Teks dan Foto Anton Muhajir
Setelah mencoba menu yang sama di dua warung lain, saya tidak ragu menyebut menu ikan gurami goreng Warung Mina adalah yang terbaik di antara warung lainnya. Ikan gurami goreng di warung ini disajikan lebih enak. Keringnya lebih renyah, dagingnya lebih empuk, gurihnya lebih mantap, dan porsinya lebih tepat untuk perut.
Berbeda dengan restoran sejenis di daerah Renon yang menyediakan menu gurami goreng ini dalam gorengan yang tak terlalu renyah. Warung lainnya, menyajikan menu ini dalam porsi yang lebih kecil dan rasa terlalu asin. Tak tepat di lidah saya. Ini mungkin soal selera pribadi. Tapi beberapa teman makan di restoran lain mengiyakan pendapat saya.
Meski demikian, menu favorit saya di Warung Mina justru bukan ikan gurami goreng. Menu yang membuat saya ketagihan ke Warung Mina adalah Gurami Goreng Tepung.
Di tangan ahlinya, ikan gurami bisa jadi menu yang benar-benar berbeda. Ikan air tawar ini biasanya disajikan dalam bentuk ikan goreng atau bakar. Di Warung Mina, gurami bisa jadi menu ikan goreng tepung kriuk-kriuk yang benar-benar mak jaan enaknya.
Dan menu ini memang hanya bisa ditemukan di warung yang berdiri sejak 15 tahun lalu ini. Saya belum pernah menemukan menu khas Gurami Goreng Tepung ini di warung lain yang menjadikan ikan tawar sebagai menu andalan.
Ikan Gurami Goreng Tepung berupa menu olahan ikan gurami yang digoreng dalam balutan tepung. Caranya, ikan gurami difilet atau diiris dagingnya mengikuti garis tulang ikan dari buntut ke arah kepala. Jadi ada dua sisi daging yang diiris. Dua irisan ini kemudian dipotong-potong lagi dengan ukuran kurang lebih sama dengan jari-jari orang dewasa. Irisan ini yang dimasukkan ke tepung yang terlebih dulu sudah diberi bumbu tambahan agar rasa gurihnya lebih kuat.
Menggorengnya secara berulang di tiga wajan. Bagian pertama untuk menyatukan tepung dengan dagingnya. Bagian selanjutnya untuk mematangkan serta membuat daging ikan lebih empuk. Hasilnya adalah daging ikan gurami lembut dalam balutan tepung kering. Ketika digigit terasa renyahnya tepung dan bagian luar ikan tersebut. Setelah itu, renyah berganti dengan daging yang hangat dan lembut.
Saya langsung teringat menu ayam goreng di restoran cepat saji seperti Mc Donald atau Kentucky Fried Chicken (KFC). Sebab bagian-bagiannya sama: kering tepung di luar dan lembut daging di bagian dalam. Bedanya, gurami goreng tepung tidak pakai ayam pedaging yang digemukkan seperti waria pakai silikon. Gurami goreng tepung menggunakan bahan baku ikan gurami yang dikembangkan secara alami, tanpa obat penggemuk seperti ayam cepat saji.
Warung Mina memang punya kolam sendiri untuk memasok ikan-ikan air tawar yang jadi menu andalan mereka. Ikan itu benar-benar segar dari kolam pemancingan. Sebab kalau ikan tersebut sudah diawetkan di kulkas, maka rasanya tidak enak lagi. Selain tekstur daging yang akan lembek, baunya juga akan sedikit busuk.
Tidak demikian dengan Warung Mina. Ikan itu diambil hidup-hidup sebelum diolah menurut permintaan pelanggan. Selain ikan gurami, warung ini juga menyediakan menu olahan dari ikan lele, nila, dan mas. Beberapa jenis ikan tawar ini bukan hal langka. Banyak warung yang menyajikan menu ini. Bedanya, ikan-ikan ini disajikan dalam aneka rupa, tak hanya satu.
Selain ikan gurami goreng tepung, Warung Mina juga menyediakan menu pepes, asam manis, dan goreng atau bakar. Dua bentuk penyajian terakhir, bakar atau goreng, adalah hal yang biasa. Wayan Wita, manajer warung ini mengatakan, saat ini mereka sedang menyiapkan menu baru, gurami steak. “Kami ingin memberikan cita rasa Eropa pada menu-menu dengan ikan tawar sebagai bahan utama,” katanya.
Steak gurami? Hmm, sepertinya menarik ditunggu kemunculannya..
Tak hanya menyajikan menu mak jaan itu tadi, Warung Mina juga menyediakan suasana dan pelayanan yang bagi saya sempurna. Warung ini awalnya hanya kolam pemancingan di daerah jalan Antasura, kawasan jalan Nangka Utara. Pemancing kemudian meminta agar pemilik kolam juga memasak hasil pancingan tersebut.
Resep ikan gurami goreng tepung ala Warung Mina ternyata membuat pengunjung ketagihan. Maka, jadilah kemudian pemilik kolam tersebut, Made Patri, mendirikan Warung Mina. Dari kolam pemancingan, warung ini sekarang sudah memiliki empat cabang lain di Ubud, jalan Nusa Kambangan, serta di Renon.
Di pusatnya di jalan Antasura, warung ini menyediakan tujuh balebengong dengan kapasitas 6-8 orang. Ada pula tiga bale lain dengan kapasitas sekitar 40 orang. Bale-bale ini semua dibuat di atas kolam berisi ikan air tawar yang, sayangnya, airnya agak keruh. Selain itu masih ada tempat lesehan maupun meja kursi biasa, bukan lesehan.
Oya, untuk harga menu, menurut saya Warung Mina tidak terlalu mahal dibanding restoran sejenis. Dibanding dua restoran lain di Renon yang menyediakan menu sama, harganya justru lebih murah. Untuk ikan goreng tepung andalan saya, harganya Rp 26 ribu per 300 gram. Tapi beberapa kali saya pesan, biasanya yang ada hanya beratnya 400 gram seharga Rp 32.400 per porsi.
Ukuran 400 gram untuk sendiri pasti lebih. Saya yang tukang makan saja tidak habis makan sendiri. Itu baru dagingnya. Sebab tulang ikan lengkap dari ekor hingga kepala juga disajikan dalam balutan tepung kriuk-kriuk. Jadi seporsi 400 gram ikan gurami goreng tepung itu lebih dari cukup untuk berdua.
Menu itu semakin lengkap karena pelayanan yang menyenangkan. Pelayan menyambut dan mempersilakan saya ketika baru datang. Malah manajernya juga ikut menyapa. Lalu ketika selesai bersantap dan keluar tempat makan, seorang pengunjung berdiri di dekat tempat parkir sambil berkata, “Terima kasih, Pak.”
Pelayanan menyenangkan ini benar-benar langka, selangka menu andalannya, gurami goreng tepung.. [b]
Mimih.. harus segera nyoba ini…. 🙂