Merawat sebuah band serupa merawat hubungan dengan kekasih.
Saya teringat sekira dua tahun lalu setelah saya menikah, seorang teman berkata kepada saya. “Dalam perjalanan pasca menikah banyak hal akan berubah atau dirasa berubah. Kemudian dari banyak hal yang perlu dijaga, antusias ialah salah satu hal yang tidak boleh hilang,“ katanya.
Sampai saat ini saya masih sepakat dengan pendapat teman itu. Bagi saya menjaga antusiasme bukan perkara mudah, apalagi menjaga antusias dalam satu ruang bergerak. Selain mengandung cinta juga ikatan-ikatan. Ruang yang memberikan kita identitas, hak dan tanggung jawab.
Setelah album kedua, sebelum para personil Nosstress mengeluarkan album Ini Bukan Nosstress.
Sebagai Nosstress mereka terlebih dahulu mengeluarkan tunggalan (single) berjudul Tahun Baru Lagi. Lagu ciamik ini masih sangat kental dengan napas Nosstress. Melalui nada dan lirik yang gampang didengar, mereka mampu berbicara tentang hal-hal keseharian yang menjadi kegelisahan banyak orang. Dalam tempo beberapa menit mereka mampu menghadirkan kritik yang gurih dan memperlihatkan keberpihakan mereka.
Namun, sebagai penggemar ada sesuatu yang saya sayangkan dari tunggalan tersebut. Judulnya Tahun Baru Lagi tapi lagu itu baru muncul di Februari, ketika tahun baru sudah berlalu dua bulan dan baru akan datang sepuluh bulan lagi.
Mungkin energi tunggalan itu akan jauh lebih dahsyat seandainya ia hadir di Desember 2016, ketika banyak dari kita sedang antusias menyambut tahun baru 2017.
Jadi, dengan pikiran yang mungkin kurang adil, walaupun tidak sepenuhnya, saya merasa tunggalan itu seperti kehilangan momentum. Seperti janur di Bali yang lahir ke bumi dua hari setelah hari raya Galungan. Tunggalan itu secara tidak langsung seperti memberi pesan bahwa ada antusiasme yang mulai meredup dalam Nosstress. Apalagi aroma album ketiga Nosstress sedikit pun belum tercium.
Sisi Lain
Sebagai pendengar yang kurang mengerti musik, hal pertama yang saya tangkap setelah mendengar album Ini Bukan Nosstress, ialah karya ini diadakan untuk memberikan ruang bagi sisi lain yang tersisa dari mereka, para personel Nostress sebagai pribadi, tanpa merusak tatanan Nosstress.
Album ini sekaligus untuk mengumpulkan, mencari dan mendaur ulang segala sesuatu untuk membangkitkan anatusiasme yang pudar dari para personel Nossstress. Sebagai suatu energi untuk mereka pulang ke ruang Nosstress lalu melanjutkan perjalanan sebagai sebuah kesatuan. Entah perjalanan maju, mundur atau jalan di tempat.
Tentang album Ini Bukan Nosstress sebagai sebuah ruang di luar Nosstress, saya ingat dulu pernah hadir di dua diskusi berbeda, di mana Kupit dan Angga tampil menjadi salah satu pembicara.
Kebetulan di dua acara berbeda itu, Kupit dan Angga mendapatkan pertanyaan yang memiliki pijakan poin sama, tentang kenapa mereka memilih alam dan lingkungan sebagai tema lagu-lagu Nosstress. Bagaimana tanggapan mereka dengan label Nosstress sebagai “band lingkungan”?
Sebagai penggemar pertanyaan itu tentu terdengar wajar. Seperti kita ketahui di album Perspektif Bodoh 1 dan 2, lagu-lagu Nosstress memang banyak berbicara seputar kalimat terkait dengan lingkungan, alam, kelestarian dan kritik akan kesadaran.
Mungkin karena sudah terlalu sering mendapat pertanyaan semacam itu dan jawaban pertanyaan serupa sudah sering dibahas di ruang domestik Nosstress, atau karena mereka berjalan digerakkan oleh naluri dalam frekuensi sama, dengan gaya berbahasa berbeda, di waktu dan tempat berbeda juga, Kupit dan Angga menjawab pertanyaan itu dengan poin sama.
Kurang lebih Kupit dan Angga sama sama mengatakan Nosstress tidak pernah melabelkan diri sebagai band lingkungan. Sebagai sebuah wadah, Nosstress tidak memiliki batas pagar kaku.
Tentang lagu Nosstress banyak terdengar bicara lingkungan, itu sebenarnya hal yang berjalan alami saja. Sepertinya hampir semua lagu Nosstress semua melalui proses yang mengalir secara alami, di mana hal-hal sekitar dan kegelisahan coba mereka bahasakan melalui lagu.
Sayangnya saya belum pernah memiliki kesempatan menghadiri acara di mana Cokorda Bagus menjadi pembicara dan berbicara tentang Nosstress. Namun, dari bagaimana mengalirnya dan akhir dari lawar marlin ngigelin layahnya, saya bisa rasakan Cok memiliki jawaban sama dengan kedua temannya.
Ruang dengan Batas
Hadirnya album Ini Bukan Nosstress telah menunjukan kepada kita, sekalipun Nosstress menurut mereka ialah ruang tanpa batas dan pagar kaku, di mana biasa diisi dengan hal-hal mengalir secara alami dari tiga kepala mereka, Nosstress sebenarnya tetaplah sebuah ruang dengan batas.
Nostress ialah sesuatu yang hidup memiliki jiwanya sendiri. Di mana 100 persen emosi, pikiran, ukuran ideal, maupun gaya Angga, Kupit dan Cok tidaklah bisa ada sepenuhnya di ruang tersebut. Sebaliknya, 100 persen dari mereka bertiga sebagai pribadi tidak bisa mentah-mentah dijadikan representasi dari Nosstress.
Nostress hidup dan tumbuh memiliki syarat-sayarat. Seperti cinta sejati saja yang tidaklah cukup untuk kita melangkah ke sebuah jenjang jenjang berikutnya. Atau Jika Nosstress ialah kebun, dalam perjalanannya tidak semua buah yang disukai Kupit, pohon bunga yang dikagumi Angga dan interior yang sesuai dengan selera Cok bisa masuk di dalamnya.
Kebun yang mungkin dulu mereka mulai bentuk dengan sederhana dan penuh antusias, kini dengan usaha-usaha mereka telah tumbuh menjadi sesuatu yang memiliki bentuk dan daya tarik. Menumbuhkan banyak hal yang perlu di rawat, menghasilkan karya-karya yang mampu memberi nilai kepada banyak orang, dan kemudian juga menerima dari banyak orang.
Atau lebih dari itu, kini Nosstress terasa telah menjadi milik banyak orang. Sebut saja nama mereka “para bunga” penggemar nosstress.
Sesederhana apapun kesan yang sering mereka hadirkan dalam merawat kebun itu, saya rasa hubungan memberi dan menerima itu telah menjadi salah satu daya apung penting untuk Nosstress. Seperti kebanyakan seniman, daya apung dalam hal ini bagi saya ialah sari-sari dari karya.
Tanpa karya berkelanjutan, lama-lama Nostress akan kehabisan daya apung dan tenggelam. Karya menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi dalam sebuah tempo waktu kalau tidak mau Nosstress terlalu dini untuk menjadi legenda.
Tiga tahun sudah waktu telah berlalu setelah Nosstress merilis album kedua. Tiga tahun ialah jarak rilis album pertama ke album kedua mereka. Namun, album ketiga tak kunjung hadir tahun ini.
Langkah Makin Pelan
Jika Nosstress sebuah perjalanan ini bisa dinilai bagaimana langkah mereka sebagai Nosstress pasca album kedua semakin pelan. Entah ini karena mereka mulai kehabisan napas, kehilangan antusiasme, sedang ingin menikmati filosofinya Paul Lafargue yaitu hak untuk malas, atau mereka sedang ingin menjaga komunikasi yang susah dilakukan sambil berjalan cepat.
Jika kemudian melihat hadirnya Ini Bukan Nosstress sebagai usaha menjawab atau sekadar pesan dari mereka, maka ini mengingatkan saya kepada jawaban almarhum Ida Bagus Dharma Palguna dalam sebuah diskusi.
Kurang lebih beliau mengatakan, untuk bisa melihat bentuk sesuatu yang menjadi bagian dari kita dengn lebih utuh, kemudian lebih adil dalam melihat persoalannya dan mengkritik, ada kalanya kita harus keluar sejenak dan memberi jarak yang tepat dari sesuatu tersebut. Begitu jawaban almarhum ketika ditanya tentang pilihannya keluar dari Bali dan menetap di Lombok.
Jadi album Ini Bukan Nosstress saya lihat sebagai sebuah kebun baru yang sengaja dibuat para personel Nosstress. Kebun di luar Nosstress tetapi tidak begitu jauh. Mereka tetap bersama sebagai teman dalam mengisinya.
Bedanya di kebun baru ini mereka lebih bebas untuk menampilkan diri sebagai pribadi. Lebih leluasa berbicara mengkitik dan melihat Nosstress sebagai pribadi tanpa embel-embel. Di kebun ini juga sekiranya mereka bisa menanam hal-hal yang mereka simpan karena sebelumnya tidak bisa ditanam di kebun Nosstress.
Mugkin album Ini Bukan Nosstress tidak bisa memuaskan dahaga penggemar akan album baru Nosstress, tetapi paling tidak hal yang menyenangkan di kebun baru ini kita bisa melihat bagaimana Angga, Kupit dan Cok dengan lebih intim, sesuatu yang selama ini sangat sulit dipisahkan dari identitas Nosstress.
Antusiasme yang Redup
Aroma album Ini Bukan Nosstress bisa saya rasakan memang jauh dari bau Nosstress yang sudah saya nikmati beberapa tahun. Di daftar lagu pertama album ini bukan Nosstress yang saya jumpai di aplikasi online.
Aroma album ini langsung dibuat hangat khas oleh lagu Angga. Tanpa haha hihi dan berkulit-kulit, dia langsung berbicara tentang keluhan kepada kedua temannya, tentang ada porsi yang dirasanya tidak seimbang membuat hal biasa menjadi nampak berlebihan. Porsi yang menurutnya bisa diseimbangkan oleh kemauan dan usaha mencoba kedua temannya.
Selain itu di lagunya yang berjudul Sampai Kapan, Angga seperti memposisikan album Ini Bukan Nosstress sebagai sebuah alarm bersama untuk bagaimana Nosstress selanjutnya, akan diusahakan berlanjut atau sekadar bertahan. Sebagai pribadi Angga juga memanfaatkan ruang Ini Bukan Nosstress untuk memperkenalkan salah satu sisi pribadinya, tentang bagaimana seleranya selama ini dalam berkarya dan memposisikan cinta dalam urusan pribadinya.
Sementara dari tiga lagu Kupit di album Ini Bukan Nosstress, saya merasakan dalam kaitannya sebagi bagian dari Nosstress dan musisi. Dalam ruang ini Kupit seperti mengiyakan kalau ada antusiasme yang sedang redup pada dirinya.
Selain pesan itu saya tangkap dari lagunya yang berjudul Semoga Ya. Juga dalam lagu kandas yang bercerita tentang kehilangan sosok cinta yang begitu pribadi. Dari kedalaman yang tersirat ini rasanya ialah tentang kisah pribadi.
Namun, jika melihat aktivitas Kupit di permukaan dan medsosnya yang sedang sedang hangat-hangatnya dengan sang pacar, jadi sangat layak dicurigai ini ialah lagu lama yang dia simpan. Bukan lagu baru yang dibuat untuk album ini.
Seperti hujan lebat dari pagi yang berhenti ketika senja di mana Nosstress akan manggung di ruang terbuka, saya rasa hal yang mampu membuat Kupit membuat Ini Bukan Nosstress menjadi hal spesial, setidaknya untuk saya, ialah kebijaksanaannya sebagai orang paling berumur di antara kedua temannya.
Kebijaksanaan yang seperti telur mata sapi pada nasi goreng spesial, di mana kritikan dari Angga dijawabnya dengan lagu. Dengan dialog dan pengakuan, seperti kritik Angga tidak menjadi duri tapi malah menjadi panggung di mana dia menari sebagai dirinya sendiri.
Dari ketiga personel Nosstress, bagi saya, orang yang nampak paling stabil datang ke kebun baru ini ialah Cokorda Bagus. Tiga lagunya di album Ini Bukan Nosstress saya menilai antusias Cok yang paling terjaga. Seperti salah satu judul lagunya yaitu Tumbuh, ialah hal mendasar yang saya tangkap persis dari pesan lagu-lagu Cok. Tidak banyak persoalan persoalan yang saya tangkap dari ketiga lagunya.
Sebagaimana sesuatu yang tumbuh lagu-lagunya begitu mengalir. Dalam pertumbuhan sesuatu menurutnya tidak bisa dipaksakan seperti bagaimana dia mampu menganalogikan hujan pada lagunya yang berjudul Seperti Dia.
Cok bagus seperti menikmati berbicara dengan dirinya sendiri. Dia menikmati dan mengambil pesan dari hal-hal yang terjadi di sekitar. Di ruang Ini Bukan Nosstress, dia juga dengan baik menceritakan bagaimana dia berproses sebagi pribadi dan pandangan-pandangan hidupnya yang begitu teduh.
Melepas Identitas
Sekalipun karya mereka sebagai bukan Nosstress kali ini tidak banyak pesan-pesan sosial dan ajakan untuk membangkitkan kesadaran akan lingkungan, tetapi ada nilai yang tidak kalah penting saya tangkap di album ini. Dalam ruang hidup bersama sangat penting cara-cara seperti menciptakan ruang seperti Ini Bukan Nosstress dilakukan. Ruang di mana kita bisa melepaskan sejenak identitas kita dan menempatkan nalar kemanusiaan di atas segala-galanya.
Seperti sebagai orang Bali misalnya, saya rasa kadang kita harus bisa keluar dari identitas kebalian kita sejenak, terlebih lagi kebanyakan identitas-identitas itu banyak diciptkan untuk kepentingan brosur wisata. Dengan keluar kita bisa melihat dan menilai identitas itu dengan lebih adil dan utuh. Agar kita tidak terkungkung dalam label-label identitas tersebut bak pusaka dalam museum.
Setelah itu kita lebih siap mendengar kritik atau memberi kritik. Paling tidak berhenti menggangap kritik sebagai sebuah konflik, sehingga kita lebih siap menciptakan tradisi berdialog atau berdebat. Dengan terciptanya tradisi itu, saya rasa kita akan bisa berlaku lebih jujur dan berani sebagai manusia. Untuk kembali ke identitas masing-masing guna menciptakan ruang bersama yang lebih baik.
Setelah hiruk pikuk di ruang Ini Bukan Nosstress reda, apa yang akan terjadi selanjutnya pada perjalanan Nosstress tidak satu orang pun tahu. Jika bicara kemungkinan, tentu ada ribuan kemungkinan yang tersedia dan bisa hidup di kepala kita masing masing.
Namun, setelah mendengar rencana Is vokalis Payung Teduh keluar dari band setelah 31 Desember ini, bagi saya sekalipun setelah album Ini Bukan Nosstress mereka tak mampu juga kembali menghidupkan Nosstress atau mungkin Nosstress bubar, paling tidak saya merasa kita sebagai fans Nosstress tetap ialah fans yang lebih beruntung.
Karena paling tidak kita sudah pernah melihat mereka bersuara, berdialog dan mengkritik satu sama lain dengan komposisi porsi yang sama. Mereka telah menghibur kita dengan karya. Bagi saya mereka telah melakukan cara yang lebih memanusiakan daripada satu orang dari mereka tiba-tiba memutuskan keluar dan hanya sendiri menceritakan kekacauan kondisi band dengan panjang lebar di media.
Dan, ulasan saya tentang lagu-lagu dan album Ini Bukan Nosstress memang sangat jauh dari objektivitas, atau tentu tidak bisa mewakili apa-apa, tapi saya harap doa saya untung panjang umurnya Nosstress bisa diterima juga sebagai doa banyak dari kalian. [b]
mih lantangne ulasan mas kaung. sungguh berdedikasi pada kata-kata.
Entah knapa sy hampir nerasakan hal yg sama, tp sbgai pendengar musik, sy tdk pernah menganggap serius hal2 dalam satu band tersebut, kami sbg pndgar yg kmi ingin hanya karya dr band tersebut, bukan ap yg sbnarnya terjadi dr mreka, sy mlihat nostrrs tetap dgan lagu2nya yg bagus dan arti2 yg menyentuh, sy harap, walaupun mgkin memang terjadi sesuatu, smga tetap postif dan berkarya ..