagai orang yang ber KTP Bali. Namun klo melihat fenomena yang masih berlangsung di kalngan anak muda Bali yang masih sering dan demen memunyah, sepertinya hal ini bukan cita2 Ngurah Rai dan kawan2 dalam memerdekaan Bali dari belenggu Belanda. Semoga dengan kejadian yang banyak memakan korban bisa membuat Truna2 Bali merubah paradigma berpikirnya. Semoga !!!.
ya ampun kejadian lagi…. seingetku pernah ada kejadian kaya gini beberapa tahun lalu… sekitar 2002 – 2003. penyebabnya arak yg mengandung metanol juga.
Dulu, seorang teman dekat pernah hampir jadi korban…. tapi ajaibnya selamat setelah dirawat di RS semaleman.
Teman-teman dan saudara yang masih demen beler tolong berhenti sebenmtar ya atau kalo bisa selamanya, tuh lihat banyak orang pade modar, gara gara si putih yang panas, ntar tambah banyak kasusnya!
bagi semeton bali semoga ini pelajaran supaya jngn terlalu sering mabuk2an, jangan sampe adu kuat2an minum arak, toh yang paling kuat minum yg rugi jg diri sendiri…