Berbagai komunitas peduli sampah di Bali menggelar acara bersama.
Mengusung tema GaraGaraSampah, Komunitas Peduli Sampah (KPS) Bali mengenalkan beragam inisiatif untuk mengurangi, mengelola, atau membuat produk menarik dari sampah. Salah satu cara sederhana adalah dengan membawa tas belanja.
Kegiatan GaraGara Sampah diadakan pada Sabtu, 24 Maret 2018, di Plaza Renon, Denpasar. Ada diskusi, pameran, dan pertukaran tas belanja.
Banyak alasan kenapa kegiatan ini perlu dilakukan.
Indonesia adalah negara nomor dua setelah China yang dinyatakan lautnya penuh dengan sampah plastik. Sebagai daerah tujuan pariwisata, Bali juga menjadi soroton karena citra tentang sampah di laut yang menjadi viral di media sosial sehingga dibaca dan dilihat orang seluruh dunia.
Tentu saja ini bisa menjadi ancaman dan tantangan untuk seluruh masyarakat Bali di masa depan jika tidak melakukan perubahan.
Di sisi lain, gaya hidup manusia modern penggunaan plastik terus membudaya. Hal ini dikarenakan plastik murah, ringan dan tidak mudah pecah. Dalam tiap menit, Indonesia menggunakan kantong plastik lebih 1 juta. Dalam hitungan menit pula kantong plastik sudah berada di bak sampah atau bahkan beterbangan jatuh di sungai, hingga laut.
Pada tahun 2016 pemerintah mengeluarkan kebijakan kantong plastik berbayar. Hasil evaluasi di tahun 2017 atas kebijakan ini cukup dianggap signifikan hampir 50 persen penurunan penggunaan plastik. Sayangnya, kondisi ini ternyata belum menjawab perubahan sampah yang beredar di laut atau pantai-pantai di Indonesia.
Menurut Badan Lingkungan PBB (UNEP), tiap tahunnya kota-kota di dunia menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton. Sementara Bank Dunia memperkirakan pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga 2,2 milir ton.
Tata kelola sampah yang sangat yang buruk, terutama di negara-negara berkembang, menjadi salah satu pemicunya.
Sebagai contoh daur ulang sampah di Indonesia termasuk rendah, kurang dari 50 persen. Kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan juga sangat rendah karena budaya membuang sampah dari generasi ke generasi terus terjadi di Indonesia.
Beberapa kejadian fatal akibat tatakelola sampah yang buruk sering terjadi di Indonesia, puncak kejadian fatal yang menimbulkan korban ratusan orang terjadi dalam tragedi longsornya sampah di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 yang silam. Tragedi ini kemudian disepakati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap tahun di Indonesia.
Antisipasi
Banyak cara untuk menangani sampah agar tidak makin menjadi masalah. Ada antisipasi pengelolaan sampah yang dikenal dengan konsep 3R atau reuse (menggunakan ulang), reduce (mengurang), dan recycle (mendaur ulang). Ada juga beberapa inisiasi dalam pengembangan konsep Bank Sampah.
Jumlah kota yang mengembangkan Bank Sampah meningkat dari 22 kota menjadi 41 kota pada tahun 2012. Jumlah unit Bank Sampah juga bertambah dari 471 menjadi 585 unit, meningkat sekitar 24 persen (Zika Zakiya. Sumber: UNEP, Kompas.com, Kementerian LH, 2015).
Salah satu konsep yang saat ini juga diperkenalkan di Indonesia yang dimotori Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) adalah konsep Circular Economy atau ekonomi memutar. Strategi produksi dan konsumsi yang menghasilkan nol sampah adalah sebuah pilihan yang bisa diterapkan di Indonesia. Agar ekonomi dapat bersiklus, pemerintah bersama semua komponen terkait yang ada perlu mengembangkan sistem edukasi, kelembagaan serta berbagai aspek kepemerintahan lainnya yang memampukan sistem ekonomi melingkar.
Pulau Bali sampai saat ini menghasilkan sampah kurang lebih 10 ribu meter kubik setiap hari. Jumlah sampah plastik adalah 11 persen dari jumlah seluruhnya. Adapun Kota Denpasar berkontribusi membuang sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung 2.700 meter kubik setiap harinya.
Sampah akan bertambah volumenya saat menjelang upacara agama Hindu, mencapai 3.000 meter kubik. Jumlah ini belum termasuk yang dibuang ke got, sungai, tepi jalan dan lahan-lahan kosong. Akibat sampah dibuang sembarangan, beberapa kota termasuk Denpasar, sering mengalami banjir ketika musim hujan tiba. Sampah menyumbat got sehingga air hujan meluap dan banjir di kawasan perumahan serta jalanan.
Di Bali, sudah banyak individu dan komunitas yang melakukan respon gara gara sampah, dan sukses mengelola sampah. Berbagai macam bentuk sesuai profesi masing-masing orang berkarya bisa jasa, musik, fotografi, lukis, bank sampah, hastakarya, teknologi dan banyak lagi.
Inilah profil sebgaian dari mereka yang berbagi pengalaman dalam agenda GaraGaraSampah Sabtu ini.
Made Bayak, Seniman Ecoplastic
Seniman lukis yang prihatin terhadap persoalan sampah. Sudah lima tahun terakhir ini karya lukisnya menggunakan dengan media plastik. Banyak diundang ke mana-mana untuk pameran dan mengajarkan kepada anak-anak lokal dan internasional dengan bentuk karyanya.
Luh Riawati, Bali Wastu
Memulai jejaknya dengan jasa pengangkutan sampah bersama sang suami, kemudian bergabung di Denpasar Clean and Green (DCG) Berlians tahun 2012 membawa seorang Riawati dengan latar belakang S2 Ekonomi ini akhirnya bisa mengembangkan hampir 100 bank sampah di seluruh Bali. Bekerja sama dengan Yayasan Unilever hingga hari ini terus mendampingi kelompok PKK untuk membentuk Bank Sampah.
Yudi Mahendra, Pagan Asri/DCG Berlians
Menjadi kepala dusun membuat laki-laki yang berusia 47 tahun ini merasa dirinya harus menjadi contoh masyarakatnya dalam mengatasi masalah sampah. Sejak bergabung di DCG Berlians tahun 2012 dan akhirnya dipercaya menjadi Ketua, tidak hentinya berkreasi mengatasi masalah sampah. Mulai dari membuat karya barang bekas menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis. Memperkaryakan orang lain sehingga memiliki penghasilan sampingan.
Febriadi Prama, Pengembang Gringgo
Jaman now kalau tidak kenal teknologi serasa sudah ketinggalan jaman. Anak-anak muda juga tidak kalah dengan yang senior, menemukan konsep penting dalam penanganan sampah. Febri dengan kawan-kawannya di Gringgo telah membaca keresahan masyarakat untuk menemukan lokasi pembuangan sampah atau penjualan sampah. Saat ini masyarakat dengan modal HP android sudah bisa mengunduh Gringgo melalui Google play/play store. Akan muncul Gringgo, disana bisa ditemukan informasi seputar sampah dan solusinya .
Made Murah, TPST 3R Kertalangu
TPST 3R Kertalangu adalah tempat pengelolaan sampah terpadu yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar. Sebagai TPST pemerintah, Made Murah staf DLHK ditugasi sebagai manajer operasional. TPST 3R ini telah berhasil memproduksi kompos dari sampah masyarakat dan saat ini telah mengembangkan jasa baru yakni menjemput sampah besar gratis. Jadi tidak ada alasan lagi masyarakat bingung membuang sampah besar.
Ketut Suarnaya, DCG Berlians
Wujud sebagai anggota DCG Berlians adalah andil dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Pengalaman membuktikan bahwa seorang Suarnaya mampu mempengaruhi kebijakan dibidang sampah di Kabupaten Klungkung. Setelah belajar di Jepang 2016 dan menangani pilot projet pengelolaan sampah di Desa Takmung dengan sukses, Suarnaya mempengaruhi Bupati agar membuat anggaran untuk penanganan sampah tingkat kabupaten.
Alhasil semua sudah terpenuhi, kabupaten Klungkung anggaran 2017 telah menggelontorkan dana 1 M untuk prasarana sampah. Setelah Klungkung, desa Kesiman Petilan Denpasar juga menjadi sasaran. Saat ini telah dipercaya sebagai pengurus BUMDES bidang pengelolaan Sampah.
Komang Sudiarta (Komang Bmo), Komunitas Malu Dong
“Malu Dong Buang Sampah Sembarangan”. Tulisan itu tidak sekadar slogan biasa, tetapi sudah menjadi jargon penggugah nurani. Dia adalah Man Bmo yang menginisiasi. Hampir delapan tahun gerakan komunitas Malu Dong mengerahkan banyak relawan muda di seluruh Bali. Saat itu Man Bmo melihat banyak masyarakat sudah kehilangan rasa malu membuang sampah sembarangan. Mengubah perilaku yang sudah mengakar tidak mudah, maka strategi yang tepat adalah mengajak anak muda peduli sampah. Aksi selain clean up, dan edukasi ke sekolah dan banjar juga ada kegiatan pameran.
Sumbangan Tas Belanja
Selain diskusi, pada kegiatan GaraGara Sampah juga ada sumbangan tas belanja.
Kegiatan ini sejalan dengan gerakan Diet Kantong Plastik yang sudah menjadi gerakan seluruh dunia. Tujuannya untuk mengurangi penggunakan plastik agar menghemat sumber daya alam dan mengurangi pencemaran.
Oleh karena itu KPS Bali jugamenggelar DONASI SHOOPING BAG. Menggunakan tas yang bisa digunakan berkali-kali dimasa depan diharapkan menjadi tren atau gaya hidup. Siapapun yang memiliki tas kain yang bisa digunakan berkali-kali bisa disumbangkan kepada orang lain bisa di kumpulkan melalui KPS Bali.
Menurut Catur Yudha Hariani dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali upaya pemerintah menjadi kurang maksimal karena jumlah sampah dan sumber daya tidak seimbang. “Oleh karena itu perlu kerja sinergi dari stakeholder diantaranya pemerintah, LSM, swasta, masyarakat, desa adat dan mass media untuk mengampanyekan isu sampah ini,” kata Catur yang juga penggagas kegiatan GaraGara Sampah.
Surya Anaya, Koordinator Komunitas Peduli Sampah Bali menambahkan sinergi para pegiat lingkungan dan Sampah dengan Pemerintah dan Sektor Swasta dengan dukungan masyarakat akan menyatukan kekuatan untuk mengelola sampah yang semakin lama semakin besar volumenya setiap hari. “Upaya penanganan dari hulu ke hilir dalam tata kelola sampah menjadi lebih mudah dilakukan,” katanya. [b]