Bali berpotensi menghasilkan pegiat startup digital.
Bali adalah kawasan wisata dengan jumlah pengunjung terbanyak setiap tahun di Indonesia. Pada tahun 2016, terdapat 3,19 juta turis mancanegara terbang langsung dari negaranya menuju Bali (BPS Provinsi Bali).
Jumlah tersebut meningkat 22,76 persen dibanding tahun sebelumnya.
Potensi pariwisata Bali tentu saja mempengaruhi tingkat perekonomian kawasannya. Menurut Bank Indonesia Provinsi Bali, pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga tahun 2016 mencapai 6,17 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara nasional di angka 5,02 persen.
Sayangnya, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, jumlah penduduk miskin di sana masih mencapai angka 168,78 ribu orang atau 4,18 persen dari total populasi.
Kondisi tersebut kontradiktif dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang sedang meningkat. Dari berbagai sumber, hal itu karena penggerak ekonomi masih berpusat pada warga negara asing (WNA) yang memiliki usaha di Bali. Padahal, Pulau Dewata ini memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat setempat, salah satunya potensi industri startup digital.
Faye Scarlet Alund, President Coworking Indonesia merangkap co-founder Kumpul Coworking Space Bali, menyebutkan ekosistem startup di Bali sudah mulai terbuka dan tumbuh dibanding tahun-tahun sebelumnya. Meski jika dibanding Jakarta, Surabaya, dan Bandung, Bali masih jauh tertinggal dari sisi persentase jumlah startupnya.
“Sebenarnya dari segi resources seperti institusi pendidikan yang memadai dan menghasilkan talenta penuh skill, ketersediaan coworking space, serta pemerintah lokal dan infrastruktur juga mendukung. Namun dari segi entrepreneurship appetite masyarakatnya masih kurang,” ucap Faye.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital menargetkan Denpasar sebagai salah satu kota yang akan disambangi untuk mencari talenta-talenta muda yang akan memecahkan masalah dengan menciptakan startup digital yang sustain dan well-developed.
“Para pelaku industri startup digital Bali menyambut gembira inisiatif program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang akan hadir di Bali. Biasanya Bali tidak masuk ke radar event startup dan digital seperti ini, karena ekosistemnya belum kuat. Namun dengan adanya Gerakan Nasional 1000 Startup Digital ini bisa jadi kesempatan untuk Bali membangun ekosistem supaya lebih kuat,” jelas Faye.
Demi memaksimalkan sosialisasi, beberapa event akan digelar untuk memperkenalkan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang didukung oleh komunitas-komunitas, perguruan tinggi negeri dan swasta, serta pemerintah kota Denpasar.
“Antusiasme menyambut acara ini kita buktikan dengan curi start untuk publikasi dari awal, yang telah dimulai dari bulan September 2016,” sambung Faye yang juga berperan sebagai Koordinator Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Denpasar.
Harapan Faye setelah Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Denpasar berjalan adalah ekosistem startup digital di Bali dapat menjadi lebih kuat, entrepreneur semakin banyak, dan membantu daerah-daerah di Indonesia Tengah dan Timur untuk ikut berkembang.
“Program ini bisa mendorong banyak anak muda di Bali dan Indonesia untuk menjadi entrepreneur. Jumlah entrepreneur meningkat yang akan memberi kontribusi bagi angka entrepreneur di Indonesia, sehingga negara kita bisa maju entrepreneurshipnya.” tutupnya.
Jika kalian termasuk anak muda penggerak bangsa yang menolak terbuai oleh potensi dan ingin menciptakan solusi untuk membawa Indonesia menjadi negara besar, gerak sekarang!
Tentang Gerakan Nasional 1000 Startup Digital:
Sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia di tahun 2020 dengan mendirikan 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. Gerakan ini berlangsung di 10 kota Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Malang, Pontianak, Makassar, Medan dan Denpasar.
Teks oleh Rizky Kurniawan Suhyar, Public Relations Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Sumber foto dari laman Facebook Kumpul Coworking Space. [b]