Oleh Anton Muhajir
Tiga kali saya mencoba internet gratis di Bandara Ngurah Rai Tuban, tapi selalu saja internet itu tidak bisa dipakai.
Saya sadar ada internet gratis di bandara terbesar di Bali tersebut pertama kali pada Februari lalu. Ketika itu saya hendak ke Makassar. Ketika sedang menunggu di Gate 17 saya lihat ada tiga komputer berjejer di salah satu sisi, di seberang toko-toko souvenir. Ada dua orang yang sedang pakai komputer tersebut. Satu komputer lagi sedang mati layarnya. Tidak bisa dipakai.
Ketika salah satu di antara dua pemakai itu pergi, saya coba memakai komputer yang selesai dia pakai. Eh, ternyata tidak bisa. Meski saya bolak-balik klik perambah yang tersedia di sana, ada Mozilla Firefox dan Internet Explorer, dua-duanya bilang koneksinya tidak bisa dipakai.
Ya sudah. Saya kembali ke kursi sambil melihat orang lain yang mungkin akan memakainya. Ternyata benar. Beberapa orang yang akan memakai juga batal lalu memasang wajah agak kecewa.
Sekitar seminggu kemudian, ketika saya akan ke Jakarta pada bulan yang sama, ternyata tiga komputer itu malah tidak bisa dipakai sama sekali. Kalau pada minggu sebelumnya ada satu yang bisa online, kali sama sekali tidak.
Terakhir, Senin (20/4) lalu, ketika saya hendak ke Flores, tiga komputer itu tetap tidak bisa dipakai. Tapi kali ini agak berbeda. Kalau pada dua penerbangan sebelumnya saya ada di Gate 17, karena naiknya Garuda, maka kali ini saya di Gate 15 karena naiknya Merpati. Awalnya saya pikir internet gratis itu hanya ada di Gate 17, ternyata di Gate sini juga ada. Itu pun saya lihatnya tanpa sengaja.
Di Gate 17, internet gratis itu terlihat mencolok karena ada di dekat kursi tunggu. Di dinding depan salah satu Lounge untuk para penumpang berkelas. Kalau di Gate 15, posisi internet gratisnya agak tersembunyi. Persisnya di depan toilet di antara ruang tunggu dengan beberapa cafe di bagian lainnya.
Saya agak sumringah ketika melihat ada internet gratis juga di Gate ini. Sebab saya harus menunggu jadwal penerbangan agak lama. Saya sampai di bandara dua jam sebelum jadwal boarding. Tapi dua komputer yang hidup ternyata sedang dipakai dua pegawai bandara. Dari pakaiannya mereka adalah bagian kebersihan dan bagian boarding. Saya pikir mereka sedang online, eh, ternyata lagi asik main Freecell, permainan kartu di komputer.
Satu komputer lagi mati. Saya otak-atik mousenya, tetap saja mati. Memang komputer ini tidak bisa dipakai.
Ketika salah satu dari dua orang ini pergi, saya segera menggantikan tempatnya. Saya klik Firefox untuk buka internet, tetap saja dibilang tidak bisa. Padahal di bagian koneksi di kanan bawah tertulis bahwa ada koneksi wifi bagus. Excellent lagi. Tapi toh tetep saja tidak bisa.
“Internetnya mati?” tanya saya ke pegawai bandara yang asik main Freecell di komputer lain.
“Ya. Memang hari ini tidak bisa. Tergantung. Kadang bisa kadang tidak,” jawabnya.
Saya mundur. Duduk saja di kursi sambil menunggu orang lain menggunakan komputer yang selesai saya pakai. Seorang ibu kemudian datang dan memakai komputer itu. Tak sampai lima menit, dia lalu mundur. Sama seperti saya, kecewa.
Lalu saya coba cari internet gratis itu di Gate lain. Tiga komputer di sana ternyata patuh gen. Semua tidak bisa dipakai internetnya.
Karena sudah tiga kali mengalami tidak bisa memakai internet di sana, saya jadi berpikir bahwa semua komputer di sana memang tidak bisa dipakai terus. Lalu untuk apa ada internet gratis di sana kalau tidak bisa dipakai? [b]
Kalau gitu, aku beruntung pernah menikmati internet itu dalam keadaan baik. Setelah itu ndak pernah lagi.
Lebih enak internetan di lounge-nya Garuda. 😛