Oleh Anton Muhajir
Sabtu kemarin, Bali Blogger Community (BBC) kembali mengadakan workshop tentang blog. Kegiatan setengah hari di Kampus B New Media ini merupakan workshop setengah hari bekerja sama dengan Bali Creative Community (BCC).
Bagi saya, workshop blog oleh hari ini memecahkan empat rekor. Pertama karena ini workshop dengan peserta terbanyak dari tiga kali workshop sebelumnya. Terakhir, Agustus lalu, workshop sejenis diikuti sekitar 15 orang. Kali ini diikuti sekitar 25 orang. Kedua, fasilitatornya juga banyak banget. Ada lebih dari 15 anggota BBC yang hadir untuk memberi materi atau pun mendampingi peserta untuk praktik.
Ketiga, ini workshop pertama dengan fasilitas sangat lengkap. Gratis lagi. Hehe.. Terima kasih untuk New Media dan Pak Kadek Sudrajat yang menyediakan salah satu kelasnya untuk tempat workshop. Jadi semua peserta bisa langsung praktik dengan satu orang satu komputer yang terhubung dengan internet, meskipun kadang agak lelet, tapi overall baguslah.
Keempat, peserta workshop kali ini juga ada beberapa orang hebat di bidangnya. Ada Rudolf Dethu, yang harus disebut sebagai orang yang paling berjasa membawa rock Bali, di tengah dominannya Bandung dan Jakarta di pentas nasional. Ada juga Ika Mardiana, desainer kondang penggagas Bali Fashion Week yang setahuku justru lebih dikenal di Hongkong.
Dua orang itu, bersama peserta lain jadi sumber energi baru bagi kami di BBC. Bahwa kami ternyata harus rajin-rajin membagi pengetahuan soal blog ini pada komunitas lain. Maka, terima kasih pula untuk Kang Ayip dan kawan-kawan di Bali Creative Community yang sudah memberi kesempatan untuk berbagi itu.
Workshop setengah hari itu berarti menambah lagi jumlah blogger di Bali. Meski, seperti biasa, saya tak yakin semua peserta akan jadi rajin ngeblog, setidaknya mereka sudah tahu tentang blog. Tinggal soal waktu saja..
Saya yakin, makin banyak orang ngegblog, akan makin banyak informasi yang bisa kita peroleh dari internet. Meski saat ini blogger di Indonesia masih unjuk kekuatan di sisi kuantitas, belum kualitas, saya yakin makin hari akan makin ada peningkatan. Blogger secara umum saya lihat setidaknya punya kepedulian untuk berbagi, meski kadang hanya tentang sesuatu yang bersifat sangat personal.
Tapi lihatlah. Makin hari jumlah itu terus bertambah. Enda Nasution dalam diskusi santai dengan sebagian anggota BBC di Sanur Kamis malam pekan lalu bilang bahwa kuantitas itu pelan-pelan akan diikuti kualitas. Dan dari tahun ke tahun kuantitas itu terus bertambah. Jumlah blogger di Indonesia bertambahnya hampir dua kali lipat tiap tahun. Pada 2007 ada sekitar 300 ribu. Pada tahun ini ada sekitar 600 ribu. Maka tahun depan bisa jadi ada satu juta blogger. Itu bukan jumlah yang kecil.
Dari sisi kebebasan dan keragaman informasi, bagi saya itu luar biasa. Ketersediaan informasi yang selama ini hanya diperoleh dari media mainstream seperti TV, koran, radio, dan semacamnya kini bisa dengan mudah didapat di internet. Dan, believe or not, sebagian besar adalah dari blog. Pelan-pelan dari kuantitas, blog di Indonesia mulai menuju ke peningkatan kualitas.
Sayangnya sih saya masih melihat banyak masalah di Indonesia untuk mencapai titik di mana blog akan menjadi kekuatan alternatif, atau malah penyeimbang dari media mainstream. Saya melihatnya ke arah pemerintah. Intinya menarik persoalan sebagai tanggungjawab negara.
Sederhanya begini dalam kasus blog. Sebagai penyelenggara jalannya negara ini, pemerintah seharusnya memberikan perhatian yang memadai untuk perkembangan blog di Indonesia. Saya melihat ada itikad baik. Setidaknya itu ditunjukkan dengan dukungan dua menteri pada Pesta Blogger. Tahun lalu Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) datang dan memberi sambutan pada Pesta Blogger yang diadakan pertama kali. Bahkan Menkominfo menjadikan 27 Oktober sebagai hari blogger nasional.
Lalu tahun ini, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) yang gantian datang ke PB dan memberikan dukungannya. Tapi setelah itu apa?
Lihatlah perkembangan teknologi informasi (TI) di negeri ini, apalagi yang terkait dengan blog. Infrastruktur TI di negeri ini masih acak adut, setidaknya kalah jauh dibanding Singapura. Tak heran Mr Brown, blogger Singapura hanya bilang, “Your internet connection is suck!” saat megibung bareng BBC bulan lalu. Ironinya, ketika infrastruktur masih acak adut ini, DPR malah membuat UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang isinya malah berusaha menjerat blogger kritis tersebut.
Negara, bukannya mendukung perkembangan blog, tapi malah membatasinya. Beberapa blogger mengaku takut untuk menulis kritis setelah UU ITE itu disahkan Maret 2008 lalu oleh presiden. Bahkan sampai hari ini sudah ada empat orang pengguna TI, baik blogger ataupun pengguna email, yang akan dijerat dengan UU berisi pasal karet itu.
Di Bali pun tak jauh beda. Memang ada program e-learning ke sekolah-sekolah. Jembrana bahkan mengklaim sebagai kabupaten open source karena semua program komputernya pake open source. Denpasar juga punya cyber-school. Tapi aku belum pernah mendengar yang terkait dengan TI tersebut di luar sekolah.
BBC sudah pernah mengajak orang Badan Informasi dan Telematika Daerah (BITD) untuk terlibat dalam diskusi tentang TI. Sekaligus kami memperkenalkan pada mereka bahwa ada lho komunitas di Bali yang peduli pada perkembangan TI, khususnya blog. Tapi waktu itu pejabat dari BITD Bali malah bilang hal yang cenderung birokratis. Intinya, pemerintah hanya bisa bekerja sama dengan lembaga resmi, bukan komunitas cair semacam BBC.
Lagi-lagi, pemerintah memang terjebak pada formalitas. Maka, jangan banyak berharap pada mereka. Mari kita sendiri yang mengerjakannnya. Percuma mengajak mereka..
Selamat atas kreativitas Bali Blogger Community.