Teks dan foto oleh Luh De Suriyani
“Ibu adalah bupati perempuan pertama di Bali. Ibu mewakili kita semua dan menentukan bagaimana masa depan perempuan Bali dalam politik,” ujar Luh Riniti Rahayu, seorang doktor ilmu politik pada Ni Putu Eka Wiryastuti, perempuan muda Bupati Tabanan yang berusia jauh lebih muda darinya.
Dengan baju seragam cokelat khas pegawai negeri sipil, Eka menemui sejumlah aktivis perempuan di rumah jabatan bupati di Kota Tabanan, Senin siang. Ia memilih mengenakan celana panjang dibanding rok. Sudah lima bulan ini Ia resmi memimpin kabupaten penghasil beras di Bali ini bersama wakilnya I Komang Gede Sanjaya.
Riniti yang pendiri LSM perempuan, Bali Sruti ini mengatakan perempuan Bali sangat dominan di ranah domestik dan sosial kemasyarakatan namun didiskriminasi di ranah politik. “Berat sekali meyakinkan masyarakat bahwa perempuan Bali juga bisa berkiprah di pemerintahan. Anda kini bisa mengubah pandangan orang,” katanya lagi pada Eka.
Eka berjanji menjadi bupati yang lebih baik dibanding bupati lain di Bali. “Perempuan bekerja untuk kesejahteraan keluarga bukan dirinya sendiri. Ini yang saya pegang,” katanya. Walau menjadi anak bupati Tabanan sebelumnya Adi Wiryatama, Ia menyebut hingga kini masih ada kelompok yang ingi menjatuhkannya di tengah jalan.
“Saya bisa membuktikan kalau bisa dan punya konsep,” ujarnya.
Sebagai langkah awal, Ia memaparkan sejumlah program unggulannya di Tabanan. Misalnya koperasi perempuan bagi unit kegiatan kecil dan menengah, serta pemeriksaan kanker leher rahim bagi seluruh warga Tabanan secara gratis. Selain itu pengaturan zona tata ruang dan perbaikan infrastruktur.
“Persoalan dasar perempuan di Bali adalah kesehatan reproduksi dan pemberdayaan ekonomi. Seluruh puskesmas harus punya alat pemeriksaan dini kanker leher rahim dan memberikannya secara gratis,” tambah Eka yang juga pengurus daerah PDIP Bali.
Insiden kematian akibat kanker serviks di Bali adalah 150 orang per 100 ribu penduduk. Atau sekitar 5000 orang. Sebanyak 85% di antara pengidap kanker serviks meninggal karena sudah stadium invasif.
Ia juga berjanji menambah pemimpin perempuan di tingkat desa sampai kecamatan dan mengkoordinir anggota parlemen perempuan di Bali, terutama dari PDIP, parpolnya.
Dibandingkan laki-laki, profil anggota parlemen perempuan di Bali lebih baik. Misalnya dari tingkat pendidikan, latar belakang organisasi sosial, dan lainnya. Juga tidak ada kaderisasi perempuan di parpol. Menurutnya harus ada sanksi pada parpol yang tidak mengakomodir perempuan dalam kepengurusan dan kegiatan.
Dalam dua kali pemilu, jumlah anggota DPRD perempuan di Bali memang meningkat. Namun, secara keseluruhan komposisinya jauh dari lelaki. Kini, 26 orang perempuan atau hanya 9% yang terpilih dari 398 orang anggota parlemen di seluruh Bali. Jumlah ini meningkat dari 2004 sebanyak 7%.
“Jumlah ini masih sangat jauh dari banyaknya potensi yang kita punya di Bali. Ini karena parpol tidak menunjukkan dukungan yang baik pada perempuan,” ujar Luh Anggreni, aktivis perempuan. Pada 2014, jumlah parlemen perempuan diharapkan minimal 10%. Anggreni menyebut terpilihnya bupati perempuan pertama di Bali ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan gerakan dan pemberdayaan.
UU tentang parpol di Indonesia meminta tiap parpol mempertimbangkan keterwakilan perempuan 30% di parlemen tiap tingkatan. Namun kuota ini belum bisa diisi.
Prof dr Luh Ketut Suryani mengatakan jaringan perempuan Bali harus terus diperkuat. “Bukan untuk kesetaraan kedudukan saja tapi juga menciptakan keharmonisan,” ujarnya.
Buktikan saja, bahwa anda lebih baik dari Bupati yang lain. Tabanan adalah daerah yang paling parah dalam perkembangan mental dan fisik sejajar dengan Bangli dan Klungkung, mungkin akan menyusul Badung sukurnya punya kekayaan yang paling besar di Bali.
Kiprah wanita dalam politik di bali selama ini lebih banyak dipengaruhi (didukung) oleh latar belakang keluarga maupun lingkungannya, jadi belum mencerminkan kemampuan dan kemauan mereka untuk tertarik dan terjun langsung dalam dunia politik. Bukan bermaksud merendahkan, tapi kalau bukan mendapat “previlege politik” dari ayahndanya, apa bisa ibu Eka seperti saat ini.????
tiyang salut sama ibu sebagai wanita Bali pertama yang menjadi bupati,buktikan wanita Bali juga mampu berkiprah dalam bidang politik sepertijuga laki2 di Bali.
Selama ini untuk perkembangan Bali perempuan juga yang paling menentukan sayangnya hal itu selalu tertutupi oleh sisti patriaki di Bali.Maju terus bu provesiat
semua orang merasa bisa, banyak tau. tapi sedikit orang yg bisa merasa, makanya munculah comment2 yg pedas lalu jatuhnya mengkritik. sedikit pula orang yang mau mendukung jika ada ide bagus,
dukung programnya, bantu mewujudkan program tersebut, coba lah kita bercermin, kita banyakan mana memberi atau menerima? banyakan mau menerima kan …… makanya tak pernah maju, ubah pradigma lama kalau mau maju, kalau tidak mau maju tidak apa2 kok, siapapun yang pimpin pasti tidak akan maju jika warganya seperti itu. maju bu, jangan hiraukan kritik yg tak jelas. semoga tabanan sesuai apa yg ibu impikan.