Pada Sabtu, 22 Agustus 2020 pagi di balai Banjar Tegallalang, terlihat belasan anak muda duduk lesehan. Mereka duduk melingkar menyimak materi tentang jurnalisme warga oleh Balebengong, sebuah portal jurnalisme warga.
Sekaa Teruna Banjar Tegallalang terlihat mengenakan pakaian adat ringan. Ini untuk pertama kalinya mereka mengikuti Kelas Jurnalisme Warga (KJW). Suasana belajar terlihat santai, mereka juga membahas tentang situasi desanya yang terkenal sebagai sentra kerajinan di Bali.
Hal ini menunjukkan darah seni di daerah ini. Karena di sepanjang jalan raya dan pemukiman ada banyak pengerajin hiasan dan suvenir di Tegallalang.
KJW ini dilaksanakan dua hari, pada 22-23 Agustus. Ketua Pemuda Tubagus Dananjaya terlihat semangat mengikuti kelas ini dan menyemangati teman-temannya. Mereka menyiapkan karpet untuk alas duduk, sound untuk pengeras suara, dan membantu pelaksanaan KJW ini.
Jumlah orang rencananya mengikuti kelas ada 15 orang pemuda banjar namun yang hadir tidak semuanya karena ada sejumlah ritual. Pelaksana juga membatasi peserta 15 orang untuk mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi dan efektivitas pelatihan. Kelas ini diadakan 2 hari, mulai pukul 10.00 WITA sampai 17.00 WITA.
Banjar Tegallalang ini baru saja dibangun, gedungnya penuh dengan ukiran Bali yang detail, demikian juga pintu stil bali. Ada lapangan yang digunakan untuk olahraga seperti bulu tangkis, dan lainnya.
Hari pertama diisi dengan belajar tentang cara menulis, edit video, dan memetakan potensi desa. Mengedit vidio ternyata tidak mudah, kita harus tahu dasar-dasar memegang kamera atau handphone, bagaimana cara mengambil sebuah gambar yang pas, dan tahu tentang cara menggunakan aplikasi editing. “Seorang editor tidaklah harus memakai kamera yang mahal,” kata Putu Hendra Brawijaya alias Saylow yang jadi pelatih pembuatan video singkat.
Dengan android pun bisa menghasilkan video yang bagus, ada juga aplikas-aplikasi editor di android tidak ada beda nya dengan yang ada di laptop atau komputer. Kita banyak belajar tentang apa itu jurnalisme, bagaimana menulis berita dengan baik, apa itu 5W+1H, dan lainnya.
Setiap berita harus memberitakan fakta kepada para pembaca, 5W+1H sebuah metode yuntuk mengumpulkan informasi secara lebih jelas dan mendalam. What/apa, where/when, who/siapa, when/kapan, why/kenapa, dan how/mengapa. Namun di jurnalisme warga, kita menulis atau mendokumentasikan dengan foto atau video sesuai opini kita tentang kondisi sekitar. Asal sesuai fakta dan verifikasi.
Akhir hari pertama adalah memetakan keinginan peserta. Apa yang dingin ditulis, difoto, atau dibuatkan videonya. Peserta bebas menentukan tema yang akan diangkat, termasuk menulis oranag tua atau saudara sendiri. Fasilitator membantu menajamkan temanya atau mencari sudut pandang menarik. Peserta diyakinkan bahwa apa pun bisa ditulis jika berhasil menggali data.
Hari kedua diisi dengan langsung liputan ke lapangan sesuai pilihan tema. Jalan-jalan di desa sendiri. Ada yang membuat tulisan tentang tips wisata swing yang banyak ditawarkan di objek wisata Ceking, ada yang menulis tentang seniman tua, dan video kerajinan dari limbah laut. Juga kehidupan seniman topeng, arca, lukisan, dan sebagainya. Ada juga yang membuat kesiapan Tegalalang yang jadi jalur wisata untuk mempersiapkan protokol kesehatan selama pandemi ini.
Ada juga yang sudah pintar membuat video, sehingga hasilnya bagus. Dia membuat video pembuatan patung garuda dari kayu yang berasal dari Tegalalang. Salah satunya Desa Kedisan. Selama pandemi ini masih ada yang mengukir patung-patung garuda, singa, dan lainnya.