Kisah Raja Majapahit Bali kembali riuh di media.
Pemicunya tokoh Puri Jembrana AA Gde Benny Sutedja saat bedah buku Kisah Penculikan Gubernur Bali, Sutedja, 1966 pada Mei lalu. Anak dari Gubernur Bali pertama itu meminta Arya Wedakarna berhenti mengklaim sebagai Raja Majapahit.
“Saya minta agar Arya Wedakarna stop mengaku-ngaku sebagai Raja Majapahit Bali, keturunan trah Dalem Kepakisan. Uli Dije Tekane to? “ ujarnya sebagaimana ditulis Berita Bali.
Benny Sutedja, anak dari mantan Gubernur Bali pertama Anak Agung Bagus Sutedja itu melalanjutkan. “Kita harus bicara jujur saat bicara sejarah. Arya Wedakarna jangan lagi mengaku-ngaku sebagai Raja Majapahit. Saya tahu asal-usulnya. Saya tahu betul siapa bapaknya. Jadi jangan lakukan pembohongan publik lagi kepada masyarakat. Kalau tidak terima, cari saya di Kota Negara (Jembrana),” tegasnya.
Arya Wedakarna yang dia maksud adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Bali. Sejak 31 Desember 2009, Wedakarna mengaku sebagai Raja Majapahit di Bali. Dia juga terus menyatakan statusnya itu melalui berbagai media ataupun acara.
Di kartu namanya, Wedakarna menulis gelar panjangnya, Raja Majapahit Bali, Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan XIX. Kadang-kadang dia menulis nama lain Abhiseka Ratu Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III. Di waktu lain dia melengkap gelar dan nama lengkapnya, Ratu Ngurah Shri I Gusti Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Kaping III, Abhiseka Raja Majapahit Bali Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan XIX. Gelar dan nama sampai 22 kata!!
Melalui akun instagramnya, Wedakarna mengatakan enggan berdebat dengan Benny Sutedja terkait tudingan agar tidak mengaku-aku sebagai Raja Majapahit tersebut. Berikut komentar lengkapnya.
Kakanda AA Benny Sudteja adalah kawan baik keluarga kami. Beliau pernah datang ke Istana saya di Mancawarna Tampaksiring dan bertemu saya. Tiang juga pernah ke Puri beliau di Negara. Saat beberapa kali bertemu tdk pernah beliau langsung bertanya didepan saya ttg Gelar Raja Majapahit. Kalau beliau bertanya pasti tiang jawab sejarah puri kami. Harusnya bicara dpn tiang nggih. Mungkin ada kaitan dgn sejarah orang tua kami.
Anda boleh tanya ke tokoh tua2 di Bali, pada zaman persaingan politik PKI dan PNI di Bali jelang G30S 1965. kedua ayah kami memang bersaing secara politik.. Ayah kami pernah bertarung fisik di podium disaksikan ribuan rakyat dilapangan. kebetulan ayah tiang tokoh PNI yg getol melawan PKI di Bali.
Ayah kami Shri Wedastera Suyasa (Ketua Umum Trah Arya Kenceng Tegeh kori pd zamannya) adalah teman seperjuangan dgn Cok Sayoga asal Puri Satria (ayah Senator Cok Rat dan Menteri Puspayoga). Ikatan sejarah kami kuat sekali antara Puri Satria dgn Puri Tegeh Kori. Kami sama sama warih, termasuk ketika Raja Denpasar Cokorda Samirana mengangkat tiang jadi salah satu Wakil Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN).
Kami juga prihatin bahwa Gubernur Bali AA Sutedja menjadi korban akibat situasi politik saat itu padahal AA Sutedja adalah tokoh yg baik dan disayang Bung Karno. Jadi saya tdk mengerti jika ada pernyataan beliau thd titiang dan memasalahkan gelar Raja.
Dokumentasi sejarah PNI Bali lengkap ada di The Sukarno Center termasuk juga sejumlah saksi sejarah seperti Ibu Sukmawati Soekarno Putri dan keluarga BK. Bisa diperiksa. Jadi demi menjaga nama baik beliau (AA Benny Sutedja) tiang akan sabar manten, semoga beliau sehat dan diberkati. Beliau juga keluarga kami… Tak elok tiang berdebat dgn senior.
Gara-gara kontroversi pengaku Raja Majapahit Bali kembali muncul di media, saya jadi ingat tulisan lama tentang kontroversi pengaku raja Majapahit di Bali. Tulisan bersama Eka Juni Artawan dan Andy Putera ini dimuat BaliPublika pada Februari 2013. Karena medianya sudah tidak terbit, jadi saya masukkan kembali di sini dengan sedikit revisi.
Dua Alasan
Dalam wawancara dengan saya dan dua teman pada Januari 2013, Wedakarna bercerita, penahbisan dirinya sebagai Raja Majapahit di Bali dilakukan pada 31 Desember 2009 silam di Pura Besakih, Karangasem oleh pendeta Siwa Budha.
Bapak satu anak yang lahir di Denpasar pada 23 Agustus 1980 ini menyebut alasan kenapa dia layak sebagai Raja Majapahit di Bali. Pertama, trahnya dari Tegeh Kori Kresna Kepakisan adalah keturunan Raja Badung. “Trah saya adalah Tegeh Kori Kresna Kepakisan yang dalam sejarah tercatat sebagai pendiri dan Raja Badung pertama,” begitu Wedakarna mengklaim.
Menurut Wedakarna, sejak 2009 silam, dia juga menjadi Sekjen Pasemetonan Agung Arya Benculuk Tegeh Kori sehingga layak terpilih sebagai raja meneruskan trahnya tersebut.
Alasan kedua, dia mengaku diberikan mandat oleh masyarakat trah Majapahit dari Jawa untuk memegang gelar dan melanjutkan kembali trah Majapahit. Menurutnya, para trah Majapahit tersebut mendapatkan pawisik, semacam wahyu, bahwa harus ada orang yang meneruskan kejayaan Majapahit. Penerus ini termasuk mengurusi pusaka-pusaka Majapahit yang tersebar di banyak tempat. Tak hanya di Bali.
Pawisik tersebut merujuk kepadanya.
Namun, ketika ditanya trah Majapahit itu di mana agar bisa dikonfirmasi, Wedakarna tak bisa menyebut pasti ketika itu. “Mereka tidak berupa organisasi resmi tapi menyebar di mana-mana,” ujarnya.
Gugatan
Klaim oleh Wedakarna menyisakan beberapa pertanyaan sekaligus gugatan. Pertama, datang dari para raja di Bali. Secara adat, beberapa puri di Bali, masih memiliki raja, seperti Badung, Tabanan, Gianyar, Klungkung, dan lain-lain. Penanggung jawab atau pemimpin tertinggi puri disebut penglingsir. Sebagian penglingsir yang sudah di-abhiseka (ditahbiskan) baru disebut raja, seperti dari Puri Klungkung dan Tabanan.
Pada 9 Oktober 2011 para raja dan penglingsir dari puri-puri Bali berkumpul di Puri Peliatan, Ubud, Gianyar untuk membahas klaim sepihak Wedakarna. Seluruh wakil puri besar di Bali, yaitu Gianyar, Klungkung, Denpasar, Tabanan, Bangli, Karangasem, Badung, Singaraja, dan Jembrana menghadiri pertemuan. Ada pula 57 puri kecil dari seluruh Bali.
Bersama para penglingsir tersebut hadir pula perwakilan Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP), pemerintah, dan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga turut serta.
Salah satu topik pertemuan adalah kontroversi pengaku Raja Majapahit Bali itu. Muncul gugatan terhadap Wedakarna. Hasil rapat itu, para penglingsir dan raja menolak klaim tersebut. “Kami menolak oknum yang mengaku sebagai raja Majapahit di Bali,” kata Raja Klungkung Ida Dalem Semara Putra yang juga Ketua Paiketan Puri-Puri se-Jebag Bali.
Hingga saat ini, secara tradisional Puri Klungkung masih menjadi “puri pengikat” para penglingsir di Bali. Semara Putra dianggap sebagai penglingsir bagi raja-raja lain di Bali. Dia menjadi semacam koordinator para raja di Bali.
Menurut Semara Putra, berdasarkan bukti sejarah, di Bali tidak pernah ada keturunan Raja Majapahit. Meskipun Bali pernah dikuasai Majapahit pada 1352 hingga 1677, saat itu Raja Majapahit tidak memerintah dari Bali melainkan melalui para wakilnya di Bali. “Karena itu, kami tidak mau mengakui adanya Abhiseka Raja Majapahit di Bali,” ujarnya.
Penolakan tersebut bahkan dibuat dalam bentuk surat pernyataan atas nama Paiketan Puri-puri se-Jebag (seluruh) Bali yang terdiri dari lima poin. Pernyataan tidak mengakui dan menolak klaim Wedakarna menjadi salah satu dari lima poin pernyataan. “Menyikapi oknum yang mengaku sebagai Raja Majapahit Bali I, kami menolak dan tidak mengakui,” demikian pernyataan tersebut.
Surat pernyataan tersebut juga dikirimkan kepada Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN). Dalam surat tertanggal 17 Oktober 2011 tersebut, FSKN Bali mengatakan dengan lugas dan tegas menolak adanya oknum yang mengaku sebagai Abhiseka Raja Majapahit Bali. Dalam surat yang ditandatangani Ketua FSKN Bali Anak Agung Gde Agung dan Sekretaris Anak Agung Ngurah Putra Dharmanuraga tersebut, mereka juga meminta agar para raja dan pemangku adat di Bali maupun Indonesia mengetahui hal tersebut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Komentar lain terhadap klaim Wedakarna juga datang dari beberapa raja dan penglingsir di Bali, termasuk dari A.A Ngurah Gede Kusuma Wardana, Raja Puri Kesiman, Denpasar. “Dia (Wedakarna, red) menyebut dirinya raja. Dia itu bukan orang bodoh, orang pintar itu. Pintar mengibuli sejarah,” demikian komentar Kusuma Wardana.
Namun, ketika ditanya tentang penolakan tersebut, Wedakarna menjawab santai. “Selama (gugatan) itu belum tertulis saya tidak menganggapnya sebagai gugatan tetapi merupakan curhatan dari raja-raja tersebut,” jawabnya.
“Secara psikologis, siapa sih orang tua di Indonesia, apalagi di Bali yang mau tersaingi sama anak muda seperti saya. Gitu, lho,” katanya saat itu.
Membingungkan
Baik Raja Klungkung maupun Penglingsir Kesiman, dua tokoh puri yang jelas wilayah dan asal muasalnya, menegaskan bahwa berdasarkan data dan bukti sejarah, di Bali tidak pernah ada keturunan Raja Majapahit.
Sejarawan I Nyoman Wijaya pun mengatakan hal serupa. Inilah pertanyaan kedua.
Menurut Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali tersebut, secara genealogis keturunan Raja Majapahit tidak ada yang di Bali. Para bangsawan Jawa, yang dikirim Raja Majapahit pada tahun 1300-an setelah mereka menguasai Bali, adalah mereka yang memiliki hubungan secara politis, bukan biologis, dengan Raja Majapahit saat itu.
“Penerus Raja Majapahit secara genealogis itu justru di Demak (Jawa Tengah),” kata doktor alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini.
Menurut Wijaya, ketika Majapahit menguasai Bali sejak tahun 1343, Bali tidak terlalu stabil. Karena itu pada 1350, Majapahit mengutus Sri Kresna Kepakisan yang juga dikenal sebagai Raja Samprangan I. Pendamping Kresna Kepakisan adalah Arya Kepakisan. Pusat kekuasaan ini kemudian pindah ke Gelgel, Klungkung. Sebelum terpecah menjadi banyak kerajaan kecil pada zaman kolonial, perwakilan Majapahit di Bali terpusat di Klungkung.
Oleh karena itulah hingga saat ini, Puri Klungkung masih dituakan oleh puri-puri lain di Bali. Ida Dalem Semara Putra, Raja Klungkung saat ini, pun sudah diabhiseka pada 10 Oktober 2010. Dia menjadi Penglingsir Agung Paiketan Puri-puri se-Bali sejak 6 Juni pada tahun yang sama.
Salah satu cara membuktikan klaim Wedakarna, kata Wijaya, adalah dengan melihat purusa atau asal usulnya. Jika ada yang mengaku sebagai raja, tinggal ditanya di mana istananya, siapa pengikutnya, atau di mana saja wilayah kekuasaannya.
Selain dari sejarawan, yang lebih akademis dan ilmiah, bantahan terhadap klaim Wedakarna sebagai Raja Majapahit tersebut juga datang dari kalangan keturunan Sri Arya Kepakisan. Gusti Ngurah Harta, mantan Ketua Pasemetonan Sri Nararya Kepakisan, mengatakan klaim Wedakarna sebagai Raja Majapahit di Bali jelas keliru.
Jika mengacu kepada gelar panjangnya, Wedakarna menggabungkan dua trah, yaitu Arya Kepakisan dan Tegeh Kori. Menurut Ngurah Harta, dua soroh tersebut tidak mungkin bisa dijadikan satu sebagai sebuah gelar. “Mereka soroh yang berbeda. Makanya Wedakarna itu membingungkan, dia Tegeh Kori atau Kepakisan. Tidak jelas,” tambahnya.
Mengacu kepada Babad Balabatuh terbitan Pustaka Balimas pada tahun 1958, Tegeh Kori bukanlah keturunan Raja Majapahit meskipun menjadi bangsawan pada saat itu. Tegeh Kori ini, menurut Ngurah Harta, awalnya di Tegal, Denpasar sebelum pindah ke Tegal Tamu, di Batubulan. “Saya tidak tahu apakah Tegeh Kori ini yang dimaksud Wedakarna,” ujar Ngurah Harta.
Meskipun mendapat banyak bantahan dari kalangan puri, sejarawan, dan keturunan trah Arya Kepakisan, Wedakarna toh cuek bebek. Dia tetap menyebarluaskan klaimnya sebagai Abhiseka Raja Majapahit Bali.
Ketika ditanya di mana istananya sebagai Abhiseka Raja Majapahit di Bali, Wedakarna menjawab bahwa istananya berada di Istana Mancawarna, Tampaksiring, karena pada tahun 1927 raja-raja Nusantara mengadakan rapat di Tampaksiring.
“Jadi, saya ingin kembali membangkitkan Tampaksiring,” ujarnya.
Mengenai wilayah kekuasaan, Wedakarna mengatakan dia bukanlah raja dengan wilayah tertentu seperti raja-raja lain di Bali maupun Indonesia. Abhiseka Majapahit, menurutnya, adalah gelar budaya, bukan gelar teritori. “Saya tidak mau terkontaminasi dengan teritori, seperti di Bali ada raja satu kabupaten. Itu kan sangat kecil,” ujarnya. [b]
website ini sudah ditebak apa modusnya, anti tokoh non muslim di indonesia, pendukung penghapusan pancasila dan ingin mengubah negara indonesia menjadi negara agama. Setiap tokoh yang non muslim yang vocal membela agama dan daerah nya yang minoritas pasti akan di fitnah, dikucilkan dan berusaha diberantas. website idiot!
Hah?? Anda benar2 salah mengartikan isi artikel ini. Kejauhan mikirnya sampai ke arah sana. Anda orang Bali bukan?. Kalau iya pasti ngerti masalah arya wedakarna ini. Intinya dia ini orang2 yg mengaku2 sebagai ketururnan raja Majapahit di Bali, sedangkan raja2 yg sebelumnya sudah ada di Bali merasa tidak ada keturunan langsung dari Raja Majapahit yang ada di Bali. Jadi wajar adanya pertentangan. Masyarakat di Bali sendiri banyak yang pro kontra thd masalah ini. Tapi benar-benar ga ada hubungannya dg sentimen agama lain. Tolong jgn dicampur adukan dan jgn bawa2 Bali ke dalam opini SARA macam ini.
Ap kone? ??
Wah yakin seperti itu mba? Ini memang nyata ttg apa yg terjadi di bali
Mbak idiot.. kalo gak ngerti, mending diem mbak
Kok disangkutkan dengan muslim? Kan ini masalah identitas Bali dan keabsahan pengakuan sso sebagai raja Bali. Wajar dong para raja Bali murka kalau sejarah Bali diputarbalikan… kayak kurang ajar dan gak punya etika banget itu orang. Kalau beliau cinta Bali dan agamanya gak perlu mengaku sebagai raja maupun orang suci kaleee
Tolol Anda wkwkwkwkw bahasa Indonesia aja gak.ngerti.
Sejarah adalah fakta di lapangan sedangkan agama tempatnya di atas langit ,, Betulkah Majapahit menyerang Bali dari 3 arah dgn membawa ribuan pasukan setelah Kebo Iwa ditipu dan dibunuh di Jawa ?? Bila betul, pertanyaan selanjutnya, Sisa tentara Majapahit yg masih hidup dan menetap di Bali masuk ‘soroh’ atau klompok warga apakah mereka dan dimana Pura Kawitannya ?? Bila terjdi pertempuran tentu ada yg tewas, dimana kuburan massal mereka atau monumen untuk mengenang para arwah prajurit yg gugur? Bila betul, tentu nama desa dan nama orang Bali berbau jawa?? Hanya satu kata BOHONG ,, berlanjut
Saya orang bali, dan jujur saya gak ngerti apa yang dibicarakan di artikel ini. Maapkan hamba yg rakyat biasa, otaknya gak mampu mikirin gelar raja sampe ke sejarah dalem2nya. Yang penting gue makan nasi campur tiap hari aja udan bahagia.. . #gaknyambung #rakyatbiasa #otaksayagaksampe #abaikankomensaya
Jangan lupa nasi be gulingnya bos
Perihal pengangkatan diri menjadi Raja Majapahit di Bali tentu saja ditentang keras oleh (terutama dari) Dalem Gelgel. Kalau melirik silsilah sejarah “wakil” Majapahit menjadi Raja di Bali, kembali ke garis silsilah Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan. Kresna Kepakisan merupaka utusan resmi dari Majapahit untuk mendirikan kerajaan guna menstabilkan kekuasaan Majapahit di Bali. Dari Sri Aji Krisna Kepakisan, memiliki 2 orang istri, dari istri pertama melahirkan Dalem Samprangan, Dalem Tarukan, Dalem Cili, Dalem Ketut, dari istri kedua lahir Dalem Tegal Besung. Pada saat Kresna Kepakisan turun dari tahta, Dalem Samprangan yg meneruskan, tp karena tidak kompetennya dalam memerintah, pemerintahaan Kresna Kepakisan dilanjutak ke putra bungsu beliau, Dalem Ketut (Ngulesir). Dalem Ketut ini memiliki seorang putra yg melanjutkan pemerintahan Dalem Kresna Kepakisan di Gelgel yg bergelar Dalem Waturenggong. Dalem Waturenggong memiliki dua orang putra, Dewa Pemahyun dan Dewa Dimade. Sama seperti Dalem Samprangan, Dewa Pemahyun tidak memiliki kompetensi memimpin pemerintahan sehingga diteruskan oleh sang adik, Dalem Dimade yg kemudian bergelar Dalem Sagening di Gelgel.
Lalu dimana garis Arya terutama Arya Tegeh Kori yg disanjung oleh saudara Wedakarna? Arya Tegeh Kori berakar dari Arya Kenceng yg merupakan salah satu Arya yg ditugaskan oleh kerajaan Majapahit utk membantu Dalem Kresna Kepakisan membangun cabang kerajaan Majapahit di Bali. Pada saan Kresna Kepakisan menginjakan kaki di Bali ada 19 Arya yg turut serta membantu beliau, dan salah satu yg utama adalah Arya Kenceng yg kemudian bertempat di Tabanan menjadi Raja Tabanan. Jd peran Arya ini sebenarnya “abdi dalem” dari Kresna Kepakisan, bukan Raja yg ditunjuk oleh Majapahit utk mendirikan kerajaan di Bali.
Jadi siapa yg berhak menyandang sebenarnya, tentunya garis keturunan dari Kresna Kepakisan yg berujung pada garis keturunan Dalem Sagening di Gelgel. Jadi wajarlah pihak puri Gelgel mempertanyakan pengangkatan Wedakarna menjadi Raja Majapahit di Bali yg (katanya) berasal dari garis keturunan Arya Tegeh Kori yg berakar ke Arya Kenceng.
Tapi perlu di ingat kerajaan Majapahit memiliki serjarah yg kelam terhadap kerajaan asli di Bali terutama kerajaan Bedahuludi Tampak Siring, berisikan pengkhianatan dan sebagainya terhadap penduduk asli di Bali, seperti pembunuhan terhadap patih kesayangan Kebo Iwa oleh tipu muslihat Gajah Mada. Jadi kita yg mewarisi garis keturunan Majapahit hendaknya janganlah meninggikan derajat (terkesan “tegeh”) di Bali, karena kita memiliki hutang yg bisa dibilang tidak bisa dibayarkan kepada rakyat asli Bali.
Sumber: Babad Satria Dalem, Babad Arya Kenceng
Betul sekali hidup bali aga!!,Ida bagus cokorde anak agung semua jangan sombong ,anda hanya pendatang!
Setahu saya yang dikatakan sebagai kerajaan Badung Pertama adalah yang berpusat di Tegal Badung dari Rajanya dari Trah Arya Kenceng Tegeh Kori, setelah terjadi perang, keturunan Raja Badung tsb mengungsi ke Kapal ( Mengwi) dan akhirnya ke Tegal Tamu ( Tamu dari Tegal ) batubulan , keturunan terakhir Arya Kenceng Tegeh Kori masih ada di Puri Agung Tegal Tamu, Batubulan Gianyar. Dan Wedakarna tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga puri tersebut . Lalu Wedakarna itu Tegeh Kori yang mana?
Mengenai wilayah kekuasaan, Wedakarna mengatakan dia bukanlah raja dengan wilayah tertentu seperti raja-raja lain di Bali maupun Indonesia. Abhiseka Majapahit, menurutnya, adalah gelar budaya, bukan gelar teritori. “Saya tidak mau terkontaminasi dengan teritori, seperti di Bali ada raja satu kabupaten. Itu kan sangat kecil,” Hanya gelar budaya !!!
Tapi toh, knp harus wedakarna ???
Gusti Kenceng Tegeh Kori berbeda dengan Dalem Benculuk/Tonja/Katonjaya Tegeh Kuri. Gusti Kenceng Tegeh Kori asal-usulnya secara genelogis keturunan Arya Kenceng Anglurah Tabanan punya putra 3 dan 1 puteri (Sri Magada Prabu, Sri Magada Natha, Kyai Kenceng Tegehe, Gusti Ayu Kenceng Bongan), Kyai Kenceng Tegehe menjadi Raja Badung/Bandanapura menggantikan Arya Wang Bang Pinatih di Puri Kertalangu ditinggalkan pergi ke Sulang, karena Puri Kertalangu dikerubungi oleh semut gaib Ki Dukuh Pahang Sakti, atas permohonan masyarakat Kertalangu Badung yang diwakili oleh Pasek Bendesa Kayu Mas kehadapan Dalem Samprangan Sri Kresna Kepakisan agar menghadap kpd Arya Kenceng Tabanan agar salah satu putra Arya Kenceng dijadikan Raja di Badung/Bandanapura/Kertalangu, akhirnya Kyai Kenceng Tegeh menjadi Raja Badung/Bandanapura membuat Puri Tegeh Kori Agung di Tegal Monangmaning, sedangkan Arya Dalem Benculuk Tegeh Kuri adalah putra Dalem Samprangan Sri Aji Kresna Kepakisan yang diberikan kepada Arya Kenceng Anglurah Tabanan/Buahan/Pucangan agar dijadikan putra angkat/dharmaputra/putra upon-upon dgn banten peras-baleman dipersaudarakan dgn putera2 Arya Kenceng lainnya, setelah dewasa terjadi perselisihan internal dalam keluarga Arya Kenceng dan Arya Dalem Benculuk Tegeh Kuri keluar dari istana Singasana Tabanan menuju Gunung Batur sampai di Danau Batur mendapat anugerah Dewi Hyang Danu Batur, singkat cerita sampai di Benculuk/Tonja/Katonjaya Denpasar Badung dijadikan raja di Benculuk oleh Keturunan Pasek Bendesa Gelgel (Pasek Ngukuhin, Pasek Kubakal, dll).
malu malu memalukan..apasih yg dikejar ngaku2 raja majapahit bali? sejak kapan ada raja majapahit bali? bohooong!!
Nyak asanne to, yen ya ngaku raja bali, berarti kan menguasai semua raja2 ne ada dibali seperti gianyar, denpasar, tabanan, kluungkung, buleleng dan lainnya, tp istananya ga ada. Keturunan ga jelas juga, soroh arya apa soroh dalem??
Perlu ke spikologis ya to. Seger apa gelem.
Wah,. tiyang kembali mengenang sejarah karena berita ini,. yang pertama, suksma karena telah mempublish berita ini,.
Oke, menurut tiyang yang bukan orang Satrawan ataupun Sejarahwan,. Bagaimanapun jalannya cerita tentang “Raja-Raja” ini patut di bagikan ke publik, supaya semakin banyak orang yang mengingat dan tau sejarah asal muasalnya,. Bagi tiyang, tidak penting “mengakui diri sebagai Raja” ketika tidak ada yang bisa di buktikan,. Namun tidak ada salahnya bila kita sedikit tau tentang sejarah yang bahkan tidak diajarkan di sekolah,. Jadi tiyang akan terus mengikuti kemana alur cerita yang akan dibawakan ini,. yang penting dan perlu diingat adalah “Kebenaran akan segera terungkap”,. Suksma,.
Up,.!
Yang coment baca dulu masalahnya ini bukan menyangkut agama,, tapi masalah keturunan
Tidak masalah mnrt saya pribadi apakah dia mengaku-ngaku sebagai Keturunan Raja, atau tidak, yang terpenting bisa membawa nama Bali kususnya dan dapat mengayomi semua warganya, itu yang merupakan Raja seutuhnya.
Namun seyogyanya, bagi siapapun dia, entah dia seseorang yang mengaku keturunan Raja atau bukan seseorang dari keturunan atau atau apapun itu, harus bisa membawa masyarakat Bali kususnya menjadi pribadi-pribadi yang positif dan maju, berpikir kritis, terbuka, menerima pendapat ataupun kritik.
Ketika seseorang itu mampu membawa masyarakat Bali kususnya menjadi pribadi-pribadi yang positif, maju dan terbuka, maka menurut saya, seseorang tersebutlah sejatinya seorang Raja
Terbaik untuk Bali dan Indonesia
Sesuatu bisa diartikan ‘Raja’ ketika sesuatu itu dapat mempengaruhi dan mengayomi semua kalangan.
Saya setuju dgn pendapat pak Agus, seorang “Raja”sejati adalah seorang yang bisa mengayomi dan membela rakyatnya. TAPI Apakah perlu seseorang mengaku ngaku dirinya Raja untuk dpt menjadi “Raja”sejati bagi rakyat Bali? Cob pikirkan… suksma
Saya setuju dengan pendapat Agus Surayanata, seorang “Raja”sejati adalah seorang yang bisa mengayomi dan membela kepentingan masyarakat Bali secara umum
Raja menghayal ne.. Sejarah dirinya aj masih membingungkan, bbrp wktu lalu udh berani membalikan sejarah leluhur sya , d koran d katakan ia mengatakn bahwa warga pande dulu adalah bagian dari majapahit, tp dlm sejarah leluhur sya justru dulu majapahit lah yang memburu dan membunuh banyak warga pande d kerajaan klungkung, sehingga keberadaannya di asingkan dan menyebar , sehingga d grup pesemetonan sya wktu ini terjadi perbincangan ttg masalah itu. Jangan konyol deh pkok a pak brow..
Zzzzzttt..sengak raos nak lingsir niki madan merebutin entut kirik merebutin balung tan peisi pamupute uyut singkaruan…intinya di catur mare ade raje lengkap perdana mentri negakin jaran mebenteng mepluncur rakyat..??
mana nie…….keturunan bali age …..yg lebih tau kronologi sejarah bali