Atas nama apa pun, pembangunan selalu melahirkan korban.
Begitu juga pembangunan pariwisata di Bali. Di antara gemerlapnya, ada juga suara-suara rintihan mereka yang kalah.
I Wayan Rebho salah satunya. Atas nama pembangunan lapangan golf dan fasilitasnya, petani di kawasan Bukit Pecatu, Kuta Selatan ini harus terusir dari tanahnya sendiri. Dua kali dia masuk penjara karena dianggap melawan Negara. Dia menolak menjual tanahnya. Maka, Rebho dianggap mengkhianati pariwisata, yang sudah kadung jadi mantra sakti di Bali.
Atas nama pembangunan, Rebho harus tersingkir. Dia terusir. Tanahnya dulu kini berganti lapangan golf milik putra mantan diktator di negeri ini.
Tapi lapangan golf di atas bekas tanahnya itu jelas bukan miliknya. I Wayan Rebho hanya berlalu..
Sebaliknya, lapangan golf itu adalah pemisah antara dia dan masa lalu. Ada tembok yang mengelilingi lapangan golf itu. Sekaligus memisahkan Rebo dengan pura keluarganya.
Dulu, Rebho tinggal persis di depan Pura Beten Kepeh. Di tanah itu dia tinggal bersama keluarga besar. Tapi kini, di rumahnya dulu hanya tinggal puing-puing sanggah.
Kini, dia tinggal sekitar 500 meter dari rumahnya dulu. Dari rumahnya, dia hanya bisa melihat luasnya lapangan itu dari balik tembok.
Kalau mau sembahyang, dia harus melewati tembok itu. Menyusuri hijau lembut lapangan gof yang telah menyingkirkannya.
Tak hanya Rebho. Keluarga besar itu pun tercerai berai. Mereka tinggal terpisah di beberapa desa. Maka, tiap odalan di pura selalu jadi waktu untuk bertemu keluarga besar. Odalan di pura Juni lalu, sekaligus waktu untuk reuni dan berbakti. [b]
Foto diambil antara Maret dan Juni 2008.
foto2nya bagus euy, punya cerita…
beuh..menyingkirkan orang lain dari tanahnya sendiri cm buat memanjakan wisatawan 🙁
cuma buat mereka maen goooooooooolfff pulaaaaaaaaaaaaaaaaaa….. j*h*nam!
Ton, keren banget!
Salut!!!
Ayo kita kumpul kan narasi-narasi kecil industri pariwisata massal di Bali ini!
Ancak
Bagus hui……..
Tapi keliatannya akan lebih bagus kalau tanah tersebut masih berbukit, ditumbuhi padi yang menguning, diantara pematang berkelok yang ditumbuhi rumput subur yang ditata rapi. Apalagi ada suara burung yang riang gembira mencuri bulir-bulir padinya pak tani yang lagi duduk sambil meniup seruling diatas pundak kerbau dan sapi2 nya…..
Adakah yang lebih indah dari Ciptaan-Nya itu???
@yan toek: udah ga akan ada bli pak tani yang duduk sambil meniup seruling di sana, apalagi kerbau atau sapi. yang ada tuh bola-bola golf beterbangan… 🙂
ORANG BALI ITU LUGU (LUTUNG GUNUNG KALO GA YA LUBU = LUTUNG BUKIT)DAN RAMAH (RAJIN DIJAMAH – TANAHNYA). DIAPA2IN SEKALIAN JUGA GA NGELAWAN KOQ. SUDAH KADUNG BELAGUNYA DIPUJI2 ORANG JKT. SUDAH KADUNG BELAGUNYA DIPERDAYA PEMIMPINNYA/RAJANYA/JUNJUNGANNYA/….SERBA..NYA. SAMPAI KAPAN?