Banyak yang menyebut Bali sebagai Pulau Surga.
Pulau ini mendapat predikat pulau terbaik kedua di dunia setelah Santorini Yunani dalam rilis salah satu media asing beberapa bulan lalu. Bali memang dilahirkan dengan budaya yang memikat mata dunia.
Keunikannya dapat disejajarkan dengan budaya Tiongkok, Jepang, India, dan lain-lain.
Kemajuan Bali dalam bidang pariwisata tidaklah mengejutkan karena Bali memang sejak dahulu telah menjadi tujuan pariwisata dunia karena keunikannya. Namun, karena pariwisata inilah kehidupan masyarakat Bali khususnya di Bali selatan sudah mulai terkikis oleh gemerlapnya pariwisata dan orang-orang luar Bali yang mengais rejeki di pulau ini.
Tanah di Bali sangatlah mahal karena di Bali tidak boleh mendirikan bangunan atau gedung layaknya di Jakarta atau kota-kota lain di dunia. Hal tersebut membuat membangun di Bali harus melebar ke samping atau horizontal, semakin lama semakin sedikit ruang untuk membangun di Bali.
Mahalnya harga tanah dan terbatasnya tanah di Bali membuat investor yang masih percaya dengan pariwisata Bali berpikir untuk mereklamasi Teluk Benoa dengan harapan dan hitung-hitungan biaya yang jauh lebih murah. Selain itu kawasan reklamasi ini nantinya akan sangat mewah dan tak mencerminkan budaya Bali bagi saya pribadi.
Budaya Bali bukanlah budaya hedonisme yang dibawa dari dunia barat. Bali tak sepantasnya menjadi seperti itu.
Awal rencana reklamasi teluk Benoa saya sendiri masih biasa-biasa saja. Bahkan saya cenderung setuju-setuju saja akan salah satu wacana yang akan mendongkrak pesat kemajuan Bali.
Namun, beberapa tokoh mulai menolak dan di sanalah mata saya akhirnya terbuka melihat situasi ini. Investor yang terlalu memaksakan kehendaknya dengan berbagai cara membuat saya tak percaya lagi akan janji-janji yang didengungkan.
Biarkanlah alasan-alasan penolakan baik berwujud akademis maupun filosofis diutarakan oleh yang menguasainya karena saya tak akan menjelaskan itu.
Saya menolak dengan alasan ketidakmerataan pembangunan. Saya lebih setuju pemerintah membangun Bali barat dan utara. Roti pariwisata di Bali saat ini sebagian besar masih dirasakan hanya oleh Bali bagian selatan. Kondisi tersebut tentu sangat timpang. Suatu saat bisa saja akan menjadi bom waktu bagi masyarakat Bali di luar Bali Selatan.
Lupakan reklamasi Teluk Benoa. Bangun pemerataan pembangunan di Bali. Wujudkan pariwisata berbasis Budaya di Bali. Dengan hal tersebut selain Bali akan tetap maju dan sejahtera, Bali tidak akan kehilangan Budaya nya yang dikagumi dunia Internasional.
God Bless My Homeland! [b]