Loloan masih memelihara pernak-pernik budaya Bugis Makassar dan Melayu.
Hal ini dapat kita lihat pada saat acara sunatan atau lebih popular disebut khitanan. Salah satu yang unik yaitu pemakaian kalung bugis pada anak yang akan disunat. Namanya kalung badong.
Sangat jarang masyarakat yang memiliki kalung badong. Sehingga, tak jarang kalung badong menjadi rebutan warga yang berusaha meminjam kalung tersebut untuk menyunat anaknya.
Kadang kala untuk menetapkan hari acara sunatan anaknya, seorang warga menetapkan harinya sesuai jadwal atau giliran dapat meminjam kalung badong tersebut kepada pemiliknya. “Rebutan kalung badong” sering membuat pemilik kalung badong kebingungan. Mereka harus menghadapi dua orang yang datang bersamaan untuk meminjam kalung badong tersebut.
Hal ini biasa terjadi pada musim sunatan. Biasanya sunat dilaksanakan pada bulan-bulan Rabiul Awal. Masyarakat Loloan baik di kelurahan Loloan Timur maupun di kelurahan Loloan Barat lebih akrab menyebut dengan nama bulan Maulud.
Kata Badong sendiri berasal dari serapan kata bugis. Bado berarti pelengkap. Sehingga kalung badong bermakna sebagai pelengkap dalam acara sunatan tersebut. Selain kalung badong, juga perlengkapan yang disiapkan kuarik pendamping dari kalung badong, tombak bandrangan dan kain setalam bersama senjata peninggalan warisan dari Bugis-Makassar.
Kalung Badong sebagai pelengkap perhiasan anak dalam prosesi khitan umumnya digunakan di masyarakat Loloan, baik Loloan Timur maupun Loloan Barat. Biasanya kalung badong Loloan dikalungkan di leher dengan kuarik dan aksesoris batu permata. Anak yang dikhitan memakai songket atau kain tenun berwarna kuning.
Secara umum pemakaian kalung badong untuk prosesi khitan anak lelaki cukup memasyarakat di tahun 1970 an hingga tahun 1990. Anak yang dikhitan tampak berseri dengan kalung badong leher sebelum dilakukan khitan. Kalung badong beserta kuarik tidak akan dilepas di leher sang anak jika sang anak belum sembuh dan pulih setelah dikhitan.
Prosesi khitan yang komplet biasanya menggunakan perlengkapan kalung badong komplet dengan kuarik, tombak bandrangan serta kain setalam dan rantasan, sajian yang disiapkan di saat prosesi khitan dilaksanakan.
Kekuatan magis dari Kalong Badong kadang mengundang rasa heran juga. Pernah seorang anak disunat tanpa memakai kalung badong. Selang beberapa menit sejak disunat tampak darah mengucur deras tiada henti, sehingga tuan rumah panik.
Akhirnya seseorang berusaha mencarikan atau meminjam kalung badong. Ketika kalung badong tersebut dikalungkan ke leher sang anak, ajaib, darah pun berhenti mengucur. Sang anak berhenti dari tangisannya.
Hanya sayang sekali saat ini pemakaian dari kalung badong dalam prosesi khitanan sudah sangat jarang, kecuali para keturunan Bugis-Makassar yang tetap berusaha melestarikannya di tengah derasnya era zaman android yang kini semakin memasyarakat.
Pemakaian kalung badong saat ini di Loloan, sudah tergantikan dengan kalung perhiasan dari emas. Sudah sangat jarang sekali masyarakat yang memilik kalung badong tersebut. [b]