Enam warung terlihat berderet di sekitar lokasi pembuatan struktur karang transplantasi di Desa Kaliasem. Sekitar 100 meter di selatan dari Patung Lumba-lumba, ikon kawasan wisata Lovina, Kabupaten Buleleng.
Pagi hari sekitar pukul 8, semua pekerja sudah menyemut di titiknya masing-masing. Sebagian bertugas mengambil material pasir dan semen dari area barang. Ada anak muda dan orang tua. Seperti sedang ada tradisi ngayah atau kerja bersama saat acara ritual adat dan agama di Bali.
Ketut Artini, salah seorang pedagang mengatakan ia sebelumnya berjualan kain pantai untuk turis di Lovina. “Sepi sekali sejak Maret,” katanya mengingat awal pandemi Covid-19 diumumkan di Indonesia.
Ia biasanya berjualan di pusat objek wisata Lovina. Para pedagang menjual aneka camilan dan minuman seperti Jajan Bali khas Buleleng seperti yang dijual Luh Sekar.
Warga bekerja di pantai yang dilokalisir dengan tali pembatas dan tiang bambu. Fishdome yang sudah selesai nampak berderet di pinggir pantai. Sebagian pekerja terlihat masih muda, alih kerja karena dirumahkan. “Kalau cari pekerja perempuan saya pasti ikut. Enak kerja ramai-ramai tidak merasa kenyelne,” gurau para pedagang.
Kadek Fendi Wirawan, koordinator desa mengatakan jumlah warga yang terlibat lebih dari 250 orang. Di antaranya nelayan angkut wisata, pekerja yang kena PHK, perantau yang kembali, dan buruh bangunan. Desa Kaliasem mendahului start program untuk ICRG Buleleng karena persiapan lebih cepat.
Oseanografer lulusan S2 Undip ini mukim di Kalianget. Ia sudah ikut perencanaan ICRG sejak survei dan diajak bergabung oleh LINI di tim Buleleng tengah.
Desa ini juga membuat bentuk fishdome, roti buaya, spider, dan pasak bumi. Desain patung tidak ada. “Sudah lihat lumba-lumba hidup di sini, tak perlu patung lagi,” Fendi tertawa. Ia mengusulkan teracota patung Panji Tisna, sastrawan yang memperkenalkan istilah Lovina. Namun takut terhadang izin keluarga puri.
Fendi menyebut hampir semua garis pantai ada ekosistem karang, tapi tutupannya 30-60?. Salah satu site point snorkeling sekitar 500 meter dari pantai. Biasanya dimanfaatkan nelayan angkut wisata yang menawarkan snorkeling setelah melayani tamu melihat lumba-lumba di tengah laut.
Ia mengatakan code of conduct dalam atraksi dolphin watching masih sulit dilaksanakan karena turis minta dekat lumba-lumba, termasuk untuk mendapat konten medsos. “Kami tinggal melanjutkan, memelihara warisan yang sudah menghasilkan milyaran tanpa membuat seperti kehadiran dolphin,” paparnya. Karena itu program melestarikan terumbu karang dengan restorasi untuk pemulihan ini sangat dimanfaatkan.
Sementara ini target pembuatan struktur di Desa Kaliasem sekitar 162 fishdome, pasak bumi 290 unit, roti buaya 300an, spider 200an. Sudah diselesaikan lebih dari 50% sampai tengah November ini.