Sambel pemlecingan dan pelalah ini gurih sekali.
Sedikit pedas tapi banyak gurihnya. Sepiring nasi diguyur di atas ayam goreng yang diketok sampai penyet. Menu khas kota Amlapura, Karangasem ini selalu membuat ketagihan untuk datang dan menikmatinya di ujung timur Bali.
Pedagangnya juga pintar membuat ketagihan karena lauknya diisi dengan porsi sedikit, selembar ayam toktok dengan sambel yang tak juga berlebihan.
Satu porsi nasi ayam ini berisi sayur olah, nama khas Amlapura sejenis urab. Kacang panjang dan tauge direbus lalu dicampur sedikit kelapa parut berbumbu. Lalu lauk utamanya adalah ayam toktok disiram bumbu pelalah yang dibuat dari santan rebus berbumbu. Bumbunya adalah tumbukan cabe, bawang putih, kemiri, dan sedikit terasi.
Ditambah setengah sendok guyuran sambel pemlecingan, yang diramu dari cabe besar, cabe kecil, garam, dan terasi. Simpel tapi rasanya segar.
Unsur kriuk-kriuk yang melengkapi menu ini adalah kerupuk kulit ayam dan keripik kentang manis. Lengkaplah seporsi nasi campur ini.
Warungnya bernama Depot Prima Dewi. Berada di Banjar Batanha, ibukota kabupaten Karangasem. Dekat terminal yang juga menjadi pusat perdagangan.
Warung ini tak pernah terlihat kosong ketika saya beberapa kali mencoba makan di sini. Pembeli makan di tempat dan membungkus sama banyaknya. Apalagi jam makan siang. Jika makan di sana, harganya Rp 15 ribu per porsi, sementara jika dibungkus lebih murah yakni Rp 10 ribu.
Kadek Yanti adalah generasi kedua pedagangnya. Perintis warung ini adalah mertuanya Ni Nengah Wenten, 65 tahun. Perempuan ini masih cukup kuat untuk memasak semua menu sehingga rasanya masih terjaga.
Ia nampak siap sedia menyiapkan menu tambahan jika lauk habis. Menggoreng kentang kemudian mengolahnya menjadi kentang pedas manis. Atau membuat ayam toktok, yang juga menjadi ciri khas nasi hidangan di kota Amlapura.
“Pelalah dan sayur olah memang masakan masa lalu tapi masih disukai warga,” kata Yanti.
Citarasa pelalah juga nampak di menu khas Amlapura lain yakni belayag. Hanya saja ketupat belayag ini digantikan nasi putih. Gurih dan sedikit manis.
Pelalah dan pemlecingan juga ada di Lombok. Memperlihatkan interaksi dua daerah ini secara intens di Bali timur. Kampung-kampung muslim warga Lombok juga banyak tersebar di kota Amlapura dan pinggiran.
Kekerabatan lintas etnis ini juga jejak peperangan di masa lalu antara Kerajaan Karangasem dan Selaparang di Lombok. Sampai akhirnya penjajah Belanda berkuasa.
Akulturasi kebudayaan tak hanya nampak di kesenian, pakaian adat, juga makanan. Tak heran untuk menemukan citarasa Lombok Barat bisa di Karangasem dan sebaliknya. Entah siapa yang memengaruhi siapa.
Yang jelas kenikmatannya masih nyata sampai sekarang. Tak hanya enak di lidah juga merasakan nikmatnya keberagaman. Sambel pelalah dan pemlecingan hanya sedikit dari menu akulturasi lainnya di Karangasem. [b]