Kebakaran TPA Suwung telah usai. Truk pengangkut sampah sudah kembali membawa sampahnya secara normal ke TPA Suwung. Pengangkutan sampah di sekitar Kota Denpasar juga sudah seperti semula. Semuanya tampak “kembali baik-baik saja” walaupun sebenarnya masih banyak potensi resiko yang mengintai.
Bali bisa bernapas lebih lega setelah tidak perlu kebingungan lagi mencari tempat “penitipan” sampah. Namun, bukan berarti semua masalah sudah selesai. Seluruh perhatian memang tertuju pada TPA Suwung yang apinya sukses dipadamkan dan bersorak gembira atas hal tersebut. Tapi bagaimana kondisi terkini TPS Kelating, tempat yang saat itu dijadikan pengganti TPA Suwung?
Pada Kamis, 18 Januari 2024, sudah tidak terlihat antrean truk sampah yang mengular seperti tampak sebelumnya di media sosial. Hamparan sampah ada di tengah persawahan. Jika dari dipotret dari udara, akan terlihat suasana kontras, terasering sawah berpadu dengan gundukan sampah tercampur.
Jalanan Desa Kelating kini sudah difungsikan secara normal kembali oleh masyarakat setempat untuk kegiatan sehari-hari. Sebelumnya truk-truk mengular memenuhi jalan desa menuju TPS yang difungsikan TPA pasca Suwung terbakar.
TPS Kelating menyisakan sedikit tumpukan sampah yang kebetulan baru sampai pada hari itu. Terparkir satu alat berat berupa ekskavator berwarna biru milik Desa Adat yang mengurus sampah-sampah yang datang. Suasana TPS Kelating tidak seperti pada masa-masa darurat sampah lagi. Saat ini, TPS Kelating kembali dimanfaatkan untuk menampung sampah dari Kelating dan beberapa desa di sekitarnya. Terhitung per harinya hanya 5 – 6 truk yang datang, angka yang berubah secara signifikan jika dibandingkan dengan sebelumnya yang bisa mencapai 150 truk per hari.
I Made Suarga, Perbekel Desa Kelating menjelaskan bahwa sampah yang dihasilkan oleh warga Kelating sepenuhnya dikelola oleh desa. Sebelum membuang sampahnya, warga akan diminta untuk memilah sampah dari rumah. Sampah plastik berharga akan dikumpulkan dan ditukarkan dengan beras setiap satu bulan sekali yang dilakukan secara bergiliran di enam banjar. Sampah yang tidak ditukarkan akan dikumpulkan dan diangkut ke TPS Kelating oleh truk setiap hari Kamis dan hari Minggu di setiap minggunya.
“Organiknya dibuang di sana (TPS Kelating), plastiknya ditukar dengan beras.” ungkap Made Suarga soal gagasan pengelolaan sampahnya. Sampah plastik yang terkumpul kemudian dibawa oleh BUMDes menuju ke tempat-tempat pengolahan plastik di daerah Marga, Tabanan. Hal ini jadi paradoks, karena Kelating kini menerima sampah tidak terpilah dari desa-desa lain pasca TPA Suwung terbakar.
Pengelolaan sampah di Desa Kelating terlihat sudah berjalan dengan normal. Namun, di balik itu semua, masih ada janji-janji penanganan sampah dari beberapa pemerintah daerah yang belum terealisasi pasca TPS Kelating digunakan sebagai pengganti sementara TPA Suwung. Made Suarga menyatakan bahwa saat awal diminta untuk menerima sampah dari tiga kabupaten di Bali, pihak Desa Kelating dijanjikan adanya bantuan berupa perbaikan jalan dan hal lainnya. “Dari Pemda maunya itupun diperlebar jalannya, hotmik, dan lain sebagainya,” ujar Made Suarga. Lebih lanjut, Made Suarga mengakui bahwa hingga saat ini belum ada sama sekali realisasi bantuan yang dijanjikan.
Ditemui dalam kesempatan yang berbeda, Dewa Made Maharjana, Bendesa Adat Desa Kelating, menyatakan bahwa saat ini pihaknya sedang berusaha untuk menagih bantuan yang dijanjikan sebelumnya. Dewa Maharjana sudah berkomunikasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung dan surat permohonan bantuan yang diajukan sudah diterima. Berbeda dengan Kabupaten Badung, Dewa Maharjana memberikan catatan khusus untuk Pemerintah Kota Denpasar.
Ia merasa dipersulit dalam proses permohonan bantuan ini. “Sudah bicara karena Bendesa Adat (Desa Kelating) kepingin ketemu dengan walikota, menghadap untuk mohon bantuan karena masih menyisakan, pasca buang sampah, masih menyisakan masalah untuk keperluan tanah urug,” ungkap Dewa Maharjana. Permintaan ini disampaikannya melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, tetapi belum mendapatkan tanggapan hingga saat ini. “Sudah berkoordinasi dengan Sekdis (DLHK Kota Denpasar), disuruh menunggu-menunggu, sampai saat ini tidak ada,” jelas Dewa Maharjana.
Permasalahan yang diakibatkan oleh terbakarnya TPA Suwung tidak hanya berhenti sampai api padam. Janji-janji akan diberikannya bantuan kepada TPS Kelating, yang sudah menyediakan tempat pengganti sementara untuk penampungan sampah, harus dipertanggungjawabkan dan direalisasikan.