Ketut Girgir sedang membuat tipat ental di rumahnya. Foto oleh: Aditya dan Suardika
Penulis: Ketut Aditya dan I Gede Suardika
Email: adityaiketut186@gmail.com
Rumah pengrajin tipat (ketupat) ental yang biasanya ditemui di warung-warung ternyata salah satunya berada di Desa Sukadana, Karangasem. Layaknya pohon kelapa yang memiliki manfaat dari akar hingga daunnya, begitu pula pohon lontar. Daun pohon lontar yang dikenal dengan ental dapat dimanfaatkan menjadi sebuah kerajinan, yaitu tipat ental.
Tipat ental biasanya digunakan sebagai sarana upacara keagamaan umat Hindu atau sebagai pelengkap banten. Biasanya tipat ental digunakan untuk banten yang langsung dibuang dan isinya tidak untuk dikonsumsi. Dalam zaman yang serba sederhana ini, tipat ental menjadi pilihan untuk masyarakat yang tidak memiliki waktu untuk membuat tipat dari daun kelapa.
I Ketut Girgir (65) merupakan pengrajin lontar di Desa Sukadana sejak tahun 1985. Keterbatasan fisiknya tidak mematahkan semangatnya untuk terus berkarya. Ketika kami menemui Ketut Girgir di rumahnya, ia terlihat sedang duduk di kursi roda sembari menganyam tipat ental. Wajahnya yang berseri-seri menunjukkan pribadinya yang penuh dengan semangat dan kegigihan.
Dari tahun 1985 hingga saat ini, terhitung hampir 40 tahun sudah dirinya membuat tipat ental. Sembari berbincang, tangannya tidak berhenti menganyam. Satu-satunya motivasi Ketut Girgir tetap menjalani usaha tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketut Girgir sedang menganyam lontar. Foto oleh: Aditya dan Suardika
Terkadang ia tidak sendiri, dalam proses pembuatannya Ketut Girgir sesekali dibantu oleh adiknya. Pendistribusian barang langsung diambil oleh pembeli di kediamannya karena keterbatasan fisik Ketut Girgir.
“Biasane tiang maan ane awai Rp10.000 – Rp15.000 (biasanya saya dapat sehari Rp10.000 – Rp15.000),” ujar Ketut Girgir. Keuntungan yang diperoleh dari usaha kerajinan lontar tersebut mencapai Rp10.000 hingga Rp15.000 dalam sehari. Dalam satu bulan, penghasilan yang didapatkan kurang lebih sekitar Rp500.000. Meski terbilang kecil, uang tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Usaha yang dijalankan oleh Ketut Girgir dapat menjadi upaya mempertahankan kerajinan lontar di Desa Sukadana, Kabupaten Karangasem yang kian luntur.
(Salah satu karya peserta Kelas Jurnalisme Warga di Desa Sukadana, Kubu, Karangasem)