Oleh Luh De Suriyani
Penyebaran HIV di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar makin terkendali. Hasil sero survey (survei darah) terakhir pada 2008 menunjukkan kasus HIV/AIDS cenderung stabil. Menurut survey unlink anonymous itu, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Lapas hingga Januari 2009 sebanyak 14 orang, dari 200 sampel darah yang diteliti.
Sedangkan penelusuran melalui voluntary counseling and Testing (VCT) pada periode yang sama menghasilkan 10 ODHA dari 96 warga Lapas yang bersedia melakukan VCT. Tak ada tambahan kasus baru hingga Maret ini.
Data sero survey menunjukkan temuan kasus HIV/AIDS di Lapas relatif stabil tiga tahun terakhir. Temuan kasus terbanyak adalah pada 2002, yakni 40 orang atau 10 persen dari jumlah sampel.
Kemudian pada 2004, Pokja Penanggulangan AIDS Lapas melakukan intervensi pertama pencegahan dan perawatan Odha di Lapas.
Pada 2007, ditemukan 12 positif terinfeksi, lalu pada 2008 menjadi 14 orang. Ini adalah komulatif antara ODHA lama dan baru di Lapas dengan pengambilan sampel yang sama, yakni 200 orang.
Setelah ditelusuri, orang yang terinfeksi HIV menurun di kelompok injecting drug users (IDU), namun meningkat karena risiko sexual transmission.
Hal ini diungkapkan Kepala Pokja Penanggulangan AIDS di Lapas Denpasar, dr. AA Gede Hartawan, di Lapas yang kerap disebut Lapas Kerobokan itu.
“Dari 14 orang itu, hampir sebagian terinfeksi HIV karena hubungan seksual. Ini persentase terbesar sejak 2004, karena biasanya IDU selalu jauh lebih banyak,” ujarnya.
Hartawan yang juga kepala klinik Lapas memperkirakan ODHA dari sexual transmission itu adalah warga lapas yang baru masuk dan telah terinfeksi di luar Lapas.
Sementara penurunanan penularan HIV di kalangan IDU, diakui Hartawan sangat terkait dengan ntervensi program penanggulangan HIV di kalangan IDU melalui harm reduction.
“Mereka mengetahui bahwa penggunaan jarum bergantian sangat rentan menularkan HIV, serta program pemberian methadone (zat sintesis substitusi heroin),” ujarnya.
Hal ini diakui Yanuar, salah satu ODHA di Lapas. “Teman-teman pecandu sudah sangat familiar dengan cara pencegahan HIV. Program ini dijalankan secara terbuka di klinik lapas,” ujarnya.
Sayangnya, tambah Yanuar, kondisi Lapas yang sesak menyulitkan ODHA menjaga kesehatan. “Tuberkulosis saya sulit sembuh, karena dalam sel banyak yang kena TB juga,” ujarnya. [b]
http://www.thejakartapost.com/news/2009/03/23/hivaids-prevalence-prison-steady-survey.html