Oleh Anton Muhajir
Ribuan pohon cokelat di Bali timur diserang hama uret (Phyllophaga helera Brsk) yang oleh warga setempat disebut gayas. Selain pada pohon cokelat, hama berbentuk larva itu juga menyerang durian, ketela rambat, dan pohon albesia. Akibatnya petani mengaku rugi hingga ratusan juta.
Serangan gayas itu paling banyak terjadi pada tanaman coklat petani di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali timur. Di daerah tidak jauh dari Gunung Agung Karangasem itu gayas menyerang sejak dua bulan terakhir. Gayas itu dengan mudah ditemukan di tanah di bawah tanaman petani. Bagian yang diserang tanaman ini paling banyak adalah akar tanaman selain juga pohon dan daun.
Serangan gayas itu, misalnya, terjadi di pohon cokelat milik I Made Rai, 67 tahun. Menurut bapak empat anak ini gayas menyerang sekitar 200 pohon dari sekitar 500 pohon cokelat miliknya yang ditandai dengan pohon menguning, daun mengering, lalu pohon itu mati.
Ketua Kelompok Tani Ancut di Desa Pidpid Wayan Gemuk, 42 tahun, mengatakan hama gayas sebenarnya selalu terjadi tiap tahun menjelang musim kemarau. Namun sejak lima tahun terakhir, populasi gayas itu terlalu banyak. “Karena itu pohon yang dimakan oleh gayas pun semakin banyak,” katanya. Gemuk menambahkan bahwa sekitar 25 are pohon albesia miliknya pun diserang gayas dengan cara yang sama pada pohon lain. Menurut Gemuk ada sekitar 45 petani yang tanamannya terserang gayas tersebut.
Selain pohon cokelat dan pohon albesia, tanaman lain yang diserang gayas adalah ketela rambat. Selasa (5/6) lalu misalnya umbi-umbi ketela pohon petani setempat yang dicabut hanya tinggal separuh. Padahal hanya ada satu gayas yang memakan ketela rambat itu.
Menurut Gemuk, serangan gayas pada pohon terjadi tidak hanya di Desa Pidpid tapi juga di desa-desa lain di sekitar desa tersebut. Bahkan, serangan itu juga terjadi pada areal petani di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng yang memang berbatasan dengan Kecamatan Abang, Karangasem. Dua kecamatan ini selama ini dikenal sebagai daerah kering karena sulitnya petani mendapatkan air. Karena itu petani setempat lebih banyak menanam tanaman umur panjang seperti coklat.
Sementara itu Luh Kartini, Dosen Fakultas Pertanian Univeristas Udayana Bali yang datang ke lokasi itu memperkirakan maraknya serangan gayas di petani setempat akibat makin berkurangnya kadar organik di perkebunan mereka. “Biasanya gayas menyerang karena di areal itu kadar organiknya makin berkurang akibat pemakaian bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida untuk bertani,” kata Kartini. Ketua Bali Organic Assosiation (BOA) tersebut membenarkan bahwa serangan gayas juga terjadi di daerah lain di Bali timur. Karena itu, menurutnya, petani setempat perlu memperbanyak penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang untuk bertani. [+++]