Teks dan Foto Luh De Suriyani
Sejumlah perempuan dan laki-laki lanjut usia terlihat bergembira mengikuti lomba jalan cepat berpasangan dengan memakai sarung.
Latri, perempuan 65 tahun terlihat paling agresif. Ia menyeret seorang perempuan muda yang berpasangan dengannya dalam satu sarung untuk menuju garis finish.
“Wah, saya masih bisa berlari kencang,” seru Latri dalam Bahasa Bali.
Permainan lainnya yang penuh tawa adalah lomba merias wajah dan rambut. Para pria muda harus merias wajah dan menata rambut lansia perempuan. Setelah itu, giliran warga lansia yang merias pasangannya.
Puluhan warga lanjut usia (lansia) mengikuti berbagai lomba saat Hari Kemerdekaan RI ke-64 bersama Bali Blogger Community (BBC), Senin, di Panti Jompo Wana Seraya, Denpasar. Selain itu, mereka mendapat pelayanan kesehatan dan pengobatan dari sejumlah dokter anggota BBC.
Sebanyak 64 warga berusia 60 tahun ke atas kini menghuni panti yang dikelola Pemerintah Provinsi Bali ini. Enam orang di antaranya tak bisa bangun dari tempat tidur karena sakit.
Kegiatan ini juga bagian dari penggalian dana untuk pelaksanaan upacara Pitra Yadnya atau ngaben (kremasi) bagi enam warga panti yang diacuhkan keluarganya. “Jenazah tak diurus keluarga atau tak bisa menemukan kembali keluarganya. Kami harus mendanai secara swadaya,” ujar Stefanus Bessi, salah seorang pengelola panti.
BBC berhasil mengumpulkan bantuan uang Rp 3,1 juta rupiah dan peralatan sanitasi untuk panti. “Bantuan ini diberikan sejumlah blogger lewat informasi di situsnya masing-masing,” ujar Komang Wibawa, ketua panitia dari BBC.
Hasil rangkuman pelayanan kesehatan yang diberikan Kisara Youth Clinic, menunjukkan mayoritas warga lansia mengalami sulit tidur karena banyak pikiran. “Mereka cemas memikirkan misalnya bagaimana kalau nanti meninggal siapa yang ngurus, dan memikirkan keluarga juga,” ujar dr. IGN Pramesemara. Sebagian lainnya mengalami rematik, hipertensi, dan maag. Juga ada yang mengalami stroke dan sakit jantung.
Pramesemara mengatakan untungnya sejumlah lansia mendapat kontrol kesehatan dari pusat Geriatri Rumah Sakit Sanglah Denpasar yang khusus memberikan layanan bagi lansia.
Sebagian besar warga lansia di panti ini adalah asli Bali dan dibawa keluarganya sendiri untuk dititip di panti. “Harus ada persetujuan keluarga dengan syarat khusus seperti keluarga miskin,” kata Stefanus.
Misalnya I Made Camra, pria 80 tahun yang mengaku mantan pejuang kemerdekaan asal Petiga, Tabanan. “Saya masih punya banyak keluarga tapi tidak punya anak. Istri sudah meninggal, dan saya tidak suka melihat keluarga saling lempar tanggung jawab,” ujarnya tentang alasannya tinggal di panti.
Camra mengatakan sekitar 1946 membantu pejuang-pejuang perang Margarana di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai ketika melawan pasukan Belanda. “Rumah saya salah satu tempat persembunyian dan penyimpanan senjata,” jelasnya.
Ia mengaku senang Indonesia makin maju. Namun, baginya kemiskinan dan orang-orang terlantar masih banyak. “Kemerdekaan juga memerangi kemiskinan,” ujar Camra. Ia mengharap Presiden SBY memperhatikan hal itu. [b]
English version: http://www.thejakartapost.com/news/2009/08/19/senior-citizens-happily-observe-independence-day.html
semoga tiang nanti g jadi anak durhaka. Swaha
seneng bekerja sama n memang benar BBC “Saling Berbagi Tidak Akan Pernah Rugi”!