Dewasa ini, semakin banyak orang menggunakan internet.
Menurut riset pasar e-Marketer jumlah pengguna internet Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia. Tingginya aktivitas digital membuat pengguna internet perlu memikirkan keamanan privasi mereka.
Sayangnya, di Indonesia kesadaran akan pentingnya privasi di dunia maya masih rendah.
Keamanan privasi di dunia maya juga menjadi salah satu perhatian Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFENET), yang memperjuangkan kebebasan berekspresi secara online. Untuk itu, SAFENET bekerja sama dengan Sloka Institute, BaleBengong.net, Bali Blogger Community, dan STMIK Primakara mengadakan Kelas Asik Teknologi Informasi (KASTI) yang mendiskusikan persoalan ini.
KASTI sendiri merupakan kegiatan rutin Bali Blogger Community.
KASTI yang diselenggarakan pada 15 Oktober 2016 ini bertajuk “Melindungi Keamanan Digital dan Privasi di Dunia Maya”. Kelas yang diadakan di STMIK Primakara ini menghadirkan dua pembicara, yakni Anton Muhajir selaku relawan SAFENET dan founder Sloka Institute, serta I Gede Putu Krisna Juliharta,ST,. MT., Ketua Program Studi Sistem Informasi STMIK Primakara dan Ketua Relawan TIK Bali.
Anton memulai presentasinya dengan membicarakan politik data. Bahwa saat ini terjadi perubahan paket yang dijual oleh provider, dari paket SMS dan telepon menjadi paket data. Yang tidak disadari adalah ketika kita membeli paket data untuk dapat berinternet, itu juga berarti bahwa kita telah dengan sukarela menyerahkan data kita ke dunia maya.
Data yang kita sebar secara sukarela di dunia maya adalah “minyak baru”. Maka tidak heran jika dua dari empat perusahaan terbesar di dunia saat ini berasal dari penyedia layanan internet, yakni Google dan Facebook.
Kita Sedang Diintai
Berbagai aplikasi meminta akses pada data-data pribadi kita jika ingin menggunakan aplikasi tersebut. Facebook misalnya, menyatakan memiliki hak untuk mengakses galeri foto, lokasi, kamera, mikrofon, hingga ke sms dan kontak di ponsel kita.
Sayangnya, kita cenderung mengabaikan terms and conditions yang muncul sebelum mengunduh aplikasi yang diinginkan. Kalau pun dibaca, hanya punya dua pilihan, tetap mengunduh aplikasi tersebut dan menyerahkan akses ke data-data pribadi, atau tidak jadi menggunakannya. Dilematis.
Tidak hanya mendapatkan isi di ponsel, segala aktivitas kita di dunia maya pun terekam dengan baik. Coba saja buka MyActivity di Google atau Timeline di Google. Di sana dapat dilihat bagaimana Google merekam jejak kita di dunia maya maupun nyata.
Untuk apa mereka mengambil data kita?
Salah satunya adalah supaya mereka bisa menganalisis profil kita, lalu memborbadir dengan iklan-iklan dan spam-spam yang dianggap sesuai dengan kebutuhan kita. Maka tidak heran jika kita mencari tempat menginap atau barang tertentu di Google, beberapa waktu kemudian iklan tentang hal yang kita cari tersebut akan muncul di Facebook atau email kita.
Lalu, bagaimana cara melindungi data kita?
Selanjutnya, Krisna memaparkan mengenai tata kelola keamanan informasi. Menurut Krisna, keamanan privasi akan berlawanan dengan kenyamanan kita berinternet. Facebook misalnya, akan lebih nyaman kita gunakan melalui aplikasi Facebook yang ada di ponsel daripada membukanya lewat browser.
Kemudian, Krisna menekankan pentingnya menjaga password, baik untuk email, sosial media, dan wifi jika kita memiliki fasilitas wifi. Password adalah kunci masuk menuju data kita. Krisna juga mengingatkan untuk memperhatikan alamat website jika kita harus menyerahkan data pribadi kita.
Website dengan protokol HTTPS akan jauh lebih aman dibanding HTTP. Karena itulah perusahaan data seperti Google, Facebook, website bank dan sistem pembayaran paypal, menggunakan protokol HTTPS untuk melindungi data penggunanya.
Selain itu, penting untuk melakukan back-up data di perangkat lain, misalnya hard disk eksternal, untuk mengantisipasi kehilangan data akibat pencurian atau terjadi masalah pada perangkat komputer yang digunakan. Yang perlu diingat, jangan sampai meletakkan laptop dan hard disk eksternal di tempat yang sama, untuk menghindari kehilangan dua benda itu secara bersamaan.
Apa saja yang bisa dilakukan?
Pada akhirnya, ada lima strategi pengamanan digital dan privasi di dunia maya yang ditawarkan dalam kelas ini.
1. Kurangi
Tanpa kita sadari, ada saja aplikasi yang jarang kita gunakan di ponsel. Padahal mereka mungkin saja terus-menerus mengoleksi data kita. Jadi, tidak ada salahnya untuk menghapus aplikasi tersebut.
Strategi mengurangi ini juga termasuk mengurangi kebiasaan buruk kita dalam berinternet, seperti kebiasaan mengakses situs porno yang merupakan sarang para pencuri data. Kebiasaan berikutnya yang perlu dikurangi adalah mempublikasikan data-data pribadi yang tidak perlu, seperti alamat rumah, nomor telepon, foto-foto yang bersifat pribadi, sekolah anak dan sebagainya.
2. Kendalikan
Kita sesungguhnya masih punya kendali pada data pribadi kita. Coba luangkan waktu untuk melihat dan mengatur ulang fitur privasi pada ponsel, komputer, dan aplikasi yang kita gunakan. Pengaturan melacak lokasi misalnya, bisa kita matikan dan dihidupkan jika memang benar-benar dibutuhkan saja.
Mengendalikan ini juga termasuk dengan menghapus jejak-jejak kita yang sudah direkam Google.
3. Lindungi
Cara paling mendasar untuk melindungi data pribadi kita adalah dengan menggunakan password. Password sebaiknya yang mudah diingat, namun tidak mudah ditebak dan dibuat se-4l@y mungkin. Untuk keamanan dalam berbincang secara online, kita sebaiknya menggunakan aplikasi yang sudah end-to-end encryption, misalnya Whatsapp atau Telegram.
4. Bersembunyilah
Untuk menghindari perekaman terhadap jejak-jejak kita di dunia maya, kita bisa bersembunyi atau menyamar. Misalnya pada Chrome dan Chromium disediakan layanan jendela penyamaran (incognito) yang tidak merekam jejak kita saat melakukan aktivitas di dunia maya.
5. Gunakan Alternatif
Sesungguhnya adalah banyak aplikasi dan situs pencarian yang bisa kita gunakan di dunia maya. Untuk situs pencarian, kita bisa menggunakan Duckduckgo, yang tidak mencatat jejak pencarian, sebagai alternatif dari Google. Untuk aplikasi obrolan, selain WhatsApp dan Telegram, ada Signal yang juga lebih aman digunakan. [b]