Sumber Press Release
Semesta akan selalu menawarkan beragam hal untuk digubah. Kesadaran yang memandang semua objek bisa digarap menjadi karya seni kadang membuka pikiran kita kepada wilayah kesenian yang lebih luas dan penuh kebebasan. Di sisi yang lain, siklus penciptaan itu, kadangkala diiringi rasa cemas yang menjemukan. Sehingga ada masanya untuk memilih jedah – memaknai kembali proses yang terjadi.
Begitu rupanya yang dilakukan I Made Oka, 41 tahun, perupa asal Karangasem ini akan memamerkan karyanya di Guet Gallery, Sanur pada 3 Desember 2008, hingga awal tahun mendatang. Dalam pameran tunggalnya yang pertama ini, Oka akan menggelar 30 lukisan khusus cat air yang dikerjakan melalui penjelajahan sejak 1982.
‘Transit’ menjadi pilihan thema yang mewakili gagasannya yang panjang yang dituangkan ke dalam karyanya. Hal ini diakuinya sebagai sebuah lingkar perjalanan yang runut mewarnai kehidupannya dalam berkesenian. Setelah jenuh berkencan dengan alam, ia kemudian tergugah untuk memisahkan hasil peniruan pikiran dan keseniannya untuk dupajang ke ruang publik, untuk diapresiasi yang tentu saja akan menentukan arah penjelajahan setelah transit.
Secara jujur Oka, merasa dituntut untuk memahami formulasi dari rangkaian pahit-getir yang menjadi bagian dari perjuangannya dalam berkesenian. Perupa yang nikmat melajang ini sadar bila dalam rentang waktu yang panjang, tidak mungkin bisa menyampaikan koneksitas tektik cat air yang saling mengait. Namun sapuan garis dan cipratan warna yang disajikan dengan kekhasan bisa mewakili kebebasan yang menjadi ciri dari karyanya.
Secara konseptual, dalam pameran ini tampaknya Oka melakukan segmentasi karyanya menjadi tiga bagian. Pertama, kegelisahan pikirannya terhadap keagungan alam, yang disebutnya memiliki narasi yang tak pernah habis untuk pengelolaan kreasi. Dalam bahasa ungkap yang verbal hal ini tersaji lewat lukisan pemandangan (lanskap) yang mendominasi karyanya. Yang kedua adalah persoalan urbanitas, tak luput meminang pikiran seorang Oka, karena kesehariannya memang tak jauh dari suasana seperti itu. Terakhir tampak gubahan-gubahan klasik yang transenden serupa kemuliaan Tuhan dengan pertanda tempat suci yang selalu membangun estetika.
Di samping intens melukis dengan cat air, Oka juga menggeluti cat minyak dan berunlangkali mengikuti pameran. Perjalanannya ke Eropa Januari silam, tampak telah memberikan pencitraan baru. Munculnya torehan yang lebih spontan dalam karya terakhirnya, tampaknya Oka lebih nikmat dengan berbagai tantangan dan keruwetan dalam teknik cat air. Meski demikian, ada sejumlah pertanyaan yang harus segera dijawab. Kemana arah gerak kreatif seorang Made Oka, setelah ’Transit’ di Guet Gallery? [b]