Oleh: I Gede Artana, I Gede Pasek Adnyana Putra, I Kadek Susila Darma
Begini kisah mengelola lahan pertanian di Desa Sukadana, Banjar Dinas Bukit Munduksari, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Kondisi tanah di sini penuh dengan batu dan pasir yang sedikit gembur. Sifat tanah seperti ini memang cocok ditanam dengan pepohonan dan tumbuhan. Namun, masalah krisis air mempengaruhi produktivitas lahan pertanian. Lambat laun, warga Desa Sukadana memiliki cara atau inovasi baru untuk mengolah lahan agar tetap produktif.
I Nyoman Kenak (52 tahun) dan Kadek Trisnawati (46 tahun) mengelola lahan selama lebih dari 20 tahun di Sukadana. Dulunya, lahan ini sepenuhnya berisi pohon lontar. Pohon lontar biasanya digunakan untuk tuak, dan gula. Sementara itu, daunnya dapat digunakan untuk ketupat, canang, penjor, dan kebutuhan lainnya. Namun, pohon lontar sulit dikelola karena sulitnya akses, seperti kondisi jalan menuju lahan yang kurang memadai dan ukuran pohon yang terlalu tinggi, sehingga perlu tenaga ekstra.
I Nyoman Kenak menganggap hal tersebut yang menyebabkan anak muda di Sukadana kurang tertarik mengelola pohon lontar. Mereka lebih tertarik bekerja sebagai pekerja bidang pariwisata dan hidup merantau. Kondisi ini membuat warga memilih menanam jenis tanaman lain yang lebih produktif dan menguntungkan, salah satunya adalah tanaman mangga.
Hasil dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Karangasem tentang Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di Kecamatan Kubu Tahun 2023 menunjukkan bahwa buah mangga menjadi jenis tanaman palimg banyak yang dihasilkan di Kecamatan Kubu, yaitu sebanyak 83.363 kuintal. Data tersebut menunjukkan bahwa mangga menjadi tanaman produktif yang paling menghasilkan, sehingga bapak I Nyoman Kenak dan ibu Kadek Trisnawati mulai menanam bibit mangga sejak 4 tahun terakhir. Bibit ini dibeli dari Desa Tamblang Kabupaten Buleleng dan mulai ditanam ketika mulai musim hujan.
Ketika musim kemarau, bibit akan disiram setiap harinya. Air untuk menyiram didapatkan dari air yang dibeli dari truk tangki. Ketika usia pohon mangga 3 tahun, pohon tidak perlu disiram secara rutin, hanya mengandalkan cuaca dan curah hujan secara alami. Jenis pohon mangga yang ditanam yaitu mangga brazil dan mangga harum manis. Jenis mangga brazil paling banyak ditanam karena harga jualnya yang menjanjikan dan awet untuk dikirim ke daerah-daerah lain. Mangga brazil bertahan hingga dua minggu, berbeda dengan mangga harum manis yang hanya bisa bertahan dua hari setelah dipetik.
Tidak hanya mangga, warga juga mengelola jenis tanaman lain seperti jambu mete. Lahan juga ditanami tanaman kacang, singkong, atau jagung ketika hujan turun untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga lebih subur. Jika tanah subur, kualitas pohon semakin baik. Ini juga dibantu oleh pupuk hewani yang diambil dari sekitaran kandang sapi atau kambing yang dipelihara oleh warga Sukadana.
Berbagai strategi yang diadakan warga Desa Sukadana menunjukkan bahwa pertanian tetap bertahan di tengah berbagai masalah. Mereka sudah menghadapi pasang surutnya bertani mulai dari tanaman yang mati hingga bisa bangkit sedikit demi sedikit hingga bisa dinikmati. Saat ini sudah ada kelompok tani yang baru saja dibentuk di Desa Sukadana. Kelompok ini nantinya akan menjadi jembatan untuk membantu keberlanjutan petani, seperti kemudahan mengakses bibit, air, dan pupuk, karena tiga hal itu yang sangat dibutuhkan oleh petani.