Oleh Hendra W Saputro
Kehadiran Twitter sebagai media online jejaring sosial cukup mendapat tempat dihati pengguna internet dunia. Fungsinya sebagai penyebar informasi yang singkat, padat, real time dan mudah penggunaanya sering dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Misalnya pertemanan, marketing, bisnis, pendidikan, dunia selebritis, dan bahkan dalam ranah politik.
Dalam kaitannya dengan dunia politik, Pemerintah Israel pun mengumumkan secara resmi bahwa mereka akan melakukan konferensi pers via Twitter sejak 30 Desember tahun lalu. Kemudian dalam bidang pendidikan dan teknologi, NASA juga menggunakan Twitter untuk memberi berita terbaru mengenai penemuan air di Mars pada Oktober 2007 silam.
Kabar terbaru, media online Twitter dapat dijadikan sarana demonstrasi besar-besaran seperti yang terjadi di Moldova, negara pecahan dari Uni Soviet. Menurut berita yang dilansir jurnalis BBC Oana Lungescu, adalah Natalia Morar, seorang jurnalis muda Moldova yang dituduh menjadi otak “Revolusi Twitter” di Moldova. Ditegaskan bahwa banyak demonstrator yang diingatkan untuk terlibat melalui tools sms dan social networking di internet.
Ibukota Moldova, Chisinau, diguncang oleh protes pada awal bulan April 2009 yang mengklaim bahwa pemilu yang mengembalikan Partai Komunis ke dalam kekuasaan adalah curang. Secara resmi Natalia Morar ditangkap Pemerintah Moldova karena menolong mengorganisasi kerusuhan massa. Natalia menghadapi tuntutan 15 tahun dipenjara, tetapi dengan kuat menyangkal segala keterlibatannya dalam kekerasan.
Pihak berwenang, ujarnya, tidak menunjukkan bukti apapun baik dalam bentuk foto, video, atau bukti lainnya sebagai ganti atas tuduhan melawan dirinya.
Dengan senyum simpul, Natalia menjelaskan “Itu semua terjadi melalui Twitter, blogosfer, internet, SMS, website-website dan semua hal-hal tersebut. Kami hanya bertemu, kami bertukar-pikiran selama 15 menit, dan memutuskan untuk melakuka flash mob (pertemuan publik spontan yang diatur melalui internet)
“Dalam beberapa jam, 15.000 orang turun ke jalan.”
Lantas apakah ia menyebut dirinya adalah seorang wanita yang berbahaya? Pertanyaan ini membuat ia tertawa. “Saya hanya wanita muda yang aktif (tertarik dengan Negara saya sendiri), tak ada yang lain. Saya hanya orang yang bebas dan saya ingin bebas.”
Pergolakan Politik Iran dan Twitter
Dibelahan dunia lain, keadaan pergolakan politik terjadi di Iran. Hasil pemilu pemilihan presiden Iran menuai protes keras dari masyarakatnya. Terjadi perbedaan pendapat yang keras antara pendukung calon presiden yang menang Mahmoud Ahamdinejad dan calon presiden yang kalah Mirhossein Mousavi, sehingga memaksa pemerintah Iran menutup akses berbagai media asing untuk publikasi ke dunia internasional.
Kementerian Kebudayaan Iran, Selasa (16/6), mengatakan, wartawan dapat terus bekerja dari kantor mereka, tetapi bahwa kementerian itu telah membatalkan akreditasi pers bagi semua media asing. “Tidak ada wartawan yang memiliki izin untuk melaporkan atau memfilmkan atau memfoto di kota ini,” kata seorang pejabat Kementerian Kebudayaan dilansir Reuters.
Akhirnya, para pemrotes di Iran dan beberapa media asing mulai Senin kemarin memanfaatkan “Twitter” dalam perjuangan dan publikasinya menyampaikan keluhan serta menyebarkan pernyataan mengenai bentrokan dengan polisi dan pendukung Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Pemerintah AS mengambil tindakan yang tidak biasa dengan meminta Twitter menunda rencana penghentian operasi agar jejaring sosial maya itu tetap menjadi alat komunikasi rakyat Iran, menyusul pemilihan umum ricuh di negeri itu.
Jaringan itu menghentikan operasi sementara, Selasa (16/6) pukul 17.00 (Rabu, pukul 04.00 WIB) untuk pemeliharaan. Pemerintah AS menyatakan, Twitter telah diminta menunda penghentian operasi, Senin, karena layanan blog tersebut dimanfaatkan sebagai “sarana penting komunikasi” di Iran.
Seperti dilansir oleh antaranews.com, pejabat itu mengatakan kepada wartawan bahwa Twitter menjadi lebih penting karena Pemerintah Iran telah menutup jaringan komunikasi lain seperti telepon genggam dan surat kabar. “Satu daerah tempat orang dapat menjangkau dunia luar melalui Twitter. Mereka mengumumkan akan mematikan sistem untuk pemeliharaan dan kami meminta mereka agar tidak melakukan itu,” kata pejabat tersebut.
Dari Twitter informasi singkat dari Iran mengalirkan berita-berita foto yang membuka mata dunia internasional.
Berikut screenshoot Twitter pada Tren Topik Iranelection :
Hasil publikasi berita dan gambar mengenai kondisi Iran yang berasal dari Twitter :
http://i.friendfeed.com/c3b511331254072c70d5af010af265cca1658936
http://www.boingboing.net/2009/06/17/ahmadinijad-sucks-at.html
http://twitpic.com/7ki6e
http://www.flickr.com/photos/fhashemi/
http://twitpic.com/7jgqk
mantaps. emang gila tuh pemerintahan Iran, masa memberangus kebebasan informasi. Mau jadi apa sih??? jangan sampai terjadi di negara kita
plurker pada kemana?? masih di nirwana?? hehehe…
Ternyata dimana-mana memang ada pro-kontra ya.
Semoga pemerintah dan masyarakat kita bisa lebih bijak menyikapi dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
Maksud saya, pemerintahnya ndak asal main larang saja. Sementara masyarakatnya, memanfaatkan internet secara bertanggung jawab.
Pernyataanmu seperti membenturkan antara plurker dan twitter gus .. :). Topik kan soal twitter… 😉
@ aprian : ah, itu hanya perasaan kak apri aja. Saya juga plurker tapi ga sampe di nirwana. hehehe.. Sesama jejaring sosial kan wajib saling mendukung hukumnya. Pilihan tetap di tangan user 😀
pro kontra membuat hidup ini jadi lebih seru………..:)
yaaa bagus ada pro kontra…tapi harus disikapi positif oleh semua pihak.. 🙂