Oleh Anton Muhajir
Kebun Raya Bedugul adalah salah satu dari empat kebun raya di Indonesia. Keindahan dan kesejukan tiga danau di pegunungan ini menjadi objek wisata yang dikunjungi turis domestik maupun mancanegara. Di tempat berhawa dingin ini juga kerukunan umat beragama benar-benar terwujud.
Objek wisata Bedugul berada di perbatasan Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Buleleng, sekitar 90 km dari Denpasar ke arah Singaraja. Perjalanan darat menempuh waktu antara satu setengah hingga dua jam dengan medan menanjak dan berkelok. Jalan semakin menanjak dan berkelok tajam ketika Bedugul semakin dekat. Udara semakin dingin dan seringkali berkabut. Anda perlu lebih berhati-hati. Udara dingin mulai terasa ketika kita memasuki Desa Pacung, Kecamatan Baturiti. Di desa ini juga terdapat beberapa hotel untuk tempat menginap maupun kegiatan lain. Seringkali di desa ini turun hujan karena posisinya yang dekat Bedugul.
Ketika sampai di kawasan Bedugul, objek wisata pertama yang bisa Anda kunjungi adalah Kebun Raya Eka Karya yang lebih terkenal dengan sebutan Kebun Raya Bedugul. Kebun raya ini kita jumpai pertama kali ketika masuk kawasan Bedugul, tepatnya wilayah desa Candikuning, Kecamatan Baturiti. Dari jalan raya Denpasar-Singaraja, kebun raya ini berada di kiri jalan dengan petunjuk besar di sebuah gapura masuk kawasan.
Tiket masuk untuk orang dewasa seharga Rp 3.500 ada di dua pintu masuk. Pintu kiri khusus pengguna mobil, sedangkan di kanan untuk pengguna sepeda motor. Perbedaan pintu masuk ini dilakukan karena mobil dperbolehkan masuk sedangkan motor tidak. Sehingga jika Anda membawa mobil, Anda lebih bisa menjangkau wilayah-wilayah terjauh di areal kebun raya. Namun, karena suasananya yang dingin dan menyegarkan oleh berbagai macam tanaman, jalan kaki (trekking) bisa jadi pilihan menarik.
Sebagai kebun raya, Kebun Raya Bedugul memiliki ribuan koleksi tanaman yang mencapai 16.000 tanaman koleksi yang terdiri dari 1.500 jenis, 320 marga, dan 155 suku tumbuhan. Selain itu juga masih ada tumbuhan liar dan berbagai burung. Total luas Kebun Raya Bedugul 154,5 hektar dengan landscape yang sangat bersahabat di ketinggian 1.250-1.400 di atas permukaan laut. Beberapa bagian lebih tinggi dari bagian lain sehingga agak mendaki. Namun hamparan rumputnya yang menghijau membuat perjalanan oke-oke saja untuk dilalui. Hamparan rumput itu seperti menyelimuti permukaan tanah diantara rimbun pepohonan tinggi dan tanaman lainnya. Tak heran, banyak sekali pengunjung yang memilih duduk-duduk di rerumputan itu. Ada yang beralas tikar namun lebih banyak yang langsung beralas rumput di bawah rimbun pohon.
Dengan kondisi tersebut, Kebun Raya Bedugul paling banyak dikunjungi keluarga pada akhir pekan. Sementara bapak ibu duduk ngobrol di rumput menghijau, anak-anak bisa bermain bola atau berkejaran dengan temannya. Namun kalau sudah di sana, kenapa tidak sekalian jalan-jalan melihat berbagai tempat di kebun raya satu-satunya di Bali itu?
Ada beberapa jalur yang bisa kita tempuh kalau berkunjung. Oleh pengurus kebun raya, jalur tersebut dibagi menjadi enam yaitu Jalur Kuning, Jalur Oranye, Jalur Ungu, Jalur Merah, Jalur Biru, dan Jalur Burung. Jalur Kuning merupakan jalur yang pertama kali kita temui setelah candi bentar sebagai gerbang utama. Kita akan melewati jalan beraspal, jalan setapak, dan sesekali jalan padang rumput. Jalur ini melingkar dan nantinya akan berakhir kembali di pintu utama tempat kita pertama kali masuk. Melewati jalur ini kita akan mennemui rimbun pohon cemara pandak (Dacrycarpus imbricatus) yang tinggi-tinggi dan menjadi inang bagi tumbuhan lain seperti paku dan anggrek, koleksi tanaman upacara seperti daun sirih, bunga melati, kayu dadap, kunyit, dan lain-lain. Kita juga akan melewati bunga bangkai, tanaman pandan, Pura Batu Meringgit, dan dua buah patung yaitu patung Rahwana Jatayu dan patung Kumbakarna Laga..
Jalur Ungu akan membawa Anda melewati jalur berbagai koleksi tanaman anggrek liar di Indonesia dan koleksi kaktus. Sejumlah informasi yang mencapai 4000 jenis anggrek. Jenis-jenis anggrek tersebut antara lain anggrek kalajengking (Arachnis flos-aeris) yang erwarna coklat cerah dan diselingi warna merah muda. Ada juga anggrek tanah (Spathologlottis plicata) dan barisan anggrek dari Amerika Utara dan Selatan antara lain Epindrum radicans. Sebagian anggrek itu berbunga sepanjang tahun dengan warna merah, jingga, ungu, dan oranye. Lebih lengkap, anggrek-anggrek itu juga berada di dua rumah kaca di jalur ini. Pada bulan Juli-Agustus, kita bahkan bisa melihat bunga anggrek hitam (Coelogyne pandurata) yang terkenal itu.
Pada Jalur Merah kita bisa melihat bagaimana sususan rumah tradisional Bali yang unik. Rumah itu lengkap terdiri bangunan-bangunan kecil yang terpisah dalam satu kesatuan. Di jalur ini juga kita bisa melihat tanaman tradisional yang digunakan masyarakat Bali sehari-hari seperti makanan, pakaian dan serat, obat, bumbu masak, bahan bangunan, mainan, hingga bahan upacara.
Menyusuri Jalur Merah kita akan mengelilingi taman tumbuhan paku. Jalur ini menyusuri jalan berbatu sehingga seperti memberikan pijatan ketika berjalan. Otomatis, kita akan lebih segar. Adapun jenis tanaman paku di jalur ini antara lain paku suplir dengan sekitar 200 jenis, paku pohon, paku rane, paku sarang burung, dan semacamnya. Ada pula tumbuhan paku untuk industri rumah tangga dan tumbuhan paku yang sangat kuno yaitu paku belalai gajah. Tumbuhan bernama latin Angiopteris evecta ini berbatang pendek namun daunnya sangat besar.
Jalur terakhir yang bisa kita lalui adalah Jalur Burung yang dirancang sedemikian rupa agar kita bisa melihat burung-burung di habitatnya langsung. Burung yang bisa kita jumpai antara lain jenis Australia seperti burung isap madu Australia yang berbentuk kecil dengan warna coklat suram, punggungnya coklat, dan bagian bawahnya abu-abu. Sedangkan burung jenis Asia yang bisa temukan adalah burung sriganti yang suka bergerak cepat kalau terbang dari satu pohon ke pohon lainnya. Burung lainnya seperti walet sapi, tekukur, kucica batu, bondol jawa, kepodang, dan lainnya. Di seluruh areal, burung-burung itu bisa kita nikmati sambil berjalan atau duduk-duduk di padang rumput sambil beristirahat.
Jangan terlalu lama beristirahat, masih ada tempat lain di Bedugul yang belum dikunjungi yaitu tiga danau. Danau pertama yang bisa dikunjungi adalah Danau Beratan yang berada di kanan jalan menuju Singaraja. Jaraknya sekitar 300 meter dari Kebun Raya Bedugul. Kita bisa menikmati hanya duduk-duduk di pinggir jalan sebab danau ini berada persis di sebelah jalan. Namun jelas akan lebih baik kalau kita masuk objek wisata ini. Untuk itu kita harus membayar tiket Rp 3.300 termasuk asuransi.
Areal pertama di objek wisata ini adalah taman bermain. Di salah satu bagian terdapat tempat bermain anak-anak berupa ayunan, kursi putar, dan lain-lain. Di sebelah arena bermain ini terdapat restoran yang ketika waktu makan siang, penuh oleh pengunjung karena menyajikan makanan prasmanan. Masih di areal taman, di bagian lain terdapat sebuah Candi Budha berupa stupa setinggi sekitar lima meter yang dikelilingi empat patung Budha di bagian bawah. Hal ini menandakan bagaimana multikulturalisme itu berjalan di Bali sejak dulu. Apalagi persis di sebelah candi Budha itu terdapat Pura Ulun Danu dimana masyarakat Hindu bersembahyang ketika berkunjung ke Bedugul. Selain itu, tidak jauh dari areal Pura Ulun Danu ini terdapat masjid sehingga nuansa multikultur itu semakin terasa. Ini yang membuat Bedugul benar-benar berbeda!
Di sekeliling pura yang menjadi bagian utama, terdapat taman dengan rumput hijau. Pohon-pohon cemara membuat suasana hijau itu bertambah lengkap. Kita bisa berjalan-jalan di trotoar untuk pejaln kaki. Di bagian paling timur dari Pura Ulun Danu ini terdapat dua meru bertumpang solas dan tumpang pitu. Dua meru ini agak terpisah dari daratan sehingga menjadi objek foto yang menarik. Di sebelahnya ada rumpun bambu dimana biasa terdapat orang mancing. Untuk sewa pancing, pengunjung hanya membayar Rp 5.000 sepuasnya. Masih di danau ini, kita bisa naik boat berkeliling Danau Beratan dengan membayar Rp 25.000 sekali keliling atau sekitar 20 menit. Selain naik boat, ada pula pelukis wajah atau potret diri yang melukis wajah hanya dalam waktu 15 menit. Untuk itu kita harus membayar Rp 10.000 per lukisan.
Setelah di Beratan, dua danau lagi yang bisa kita kunjungi adalah Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Dua danau ini sudah masuk wilayah Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Danau Buyan yang berada di kiri jalan desa Pancasari menjadi tempat terkenal untuk para pemancing karena banyaknya ikan di tempat ini. Jumlah pengunjung di tempat ini tidak sebanyak di Beratan. Namun bisa menjadi tujuan wisata kalau Anda berkunjung ke Bedugul.
Danau terakhir adalah danau Tamblingan yang berjarak sekitar 5 km dari Danau Buyan. Untuk menuju danau ini kita akan melewati jalan menanjak dengan tikungan sangat tajam. Jalan ini berada di Bukit Pangelengan dimana terdapat gua Jepang bekas Perang Dunia II dulu. Namun gua bersejarah sepanjang jalan itu tidak terlalu diperhatikan karena di tempat ini juga terdapat habitat monyet jinak. Beberapa pengunjung biasa berhenti untuk bersembahyang di pura kecil di jalan ini atau hanya sekadar menggoda monyet-monyet tersebut. Untuk menuju Danau Tamblingan, pilihlah jalan ke arah kiri ke arah Munduk dari jalan menuju Singaraja setelah melewati Bukit Pangelengan. Jalanan di sini lurus dengan beberapa kali naik turun. Jalan beraspal ini seperti persisi berada di puncak bukit sehingga kita bisa melihat dua danau di sebelah kiri dan Kota Singaraja di kejauhan di sebelah kanan.
Ketika sampai di Desa Wanagiri, pemandangan dua danau yaitu Buyan dan Tamblingan itu terlihat dalam satu pandangan terpisah oleh hutan kecil. Danau itu berada di bawah kita dengan bukit kembar sebagai latar belakang. Air danau yang tennag berkilauan tertimpa matahri sangat bagus dilihat dari tempat ini. Agar bisa menikmati dengan enak, kita bisa psan kopi di tempat ini. Sebab daerah Munduk, Banyuatis, dan Wanagiri merupakan desa penghasil kopi yang terkenal itu. kita bisa menikmatinya sambil duduk-duduk di beberapa tempat yang disediakan warga setempat untuk para pengunjung. Percayalah, ini pemandangan danau terbaik yang mungkin bisa kita temui di Bali.
Puas menikmati danau dari atas bukit, kita bisa turun ke Danau Tamblingan namun harus sedikit memutar. Sebagian tamu ada yang turun langsung dengan berjalan kaki namun sangat beresiko. Kalau memutar dengan mengendarai motor atau mobil, kita masih akan mendapatkan pemandangan yang sama namun jalan lebih kecil. Sesampainya di Danau Tamblinga, kadang ada tamu yang memilh treking membelah hutan di tempat ini. Bagi siswa sekolah atau mahasiswa, tempat ini juga jadi tempat kemah yang menarik.
Akhir perjalan kita di Bedugul akan lebih lengkap ketika kita mampir di Pasar Candikuning. Pasar ini berada di kiri jalan Denpasar-Singaraja dekat pintu masuk ke areal Kebun Raya Bedugul. Di sini kita bisa membeli berbagai buah seperti rambutan, salak, pisang, apel, dan lain-lain. Namun dari sekian buah itu, strawberi adalah buah yang paling terkenal dari Bedugul. Selain buah, kita juga bisa membeli sayur, tamanan hias, dan souvenir lain sebagai pertanda kita telah berwisata di Bedugul. [b]
Catatan: Tulisan ini dimuat di buku Back to Bali yang disusun bersama Kriston Rasmanto
Semoga Bedugul selalu asri dan tak tercemar !