Hiruk pikuk pemilihan presiden Pilpres 2014 sudah usai.
Joko Widodo dan Jusuf Kalla sudah terpilih sebagai pemenang dalam Pilpres 2014. Mereka telah ditetapkan oleh KPU secara sah pada 22 Juli 2014.
Tensi politik yang sempat tinggi dan panas saat kampanye, saat pilpres 9 Juli sampai saat pengumuman pemenang 22 Juli, kini berangsur-angsur menurun.
Saya sebagai masyarakat pemerhati mengajak pembaca untuk mengikuti cerita mitos yang ada di balik pilpres di Indonesia berdasarkan fakta yang saya alami. Ingat ini fakta yang saya alami ya. Kenapa fakta karena berdasarkan kejadian sesungguhnya dan bukan atas mimpi-mimpi klenik, atau hasi meditasi atau bahkan khayalan saya.
Mari kita mulai.
Mitos yang saya ingin ceritakan adalah mitos “Untuk menjadi pemenang dalam Pilpres haruslah sempat mengunjungi kantor saya (BALI TV)”. Sekali lagi ini mitos berdasarkan fakta yang saya alami.
Kita mulai dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY saat awal Pemilu 2004 sempat mengunjungi kantor saya. SBY saat itu bersilaturahmi (Simakrama) dengan seluruh media yang bernaung di bawah Kelompok Media Bali Post (KMB). Dia sedang mensosilisasikan partai baru, Partai Demokrat milik SBY.
Selain itu, SBY juga membuat iklan di studio kantor saya untuk kepentingan iklan kampanye Partai Demokrat. Setelah Pemilu 2004, SBY pun maju sebagai Calon Presiden bersama JK untuk Pilpres 2004. SBY menjadi pemenang Pilpres 2004.
Megawati juga pernah mengunjungi kantor saya saat jadi presiden dan ikut Pilpres 2004. Tetapi mengapa Megawati kalah dari SBY saat itu? Mari kita tengok kunjungan Megawati.
Megawati saat berkunjung hanya sampai di wantilan (pendopo) kantor saja, sedangkan SBY masuk ke gedung utama. Aura kekuatan kemenangan ada di Gedung utama dong.. 🙂 .
Bagaimana dengan Wiranto yang juga mengunjungi kantor saya dan juga masuk ke gedung utama? Wiranto juga kalah dengan SBY pada Pilpres 2009. Mari kita lihat faktanya, Wiranto keduluan oleh SBY untuk mengunjungi kantor saya ya jadi yang mendapatkan “jatah” jelas dong yang lebih dulu. Hukum Siapa Cepat Dia Dapat. 🙂
Sekarang kita menuju ke Jokowi.
Di awal kampanye Jokowi, saya sangat berharap kalau Jokowi berkunjung ke kantor saya apalagi ada “kedekatan” partai moncong putih Bali dengan kantor saya. Ada harapan saat Jokowi berkunjung ke Bali, namun sampai Jokowi meninggalkan Bali tidak ada nongol di kantor saya. Bahkan sampai memasuki masa tenang, Jokowi tidak nongol di kantor saya.
Dalam hati sempat ragu akan kemenangan yang akan dicapai pada Pilpres 2014 ini, melihat juga kubu lawan dari Jokowi sangat “agresif” di semua media. Sampailah pada tanggal 22 Juli saat pengumuman, diumumkan oleh KPU kalau Jokowi-JK memenangi Pilpres 2014.
Saya pun bisa bernafas lega atas kemenangan ini.
Setelah itu berpikir, berarti mitos diatas tidak benar adanya. Keesokan harinya, ada teman kantor yang menulis untuk artikel di Bali Post dan posting di Twitter sebuah foto, di mana dia sedang bersalaman dengan Jokowi. Lokasi foto itu adalah kantor saya!!
Setelah mendapatkan informasi,ternyata Jokowi pernah mengunjungi kantor saya saat beliau menjadi walikota Solo untuk studi banding. Jadi mitosnya masih berlaku. 🙂
Mitos ini bukanlah hal serius, saya menulis hanya sebagai refreshing dan sekadar membuat suasana lebih adem setelah hiruk pikuk pilpres 2014 ini. Silakan, para pembaca boleh percaya, memuji, atau bahkan mencaci dan mengkritik tulisan ini. Salam Persatuan Indonesia. [b]
piala dunia nanti tak ajak timnas indonesia ke balitv biar menang worldcup 😀
Berarti Yang sring di gedung utama harusnya yg jadi presiden…hèhee