Orang dengan Skizofrenia (ODS) bukan berarti gila.
Tidak ada tanda yang terlihat kasat mata pada ODS, sebab skizofrenia adalah gangguan mental yang mempengaruhi pikiran dan perilaku seseorang. ODS seringkali dianggap gila karena perubahan perilaku yang cukup drastis. Dari periang berubah menjadi penyendiri, kerap dilanda ketakutan, hingga berhenti bekerja.
Penanganan ODS tidak dapat dilakukan dengan pengobatan di rumah sakit sekali dua kali. Dokter spesialis jiwa Rai Wiguna menegaskan dukungan keluarga serta terapi yang berkelanjutan adalah hal terpenting. Banyak yang tidak paham soal ini, sehingga penanganannya terlambat.
Dalam berbagai kesempatan, Rai sering menyebutkan bahwa para ODS bukanlah orang gila. “Tapi, perlu orang-orang gila yang memfasilitasi mereka (baca: ODS).”
Rai bersama Komunitas Peduli Skizofrenia (KPSI) simpul Bali membantu para ODS agar lebih berdaya. September 2016, Rumah Berdaya resmi menjadi ruang bagi ODS berkarya sebebasnya. Meski baru berusia setahun, banyak hal yang sudah dilakukan di Rumah Berdaya. Para ODS membuat beragam karya seni difasilitasi oleh para seniman dari Ketemu Project Space.
Para ODS menggambar sekaligus menyablon desain mereka pada medium kaos. Selain itu, mereka juga memproduksi dupa, salah satu sarana dalam persembahyangan umat Hindu di Bali. Nyoman Sudiasa, koordinator Rumah Berdaya, mengungkapkan produksi dupa masih berlanjut hingga kini.
“Ada beberapa puskesmas sudah langganan,” tutur Nyoman.
Kegiatan usaha yang juga rutin dilakukan adalah jasa cuci motor. Lokasinya persis di depan Rumah Berdaya, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar. Usaha cuci motor ini tampak begitu mencolok berkat gambar kartun sebagai penanda. Beberapa bulan lalu, para ODS juga belajar memproduksi sabun dengan merek Sabarya (Sabun Rumah Berdaya).
Menurut Rai, produksi yang dikerjakan oleh para ODS di Rumah Berdaya adalah produksi anti stigma. Banyak orang menyebutkan orang dapat terkena skizofrenia karena kutukan, juga jarang sembahyang. Sebaliknya, para ODS justru memproduksi dupa agar mengajak seluruh umat rajin sembahyang. Ketika banyak yang mengatakan ODS jarang mandi, mereka justru membuat sabun.
“Kelihatannya memang banyak kegiatan. Tapi bagi kami, ini masih kurang,” ucapnya.
Yohanes K. Herdianto, Ketua KPSI simpul Bali menambahkan kegiatan tersebut adalah bagian dari terapi penyembuhan bagi ODS. Hal yang terpenting dalam kegiatan ini bukan nilai uang yang didapatkan, tapi proses mereka bekerja. Tak hanya untuk ODS, Rumah Berdaya juga menjadi ruang bagi keluarga ODS serta masyarakat umum.
“Kami berupaya mengedukasi ODS beserta keluarganya dan masyarakat yang belum mengerti tentang penanganan skizofrenia,” jelas Hendi.
Saat ini Rumah Berdaya menaungi 35 orang warga berdaya. Aktivitas harian layaknya anak sekolah dilakoni setiap hari Senin sampai Jumat. Kegiatan yang dilakukan berupa rehabilitasi, terapi aktivitas kelompok, senam gembira, memasak bersama hingga produksi barang untuk dijual. Hasil penjualan yang terkumpul digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian Rumah Berdaya.
Pameran Karya Seni ODS di #ARTOTELforHOPE
#ARTOTELforHOPE berlangsung secara serentak di ARTOTEL Jakarta, Surabaya dan Bali mulai 1 hingga 31 Desember 2017. Program tahun ini bertema ‘Harapan untuk Mental Disabilitas’, di mana ARTOTEL melakukan penggalangan dana bagi penyandang skizofrenia. Di Bali, ARTOTEL Sanur bekerja sama dengan Rumah Berdaya melaksanakan pameran karya seni ODS.
Program ini mengajak para tamu menuliskan harapannya untuk tahun yang baru, kemudian menempelkannya di Dinding Harapan (Wall of Hope) yang tersedia di lobi hotel. Pada bulan ini, ARTOTEL akan menyisihkan Rp 5.000 dari setiap transaksi kamar tamu individual.
ARTOTEL telah mengawali program ini dengan Workshop Art Therapy bagi para ODS yang dipimpin langsung oleh Art Manager ARTOTEL Group, Saffrie Effendi. Hasil karya dari pelatihan ini turut dipamerkan dan dicetak dalam bentuk kartu pos. Sebagai salah satu peserta workshop, Nyoman Sudiasa mengaku bangga dapat bertemu dengan penyandang skizofrenia lainnya melalui karya.
“Ini adalah suatu yang membanggakan bagi kami karena ARTOTEL telah mempertemukan kami dengan ODS dari luar Bali, meskipun hanya lewat karyanya saja,” tutur Nyoman.
Tak hanya ODS, ARTOTEL juga menyelenggarakan workshop serupa bagi masyarakat umum dengan tenaga pengajar Art Manager ARTOTEL Group dan praktisi psikologi. Hasil penjualan karya seni, kartu pos, workshop serta penyisihan biaya kamar akan disumbangkan ke Rumah Berdaya.
Erastus Radjimin, CEO ARTOTEL Group menjelaskan perhatian #ARTOTELforHOPE tahun ini ditujukan khusus bagi ODS. Ternyata seni merupakan terapi yang mujarab untuk membantu kesembuhan para penyandang skizofrenia. “Kami berharap mereka tidak dikucilkan, namun diajak berkarya melalui seni.” [b]
Comments 1