Tempat dan materi berubah dibanding kelas-kelas sebelumnya.
Kelas pertama di tahun ketiga ini merupakan angkatan XII. Seperti ide kami sejak tahun lalu, kelas jurnalisme warga tahun ini akan kami adakan lebih banyak di luar Denpasar. Kali ini di Tabanan pada Sabtu – Minggu kemarin.
Salah satu alasannya, sudah dua tahun kami selalu adakan pelatihan tiap dua bulan sekali ini di Denpasar terus. Tepatnya di kantor Sloka Institute di kawasan jalan Gatot Subroto Timur. Tahun lalu, kami pernah adakan di Yayasan Wisnu di daerah Kerobokan, Badung. Setelah itu balik lagi ke kantor Sloka.
Tahun ini kami ingin memperluas jangkauan pelatihan sekaligus mengenalkan jurnalisme warga dan Bale Bengong ke lebih banyak orang. Strateginya ya dengan jemput bola, terutama di luar Denpasar.
Asyiknya, ide ini sejalan dengan niat dan minat Komunitas Tabanan Lovers, komunitas warga Tabanan di dunia maya. Maka, kami pun bekerja sama dengan Talov mengadakan kelas angkatan XII ini.
Tempat pelatihan kali ini juga asyik, Rumah Belajar Akasa. Ini rumah belajar yang dikelola warga di jalan Cendrawasih, Tabanan. Di bagian belakang rumah ini ada dua kamar sebagai perpustakaan. Lalu ada pondok dua lantai yang bagian bawahnya jadi kelas untuk pelatihan kali ini.
“Kami ingin membuat tempat belajar alternatif bagi anak-anak di lingkungan kami,” kata Ni Ketut Sri Ariani Pendit, pengelola rumah belajar Akasa.
Untuk koneksi internet, kami dibantu Telkom kantor Denpasar. Selama dua hari, mereka memberikan koneksi nirkabel (wifi) gratis. Kualitas koneksinya bagus. Cepat. Jadi kami bisa akses internet dengan lancar jaya.
Materi
Selain tempat, materi kelas kali ini pun sedikit berbeda. Jika pada dua tahun sebelumnya kami memberikan materi berita kisah, kali ini kami mengganti dengan materi menulis ala pewarta warga.
Tak jauh beda sih materinya dengan cara menulis berita kisah. Namun ada bagian tentang bagaimana menulis untuk media jurnalisme warga. Misalnya, menulis di jurnalisme warga itu ditulis secara personal, subjektif, lebih santai, amatir, dan belum diverifikasi.
Materi tentang menulis untuk jurnalisme warga ini melengkapi dasar-dasar jurnalistik yang diberikan pada sesi pertama. Kali ini kami mengundang Made Adnyana, wartawan koran Bali Tribune, yang juga seniorku ketika di Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana.
Dasar-dasar Jurnalistik tetap kami berikan karena ini memang materi dasar banget ketika belajar tentang jurnalistik, untuk jurnalisme warga sekali pun.
Materi lain yang juga tetap ada, tentu saja, tentang blog. Kali ini oleh Armika Jaya, anggota Bali Blogger Community (BBC). Selama sekitar 3 jam, geek yang biasa dipanggil Armeq ini membagi ilmunya tentang blog untuk sekitar 10 peserta pelatihan.
Dua hal lain yang biasa ada dalam kelas-kelas sebelumnya juga tetap kami lanjutkan, yaitu peserta dan praktik menulis. Untuk peserta, kami masih membatasi antara 10-15 orang. Kali ini pun begitu. Peserta ini ada pelajar, guru, mahasiswa, ibu rumah tangga, juga pembuat film di Tabanan.
Dan, seperti biasa. Kami juga tetap melanjutkan praktik menulis bagi para peserta. Meski tak sebanyak angkatan-angkatan selanjutnya, praktik menulis ini tetap ada. Sayangnya sih tak semua berdasarkan reportase. Ada sebagian peserta menulis bermodal ingatan tanpa liputan ke lapangan.
Nah, ini dia yang jadi catatan. Pada angkatan selanjutnya, kami sepertinya harus melanjutkan lagi praktik liputan bersama ini. Biar peserta lebih akrab sekaligus bisa merasakan bagaimana serunya reportase bersama pewarta warga ini.
Mohon dishare dong materinya online