Dari 16 pada Juli lalu menjadi 160 pembicara hingga saat ini.
Sebanyak 16 pertama nama pembicara nasional dan internasional yang akan hadir di Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) telah diumumkan pada Juli lalu. Pekan lalu, perhelatan sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara ini meluncurkan daftar lengkap nama pembicara. Begitu pula dengan program-program yang akan diadakan selama lima hari pada 25-29 Oktober mendatang.
Pada tahun ke-14 ini UWRF memastikan akan mendatangkan 160 pembicara. Penulis, seniman, jurnalis, musisi, pegiat, dan pelestari alam itu datang dari lebih dari 30 negara. Mereka akan berkumpul di jantung seni dan budaya pulau Bali, Ubud, bersama para penikmat sastra dan penggemar seni lainnya dari berbagai belahan dunia.
UWRF 2017 akan merayakan tema Origins atau ‘Asal muasal’. Tema yang membentangkan tajuk-tajuk besar seperti politik hingga teknologi, dan lingkungan hingga spiritual ini ditarik dari sebuah filosofi Hindu kuno yang berbunyi ‘Sangkan Paraning Dumadi’.
Akan hadir sosok-sosok yang membentuk serta membesarkan dunia sastra Indonesia seperti Sutardji Calzoum Bachri, sang Penyair yang mampu menyihir pembacanya dengan sajak-sajak puitis nan magis, dan Nh. Dini, salah satu Novelis terbesar Indonesia. Murti Bunanta, ahli sastra anak-anak yang telah mendapatkan banyak penghargaan internasional, serta Seno Gumira Ajidarma dan Leila S. Chudori, jurnalis TEMPO sekaligus penulis pemenang penghargaan yang setiap karyanya selalu mendulang pujian.
Nama-nama besar sastra Indonesia lainnya adalah penyair kawakan Joko Pinurbo, novelis buku Negeri 5 Menara Ahmad Fuadi, novelis The Da Peci Code dan penulis skenario, Ben Sohib, serta Trinity, penulis seri buku The Naked Traveler yang baru-baru ini diangkat ke dalam film layar lebar.
Bintang-bintang sastra internasional yang juga dipastikan akan hadir di UWRF adalah Saroo Brierley, pria di balik memoar A Long Way Home, yang diadaptasi menjadi sebuah film box office Hollywood berjudul Lion. Novelis kriminal paling terkenal di Britania Raya, Ian Rankin, penulis otobiografi Wild Swans yang laku terjual di seluruh dunia, Jung Chang, Madeleine Thien, penulis pemenang penghargaan asal Kanada, serta Han Yujoo, bintang sastra muda Korea.
Rumah, pembatas, asal usul, dan sejarah adalah beberapa tajuk utama yang berhubungan dengan tema ini, maka akan hadir juga sosok-sosok yang sepak terjangnya erat dengan tajuk-tajuk tersebut.
Jurnalis, penulis, dan pegiat ternama dunia, yang selama ini menjadi saksi pergolakan mengenai isu-isu besar dunia seputar politik, hak asasi manusia, pelestarian alam, dan pembatas akan bergabung dalam diskusi-diskusi di Main Program UWRF, seperti Andreas Harsono, Putu Oka Sukanta, Lijia Zhang, Michael Vatikiotis, Tom Owen Edmunds, Tim Flannery, dan Step Vaessen.
UWRF juga akan kedatangan sederet wanita hebat yang berkecimpung dalam bidang sastra dan kerap menyuarakan kegelisahan feminisme dalam karya-karya mereka. Djenar Maesa Ayu, penulis kontroversial yang baru saja meluncurkan film terbarunya, hUSh, Oka Rusmini, Penulis novel Tarian Bumi yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dan Jerman, Cokorda Sawitri, pegiat teater dan penulis dengan karya-karya yang berpusar pada pemberontakan wanita, serta Intan Paramadhita, penulis fiksi Sihir Perempuan.
Tidak ketinggalan Marina Mahathir, pegiat dan penulis dari negara tetangga, Malaysia yang giat memperjuangkan isu-isu wanita dan Jhoanna Lynn B. Cruz, Penulis Filipina pertama yang menerbitkan buku kumpulan kisah cinta sesama jenis di negara tersebut.
Di tahun 2017 ini UWRF membawakan program-program khusus untuk pengembangan karier anak muda di industri seni, dengan nama Emerging Voices. Dibagi dalam empat hari, setiap harinya akan berfokus pada satu tema seputar seni yaitu desain visual, film, fotografi, fashion, musik, serta tentunya penulisan.
Mereka yang akan menjadi pembicara adalah fashion designer kebanggan Indonesia saat ini, Lulu Lutfi Labibi, fotografer Agung Parameswara, sutradara Erick Est dan Rai Pendet, komikus Ary Wicahyana, street artist Wayan Subudi, dan ilustrator Kuncir Sathya Viku, sosok di balik poster tema UWRF 2017. Sedangkan Ahmad Fuadi dan Leila S. Chudori akan membagikan ilmu mereka di bidang kepenulisan.
“Dengan bermacamnya kewarganegaraan dan latar belakang pembicara di UWRF tahun ini, maka itu menjadi bukti mengapa Dr Anita Heiss, pembicara UWRF tahun lalu, menyebut Festival ini ‘sebuah perhelatan sastra paling multikultural, beragam, dan kental akan isu-isu terkini dunia’,” ujar Founder & Director UWRF, Janet DeNeefe.
“Di saat seperti ini, saat dunia ini dikelilingi oleh kejadian-kejadian pelik yang membuat kita sebagai manusia merasa tak berdaya, sangatlah penting untuk berkumpul dan mendengar serta membuka pandangan baru sebanyak-banyaknya. Juga bersama mengingat bahwa kita semua berasal dari tempat sama, dan akan kembali ke tempat sama juga,” tambahnya. [b]