Oleh Luh De Suriyani
Beberapa kali hilir mudik di Jalan Teuku Umar Denpasar, mata saya selalu tertumbuk pada bilboard Flo. Saya baca tulisannya, Fashion, Lounge and Resto. Artinya ada tempat makan di sana, di balik toko baju itu.
Tapi saya tidak menemukan jejak resto di depan gedung yang menarik perhatian untuk mengunjunginya. Penampilan depan, seperti kebanyakan toko atau butik baju. Tidak ada (sepertinya) sesuatu yang spesial di dalam. Kalau di istilah jurnalistik itu ada cantelan (lead) yang mampu memprovokasi pikiran.
Sampai kemudian, saya bulatkan tekad untuk mencoba melongok ke dalam Flo. Habis parkir motor, saya langsung masuk ke toko bajunya. Lumayan rame. Bajunya juga lumayan banyak variannya. Misalnya yang terbaru itu aneka baju batik casual dan gaul yang lagi hip. Tentu lebih banyak model di Pasar Beringharjo, Jogja, karena kemaren baru dari sana.
Nah, sampai di pintu masuk resto, saya mulai merasa aneh. Lho, di belakang kok bisa kaya gini? Kontras dengan toko bajunya. Ciamik tata ruangnya. Kebun dengan hamparan kolam (sayangnya airnya hijau, katanya kontrol air rusak) dan ada dome kecil yang bisa jadi tempat diskusi asik. Tempat duduknya cukup untuk sekitar 50 orang.
Kalau standing party, menurut Omar, pengelolanya, bisa nampung 400 orang. Sejuk, sunyi, dan kebisingan di luar jadi lenyap. Kalaupun di dalam resto setengah kursi terisi, saya pikir tidak menjadi ramai karena jarak antar meja makan cukup jauh, dan ada tirai-tirai tumbuhan yang memperpendek jarak pandang.
Menu makan dan minumannya banyak dan sangat variatif. Harganya kompetitif dengan resto-resto sejenis macam Bendega, Baruna, Amsterdam, dan lainnya. Satu yang membuat ingin datang kesana lagi adalah pelayanan yang cepat, rasa makanan yang memenuhi, penyajian, dan suasananya yang cukup bersahabat.
Oya, menu makanan baru asik yang saya dapat tanpa sengaja adalah mushroom button. Ini jamur kancing besar yang dibalut tepung roti kasar. Harganya Rp 12.000 sepiring. Enak banget. Garing di di luar (tanpa sisa minyak di tangan) dan juicy di dalam.
Tentu Flo akan masuk dalam rekomendasi saya, merujuk kesan pertama saya. Tetapi…. Saya bilang ke pemiliknya, saya berani rekomen kalau akses internetnya jadi gratis. Soalnya waktu kemarin ke sana, pengelola masih charge hotspot sekitar Rp 20 ribu per 2 jam. Menurut Omar karena Flo beli sambungan internetnya mahal banget.
Kami sempat berdiskusi soal servis internet gratis yang bahkan diberikan kaki lima di Jogja. Beginilah gaya hidup kini. Komoditas baru. Malah orang biasanya kerap tak melirik menu tapi tergiur tulisan free hotspot. Nah, kalau Flo bisa memberikan free hotspot plus makanan dan tempat yang asik, kan jadi komplit. Hohoho… [b]
hmmm.. interesting, selalu pengen mampir kesana juga nih. coba ah 😀
hmm.. kebetulan abis acara ulang tahun balebengong tadi aku cari bluetooth device di sebelah flo jadi mampir sekalian di flo. bukan yang pertama kalinya, tapi kali ini lumayan kaget melihat keadaannya yang sangat berbeda dibanding waktu terakhir aku ke sana, mmmm…, tahun lalu.
gerai-gerai yang dulunya memamerkan contoh makanan yang dijual dan tempat makanan tersebut disiapkan pada kosong (aku sampai nanya ke waiternya apakah flo masih buka ato tidak saking kosong dan sepinya). air kolam cethek dan ijo sekali, sampai tidak tega melihat ikan-ikan pada berenang dengan sebagian badan terlihat di luar air (kata waiternya sih memang sengaja airnya dicetheki biar ikannya keliatan, halah!) dan ada sampah yang mengambang di airnya. waktu aku datang ada 2 anak kecil sedang melempar-lempar sesuatu ke kolam yang kemudian aku ketahui mereka melempar batu-batu kecil ke kolam, dan bandelnya, menyasar pada ikan-ikan itu. kontan aku bilang ke mereka, kasian ikan-ikannya bla bla.. karena orang tua mereka tidak memperhatikan dan staf flo pada cuek semua ikannya dilempari batu!
tentang hotspot, ini memang barang baru, karena sampai terakhir kalinya aku ke sana belum ada. tapi, ehm, waktu aku tanya waiter tentang akses hotspot tersebut, dia bilang harus beli voucher dan harganya 30 ribu untuk dua jam (masa sih dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu harganya udah dinaikkan 10 ribu, padahal sudah disarankan untuk provide free hotspot, kan! ato mungkin ada kekeliruan pendengaran antara aku ato luh de).
sayang memang. flo mestinya bisa jadi tempat nongkrong yang enak andaikata dikelola dengan baik (dengan SDM yang dibekali dengan manner kerja yang lebih baik – tadi sempat sangat terganggu saat sedang menelpon ditimpa oleh suara meja kursi yang diseret-seret (bukannya diangkat!) para waiter yang sedang menata ruang dome. huh!
di flo menu makanan cukup variatif, dari yang jenis nasi, mi sampai ke steak. harganya juga tidak terlalu mahal. rasa makanan juga lumayan (tadi makan rawon yang rasanya memang seperti rawon jawa hehehe). irish coffee masih seharga 25 ribu, meskipun buat aku whisky-nya sangat tidak terasa (big grin!)
dulu, pas kondisinya masih bagus, malah sempat ajak teman-teman arisan di sana. untuk sekarang, terus terang jadi males. terutama karena sangat tidak tega melihat para ikan yang tidak terendam seluruhnya dalam air!
saya menanggapi sedikit dari egamadona
terima kasih atas masukan nya untuk waiter dan saya akan mencoba untuk lebih ketat dalam menyapa konsumen, dan dalam berperilaku di hadapan konsumen. untuk makanan yang kosong, memang kita tutup untuk masakan jawanya dan sedang akan direnovasi untuk dijadikan gallery lukisan. untuk masalah hotspot memang dari awal saya ada hotspot diharga 30.000 rupiah dan saya minta maaf yang sebesar besarnya untuk jawaban waiter saya tentang kolam, kolam tersebut memang sedang mengalami kerusakan pada filternya dan kita sedang berusaha untuk mencarikan filter sejenis.
untuk menu saya terima kasih sekali atas masukannya, sekarang saya mengeluarkan menu dengan nama steak vaganza yang harganya berkisar Rp. 9000++ dan 12000++