Diakui atau tidak, dunia seni rupa telah lama dijangkiti parasit.
Pameran tunggal Made Budhiana bertajuk Artshit! Parashit! dibuka Selasa kemarin. Budhiana menggelar pameran di Bentara Budaya Bali, Jalan Prof. Ida Bagus Mantra 88 A, By Pass Ketewel, Gianyar. Lebih dari 200 peserta dari kalangan seniman, pelajar, maupun masyarakat umum hadir memaknai kegiatan tersebut
Dalam pembukaan pameran, para pengunjung tidak disuguhkan berbagai karya seni rupa yang telah “jadi” sebagaimana eksibisi pada umumnya. Hanya ada beberapa lembar kertas kosong diletakkan di lantai. Kertas kosong ini mengisi sebagian ruang pameran bersama beberapa buah batu hitam dan sobekan koran di halaman Bentara Budaya Bali.
Malam itu, peserta diajak untuk menyelami dunia penciptaan dan proses kreatif Made Budhiana lewat sebuah performance art. Penampilan ini mengkolaborasikan visual garapan Yuliarsa dan Hai Dai (seniman Vietnam keturunan Amerika). Musik nan mencekam karya komposer Wayan Gde Yudane dengan aksi melukis dari Budhiana sendiri mengiringi penampilan ini.
Beberapa seniman, seperti Putu Satria Kusuma, Cok Sawitri, Muda Wijaya, dan Lisna Effendi juga turut mengapresiasi pameran dengan menampilkan pertunjukan teater gerak, melukis, pembacaan puisi dan lainnya secara spontan, merespon ruang dan karya Budhiana.
Artshit! Parashit! pada dasarnya lahir dari keprihatinan Budhiana atas situasi sosial budaya di tanah air. Keprihatinan ini termasuk pada fenomena dunia seni rupa yang cenderung terlalu mengedepankan orientasi pasar. Menurut Budhiana, fenomena ini kadang terasa sangat kasar karena kreasi hampir dilihat sebagai barang. “Bukan sebagai penciptaan kembali yang membawa rasa dan hati pada keindahan,” ujarnya.
“Diakui atau tidak, dunia seni rupa telah lama dijangkiti parasit. Kita jadi pengap dan yang merasakan suasana seperti ini mungkin akan bersin-bersin, dan suara bersin-bersin itulah yang kemudian saya pelesetkan menjadi ‘artshit’,” tambahnya.
Melalui eksibisi ini, Made Budhiana mencoba mengetengahkan suatu bentuk ‘seni penyadaran’. Bentuknya berupa ‘pameran proses’ di mana ia membuka ruang seluasnya bagi upaya kolaborasi bersama para seniman dan pelaku sosial dari berbagai latar.
Menurutu Koordinator Program Bentara Budaya Bali Warih Wisatsana, ruang Bentara Budaya Bali adalah laboratorium Made Budhiana dan sahabat seniman untuk meneguhkan capaian kreatif. “Semoga juga memberikan wacana baru dalam seni modern yang sering dianggap terlalu individual,” ujar Warih ketika memberi sambutan di pembukaan pameran.
Interaksi
Eksibisi tunggal Made Budhiana Artshit! Parashit! berlangsung sejak 21 Desember 2011 hingga 10 Januari 2012 mendatang, pukul 10.00-18.00 Wita di BBB. Selama tiga minggu tersebut, Budhiana akan mencipta karya-karya baru sembari mengajak siapapun untuk turut berkolaborasi dan berproses bersama.
Salah satu yang menarik dari pameran ini adalah karena pameran ini tak hanya menghadirkan sejumlah karya belaka, tetapi proses interaksi seniman. “Interaksi ini bagian dari kebersamaan yang membangun capaian kreatifnya,” ujar Warih.
Made Budhiana lahir di Denpasar, Bali, 27 Maret 1959. Pernah berpameran tunggal maupun kolektif di Jerman, Switzerland, Singapura, Malaysia, Australia dan Belanda. Lulusan ISI Yogyakarta ini juga meraih beragam penghargaan, di antaranya ‘Best Panting’ Bali Art Award (1997), Pratisara Affandi Adhi Karya, ISI Yogyakarta (1985 and 1986), Poster Award, Departement of Education and Culture, Bali (1979).
Wayan Gde Yudane, lahir di Kaliungu, Denpasar, menghasilkan karya musik konser, teater, instalasi maupun film. Meraih penghargaan Melbourne Age Criticismsebagai Creative Excellent pada Festival Adelaide, Australia (2000) berkolaborasi dengan Paul Gabrowsky, dll. Tampil di Festival Jazz Wangarata, Australia (2001), keliling Eropa dengan Teater Temps Fort, Grup France and Cara Bali, juga Festival Munich dan La Batie. Karyanya: musik film ‘Sacred and Secret’ (2010), Laughing Water and Terra-Incognita, dan Arak (2004), serta sebagainya.
Pameran ini akan dilanjutkan dengan acara temu kritikus dan jurnalis yang akan berlangsung pada Kamis, 5 Januari 2011 pukul 18.30 Wita mendatang. Temu Kritikus dan Jurnalis, Kamis, 5 Januari 2012, pukul 18.30 wita. Sepanjang pameran akan diselenggarakan aneka kegiatan seni sebagai proses bersama. [b]
Teks dan foto dari Bentara Budaya Bali.
Haidai, New Media Artist dari Amerika, keturunan Vietnam