Oleh Arief Budiman
Minggu 6 April sore yang mendung saya menelusuri jalan menuju Sangeh untuk melihat Green School yang digagas oleh John Hardy, seorang desainer dan pengusaha jewelry yang sukses. “The school is the brainchild of John and Cynthia Hardy who wanted to make a lasting gift to the people of Bali” itu kalimat terakhir yang menerangkan Green School di Wikipedia. Green School at Kul-kul Campus begitu namanya, berada di desa Sibang Kaja, sekitar 30 km dari pusat kota Denpasar.
Memasuki areanya kita telah diberi suasana segar alam pedesaan dengan beragam bangunan dari bambu di beberapa area. Semua petugas baik security maupun petugas registrasi menyapa ramah tiap orang yang baru datang. Hari itu adalah hari “Open House” bagi sekolah ini. Yang datang 80% adalah ekspatriat dan orang asing yang berencana menyekolahkan anaknya di Green School tersebut. Dan mereka yang hadir dikelompokkan menurut grade sekolah yang akan diikuti oleh anak-anaknya, setiap kelompok dipimpin oleh seorang pemandu yang merupakan tenaga pengajar di sekolah itu.
Tour pun dimulai, pemandu menerangkan tiap detail dengan fasih pada setiap bagian sekolah seluas 6 hektar ini. Fasilitas sekolah sangat lengkap mulai dari kelas, perpustakaan, media center, arena olahraga dan yang membedakan adalah adanya learning village yaitu fasilitas dimana siswa dapat melihat , belajar dan menjadi bagian wirausaha kerajinan dan usaha kecil lainnya termasuk pengolahan coklat organic.
Di Green School ini dikembangkan juga organic premaculture yang menjadi bagian dari kurikulumnya. Belum lagi tenaga listriknya akan digerakan oleh bio gas dan innovative hydro-power vortex generator. Sirkulasi udara pada beberapa bangunan bambu di area Green School menggunakan pengaturan angin memalui terowongan tanah. tersedia juga laboratorium alam berupa kolam tempat budidaya udang juga peternakan. Arsitektur bangunan bambu yang unik dan khas mendominasi tiap fasilitas termasuk sebuah jembatan yang menghubungkan area sekolah yang luas dimana dibawahnya mengalir sungai Ayung.
Wah, mengikuti tour hingga akhir benar-benar sangat melelahkan, tapi demi membayangkan bagaimana sekolah ini digagas dan direalisasikan seperti ini menjadikan lelah tak terasa. Benar-benar puas dan inspiring. Apalagi kita disuguhi air kunir yang segar setelahnya.
Sekolah Hijau ini memang mengadopsi banyak konsep hijau dalam operasionalnya, lebih dari itu, mereka memang bercita-cita mencetak manusia yang mampu secara lengkap memiliki bekal dalam menjalani kehidupan. Sekolah yang digagas oleh kelompok internasional dengan background pendidik, environmentalis dan pebisnis ini ingin mengkombinasikan keahliannya untuk mencetak pelajar yang menjadi inspired thinkers, creative problem solvers, mengerti tentang berbagai hal dalam kehidupan, dan mampu menjadi pemimpin di dunia yang selalu berubah dan menantang ini. Pendeknya, mereka-para pelajar-akan tahu segala hal dari organic gardening hingga mendesain website, dari menjalankan bisnis kecil hingga menekan emisi karbon, menjadi orang yang membanggakan dan dapat dipercaya mengelola kehidupan dengan lebih baik di dunia yang semakin kompleks ini. Wiiiih, panjang dan mulia sekali ya cita-citanya ini.
Buat orang tua yang “berada”, tawaran ini serta merta menjadi “jawaban” bagi pendidikan untuk anak-anaknya tercinta. Orang tua mencari uang kesono kemari banting tulang buat kemajuan dan kebahagiaan anaknya bukan? Dan sudah dipastikan juga bahwa Green School akan menjadi sekolah elit yang hanya dapat dijangkau oleh mereka yang berduit saja atau yang sudah prioritas dalam hidupnya yang tertier menjadi sekunder. Orang tua mana yang mampu menyiapkan uang untuk registrasi $ 500, Uang bangunan tahunan $ 950 dan buat grade I-VI uang sekolahnya setahun $ 7.950. Itulah investasi yang diperlukan untuk jadi “hebat”.
Memang itu semua tidak menjamin. Namun memperbandingkannya dengan sistem pendidikan dasar yang ada di indonesia (yang masih banyak kurangnya ditinjau dari beberapa aspek mendasar), maka Green School ini sebuah formula yang baik. Tapi sedikit catatan selain biaya yang sangat mahal biasanya sekolah khusus (internasional) minim mengakomodasi hal yang substansi dalam pendidikan dan kehidupan bermasyarakat yaitu pendidikan budi pekerti. Tak heran banyak anak-anak yang pinter tapi kelihatan arogan dan tidak paham sopan santun.
Di sisi yang lain seharusnya keberadaan Green School menginspirasi pemerintah dan swasta membuat sekolah yang mirip namun lebih affordable dalam biaya. Saya pasti ‘ikut satu’ buat anak saya !.
Senja mulai gelap dan saya meninggalkan Green School, hanya 200 meter saja dari sana masih di jalan yang sama berdiri sebuah sekolah, SD Negeri SibangKaja. Sebuah high contrast, seperti dalam potret.
Catatan:
Sesuai pemberitahuan yang kami terima dari pihak Green School atas komentar di blog saya, berikut saya sertakan petikannya:
Kami juga ingin berbagi mengenai hal-hal diatas kepada siswa/siswi lokal/Bali dengan menyiakan bea siswa bagi mereka, sehingga diharapkan mereka dapat mengenyam & memperoleh pendidikan yg lebih baik dibandingkan apa yg mereka telah peroleh sekarang ini.
Proses untuk penyeleksian tersebut telah kami mulai, dan kami juga akan melangkah ke tahap selanjutnya dengan mengadakan sesi pemotretan, penyusunan data-data mereka yg akan diadakan pada hari Sabtu esok.
Dengan terwujudnya hal tersebut Green School bukan hanya sekolah bagi pare ekspatriate yg berduit, tapi juga bagi semua orang di seluruh dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.
Terima Kasih!
Meliana Salim
Marketing & PR Manager
Green School at the Kul-Kul Campus
Sibang Kaja, Banjar Saren
Abian Semal, Badung 80352
Bali, Indonesia
Mobile: +62 361 801 3793
Phone:+62 361 469 875
http://www.greenschool.org
ya begitualh Bli susah sekali dijaman ini mencari sekolah terbaik buat anak, saya salah satu contohnya… saya pengen menyekolahkan anak saya di sekolah dengan standart pendidikan yang tentunya baik, bilingual, kurikulum international, tapi yaaah ngga mampu dengan pembayaran yang sering kali pake $ (saya sendiri kadang bingung kita tinggal dimana karena semakin hari semakin banyak hal yang di nilai dengan $, dimanakah gerangan Rp. berada?)tapi saya juga ngga mau sekolahkan anak saya di SD biasa yang mana tiap hari saya sering melihat siswanya lebih banyak membawa sapu dan ember untuk tugas bersih bersih sekolah daripada menenteng buku dan menggali ide dari alam sekitar..
ada ide dimana sekolah yang baik dan terjangkau di denpasar?
WOOOOOOAAHEEEMMM,
Lagi ngomongin apa nih cucu cucu, bukannya dulu sekolah pekak juga sudah seperti ini…dan tidak bayar
okay mas Arif, saya setuju itu sekolah bagus, saya juga percaya sekolah-sekolah milik kita buruk dan sulit diharapkan kualitasnya. Tapi baik sekolah internasional dan dan yang buruk itu sama saja bagi saya.
Keduanya tidak memberikan “Kasih Sayang yang Tulus “, dan itu adalah hal yang terhebat bagi anak-anak saya karena hanya saya yang bisa memberikannya. Weh narcis banget ya pembelaan dirinya hehehhehehe….
Waduh bingung juga ya. Di satu sisi kita ingin anak kita belajar di sekolah yang “bagus”, namun di sisi lainnya biaya pendidikan yang semakin tinggi membuat kita terheran-heran dan harus berpikir ulang. Apa lulusannya lebih baik atau minimal setara dari orang tuanya yang sekolah di SD-SMP-SMA Negeri dengan biaya minim namun “sukses” dan survive di kemudian hari….. Wallahualam….
Gak mahal kok tapi cuma nyekek leher aja………..
Btw bali negara mana ya???kok pake dolar smua???
gak risih apa bli……
bani sekolah di kampung subak dalem ae. soal ilmu pengetahuan, teknologi yang menbawa ke rumah-rumah. saya butuh lebih banyak kesederhanaan dan empati. sekolah elit, hebat, dan mahal kadsngksla hanya prngalihan ortu sibuk unt menyerahkan anaknya ke sekolah.
wah saya termasuk yang beruntung.
anak saya bisa sekolah dengan bea siswa disini
tetapi reportnya di sekolah elit, orang tua bener bener di kontrol ketat sama para gurunya. diet makanan harus kontrol ketat, bila anak bengong dikit, ortu yang di counsel.. hebat mah tapi malu terus saya jadinya.
kalo biasanya di sekolah biasa murid sakit perut ketemu gurunya, disini orang tua yang sakit perut ketemu gurunya. anak anaknya malah seneng dan excited banget lagi.
wuih…..i love green school !!!
bner2 pngalaman menarik bisa dateng kt4 ini !!!
smua na penuh dengan bangunan bambu!!
ruang kelas nya juga menarik bgt!!
pengen lagi deh kstu….
🙂
fiuuuhhh…..( garuk2 kepala moods on)
setelah membaca pemaparan tentang sekolah hijau (gak pake daun)ini rasanya generasi kita akan bisa bersaing dan menjadi generasi yang hebat nantinya jika sistem pendidikan rata seperti program sekolah hijau daun ini.
namun jika pendidikan sudah dijadikan ajang bisnis dan untuk laporan atau modal untuk mencari dana sumbangan papasan perang sih hasilnya sama saja, komersialisai….ujung2nya akan melahirkan generasi yang “mentuhankan” meterialisme.
yang bisa menjangkau juga hanya yang punya duit dan penghasilan $ (dollar) saja, anak2 pan Kelor, men Brayut tetap aja sekolah di sekolah negeri yang hanya bawa ember dan sapu……..klo sistem pendidikan seperti itu mau dipromosikan walau tempatnya di desa, ramah lingkungan katanya dan bla…bla…bla lainya tetap saja berjarak dengan situasi dan kondisi sosial yang ada, jadi siap2 saja anak cucu kita nantinya hanya jadi satpam, tukan kebun, pelayan, OB dll(tanpa bermaksud mengecilkan arti profesi tersebut)
mudah-mudahan kita tidak menjadi tamu di rumah kita sendiri…..wake up! my Brothers and Sisters!
Suksema (Cheers)
Terimakasih artikelnya inspiratif sekali. Bagi Anda yang sedang mencari peluang usaha, Kami distributor tunggal produk bohlam triple U anti nyamuk dan serangga merk Lavender sedang mencari banyak stockis di seluruh Indonesia. Harga grossir Rp 12.000/pcs bebas ongkos kirim, minimum order seratus pcs. Produk ini biasa dijual di toko Rp 25.000/pcs. Semakin Anda ingin cepat sukses, semakin cepat Anda memesan di 0856 7368 179 take action !!!