Sebuah pohon di Bali bisa menjadi pusat aktivitas sosial kemasyarakatan dan juga ritual. Sejumlah pohon memiliki cerita tersendiri baik dalam pertumbuhan, ciri khas unik, sampai kisah mistis.
Hal menarik kali ini pada pohon Beringin yang berada di desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Pohon ini menjadi tempat teduh bagi setiap pengendara yang lewat, lokasi pohon ini berada tepat di depan seberang lapangan desa Batubulan. Saya ditemani teman ngobrol warga Batubulan, I Wayan Willyana saat menemui pohon ini.
Pohon Beringin ini begitu besar di tengah ruang publik luas atau bencingah, sebutan bagi warga Batubulan. Banyak pengendara yang merasa kelelahan memilih berteduh di bawah pohon ini. Bahkan tak jarang jadi tempat enak untuk tiduran karena situasi dan suasana sejuk, memancing ras ngantuk ketika berada di bawah pohon ini.
Bencingah berasal dari kata “macecingak” (melihat-lihat). Istilah lainnya mungkin mirip alun-alun (istilah kota). Namun pada level desa di Bali namanya bencingah. Di sejumlah desa, pohon beringin di bencingah masih dilestarikan, namun makin berkurang. Selain itu, di masa lalu, bencingah ini salah satu sudut kerajaan atau puri, kerap diingat sebagai ruang sosial politik.
Pohon Beringin di Desa Batubulan dahulu merupakan tempat bermain dan kumpul bagi masyarakat sekitar. Pohon ini memiliki akar yang banyak dan besar-besar, sehingga pada saat itu dijadikan tempat bermain ayunan bagi anak-anak. Suasana rindang dan sejuk menjadi tempat nongkrong masyarakat sekitar.
Dahulu terdapat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) serta terdapat beberapa ruko untuk tempat berjualan. Namun, adanya pembangunan balai budaya oleh desa menyebabkan ruko-ruko dan sekolah dibongkar. Bangunan kantor desa pun jadi lebih besar. Pembangunan lambat laun menyebabkan hilangnya kegiatan sosial dan ekonomi di sekitarnya.
Pohon Bencingah juga kerap diyakini petanda aktivitas kerajaan. Di sekitar bencingah, biasanya ada bale-bale tinggi berada disisi luar puri sebagai tempat raja memantau aktivitas masyarakat, dulu ada aktivitas pasar, lapangan, dan keramaian lainnya.
Di atas pohon beringin di Batubulan ini terdapat bale kulkul, berfungsi sebagai sarana komunikasi ketika terdapat sesuatu hal genting dan penting terjadi seperti bencana, gunung berapi, maupun musibah lain. Namun fungsi bale Kulkul tidak sama di seluruh desa di Bali. Tidak semuan pohon beringin juga berisi bale kulkul di atasnya, semua kembali pada keyakinan tiap desa.
Ada beberapa bencingah di Desa Batubulan. Ada juga bencingah di Catus Pata yang berada di perempatan jalan dan pohonnya juga Beringin. Pohon ini tak sekadar pohon karena memiliki konsep ruang publik yang setara dan mudah diakses oleh masyarakat. Selain akses ekonomi dan sosial bagi juga hal religius. Daunnya diambil ketika ada upacara prosesi kematian yakni Nganget don bingin (upacara memetik daun beringin).