Masih banyak kesalahpahaman tentang ikan.
Padahal, ikan akrab dalam keseharian kita. Sebagai teman di laut lepas maupun hidangan di meja makan. Apa saja informasi tentang ikan yang perlu kita tahu itu? Berikut ini empat fakta di antara banyak fakta tentang ikan yang perlu kita tahu.
1. Lumba-lumba dan Paus Bukanlah Ikan
Pada saat mengajar bersama @1000_guru_bali di SDN 1 Terunyan, awal bulan Februari 2017, saya membawa beberapa poster ikan. Saya berniat membagikannya kepada para murid. Memasyarakatkan ilmu ikan sedari dini.
Daripada membagikannya secara percuma, saya ingin membangkitkan minat para murid dengan meminta mereka menyebutkan lima nama ikan yang mereka tahu. Ada dua orang adik yang memberanikan diri. Adi dan Astuti.
Dari nama-nama ikan yang mereka sebutkan, tersebutlah “ikan” paus dan “ikan” lumba-lumba. Ikhlas-gak ikhlas, rela-gak rela tetapi ya sudahlah. Paus dan lumba-lumba dianggap sebagai ikan sudah sangat biasa. Apalagi mereka masih anak-anak. Poster lalu saya berikan ke Adi dan Astuti.
Jadi begini faktanya: paus dan lumba-lumba bukanlah ikan. Demikian juga duyung, pesut, dan manate. Mereka semua adalah mamalia akuatik. Ya, mamalia.
Secara kekerabatan, mereka itu lebih dekat dengan manusia daripada ikan. Mereka menyusui anaknya; mereka berdarah panas; dan mereka bernafas dengan paru-paru. Secara berkala mereka tetap harus ke permukaan untuk menghirup udara.
Sebenarnya, secara visual gampang kok membedakan ikan dan mamalia akuatik. Lihat saja sirip ekornya. Sirip ekor ikan mengarah vertikal. Sementara itu, sirip ekor mamalia akuatik mengarah horizontal. Nah, sekarang sudah bisakan membedakan ikan dan mamalia akuatik dari penampakan tubuhnya?
2. Dunia ikan juga mengenal penjajah
Besoknya, sehari setelah saya mengajar, saya mengunjungi Kuburan Terunyan. Di sekitar wilayah tersebut, saya melihat bebeberapa orang sedang memancing. Seperti biasanya, jika melihat ada orang yang mancing, saya sempatkan untuk menghampiri. Apalagi jika memancing di air tawar. Saya selalu penasaran dengan hasilnya.
Saya memang pernah diberitahu oleh rekan sesama peneliti bahwa di Danau Batur terindikasi ada ikan yang berpotensi sebagai penjajah. Tetapi saya tidak tahu kalau ternyata ikannya adalah ikan oskar (Amphilophus sp.). Si elok berwarna kuning cerah, namun berbahaya bagi keanekaragaman sumber daya ikan asli.
Ikan ini masuk dalam keluarga ikan siklid. Sebenarnya, kelompok ikan ini berasal dari Afrika atau Amerika Selatan. Tesis saya tentang ikan oskar di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Empat publikasi nasional sudah terbit. Kesimpulannya sama: dari aspek biolologinya, ikan ini sangat berpotensi menjadi penjajah yang unggul. Relungnya yang luas dan sifat reproduksinya membuat ikan ini tahan banting dan mengganggu. Tangkapan di Waduk Jatiluhur didominasi ikan oskar.
Rasanya masih gak rela ketemu dia di Danau Batur. Halo oskar, aku tahu bukan kamu yang meminta ada di sana. Salah kami, manusia, yang membawamu masuk. Namun, tolong jangan berkembang terlalu cepat. Aku tak mau Batur akhirnya kau dominasi (juga).
3. Mengerami telur di mulut
Masih membicarakan tentang ikan siklid. Namun, sekarang bukan tentang penjajahan melainkan tentang keunikannya salah satu anggotanya. Sebagai vertebrata yang paling banyak jenis spesiesnya, banyak sekali hal-hal mengagumkan yang kita temui pada siklus hidup ikan. Termasuk reproduksinya.
Satu dari antara sekian banyak keunikan itu adalah beberapa spesies ikan melalukan mouthbrooder atau “mengerami” telurnya di dalam mulut. “Pengeraman” ini bertujuan untuk menjaga anak-anaknya dari predator dan memperbesar peluang bagi telur-telurnya bisa menetas lebih banyak.
Salah jenis ikan yang mempraktikan mouthbrooder ini adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus). Proses reproduksi dimulai pada saat si jantan mengajak ikan betina kawin dengan cara mengundangnya ke sarang yang terlebih dahulu disiapkan oleh si jantan.
Mujair betina kemudian memijah (mengeluarkan gamet berupa telur) di sarang tersebut. Telur-telur itu lalu dibuahi oleh mujair jantan dengan cara menyemprotkan sperma ke sarang yang telah terisi telur.
Mujair betina kemudian akan menyimpan telur-telur yang telah dibuahi tersebut di dalam mulut hingga menetas. Penetasan memakan waktu sekitar 3-5 hari setelah dibuahi. Setelah menetas, larva-larva ikan akan tetap berada di dalam mulut ibunya hingga sekitar dua minggu sampai mereka dapat hidup mandiri. Nah, selama menjaga anak di dalam mulutnya, ikan mujair betina akan jarang makan. Inilah yang disebut sebagai pengorbanan seorang (lebih tepatnya seekor sih) ibu.
4. Nemo yang merahasiakan kisahnya
Apakah hal yang unik dari reproduksi ikan cuma tentang pengeraman telur di mulut? Tentu saja tidak. Pada bagian ini, saya mau bercerita tentang film animasi ikan yang sangat populer. Sebagian besar dari kita pasti tahu “Finding Nemo” atau bahkan sudah menontonnya. Film animasi yang menceritakan tentang seekor ayah ikan yang mencari anaknya ini dirilis pada tahun 2003 dan sukses. Namun, ada sesuatu yang dirahasiakan dalam film ini.
Bahwa… dalam kehidupan sebenarnya di laut, seharusnya sang ayah sudah berubah menjadi sang ibu.
KOK BISA?
Ikan badut atau ikan giru yang saat ini lebih dikenal sebagai ikan nemo adalah ikan yang membentuk kawanan dalam hierarki sosial yang ketat. Kawanan ini terdiri atas ikan betina, ikan jantan yang merupakan pasangan sang betina dan ikan-ikan jantan muda lainnya.
Pada saat masih muda, seluruh ikan badut adalah ikan jantan. Hanya ada satu ekor ikan betina dalam kawanan. Apabila ikan betina ini mati atau menghilang, maka ikan jantan yang merupakan pasangan si betina akan berganti kelamin menjadi ikan betina. Jantan muda terbesar dalam kawanan itu kemudian akan mendapatkan “promosi” menjadi pasangan si betina dan bertugas untuk membuahi.
Kembali ke cerita Nemo, sang ayah yang diceritakan sedang mencari anaknya mungkin sebenarnya tidaklah lagi seorang jantan melainkan sudah berubah menjadi betina. Dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakannya kepada Nemo. [b]