Ratusan siswa dan muda-mudi Desa Yehembang Kauh belajar di Hutan Bali Barat. Sebagai masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, memahami pentingnya peran hutan sangatlah penting.
Proses edukasi tersebut berlangsung di Hutan Belajar yang telah diresmikan pertengahan Maret silam. Kegiatan yang diberi nama Eduforest Study Camping ini menjadi langkah awal memahami hutan untuk keberlanjutannya. “Tujuan dari kegiatan Educamp ini sebagai pengenalan hutan belajar kepada anak sekolah dan muda-mudi di Desa Yehembang Kauh,” kata Putu Bawa sebagai penyelenggara dari Yayasan IDEP Selaras Alam.
Para tunas muda Desa Yehembang Kauh akan belajar memahami hutan melalui tracking, games, dan diskusi. Mengingat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, ratusan siswa ini akan dibagi pada setiap sesi. Wahyu bersama panitia Educamp 2021 lainnya memutuskan untuk membagi kegiatan selama tiga hari.
Peserta yang terlibat mengikuti satu sesi, maka masing-masing peserta setiap sesinya akan berbeda. Kegiatan berlangsung dari17-19 Mei ini mengundang peserta dari SDN 1, 2, 3, 4, dan 5 Yehembang Kauh, seluruh siswa SMP, dan Seka Truna Truni (STT) yang berada di desa Yehembang yang bermakna “berlimpah air” ini.
Khusus hari pertama, kegiatan dibagi menjadi tiga sesi yaitu diskusi para stakeholders Desa Yehembang Kauh terkait upaya keberlanjutan Hutan Belajar, games ular tangga yang membahas tentang konservasi hutan dan permakultur, serta penjelajahan Hutan Belajar. Hari berikutnya dengan peserta yang berbeda, mereka akan diajak untuk menjelajahi hutan, anak-anak sekolah akan bermain games, dan muda-mudi setempat akan diajak berdiskusi tentang keberlanjutan hutan di lingkungan mereka.
Menjelajahi Hutan Belajar
Tepat pukul 08.00 wita, peserta dari SDN 4 dan 5 Yehembang Kauh tiba di Hutan Belajar. Para siswa pun dijemput dengan transportasi yang telah disediakan panitia. Setiap sekolah mengajak 25 siswa sebagai perwakilan.
Selain siswa sekolah dasar, para pemangku kepentingan seperti Kepala Desa, Camat, UPTD KPH Bali Barat, Kelompok Tani Hutan (KTH), hingga Destana (Desa Tangguh Bencana) di Desa Yehembang Kauh juga menghadiri pembukaan Eduforest Study Camping. Peserta dan undangan yang hadir diwajibkan menggunakan masker medis dan mencuci tangan terlebih dahulu. Segala sarana protokol kesehatan juga telah disediakan.
Kegiatan dibuka oleh Kepala Desa Yehembang Kauh dan para peserta mulai didampingi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unud untuk menyusuri Hutan Belajar. Kelompok mahasiswa yang bernama Wanaprastha Dharma ini sebelumnya telah melakukan analisis vegetasi di Hutan Belajar, sehingga telah mengetahui flora dan fauna yang ada di dalamnya.
Sebagai fasilitator, Mapala Unud menjelaskan tentang nama tanaman dan fungsinya di hutan. Beberapa peserta pun mulai mencatat dan bertanya tentang peran tanaman-tanaman yang mereka temui. “Dengan tracking ini, peserta diajak mengetahui flora dan fauna endemik di Hutan Bali Barat dan apa yang terjadi bila hutan ini rusak,” ungkap Wahyu panitia Eduforest Study Camping.
Tidak hanya flora yang ditemui peserta, dengan bantuan teropong, mereka juga bisa melihat burung endemik Bali Barat. Saat itu pun, Mapala Unud menjelaskan tentang tumbuhan kwanitan yang menjadi rumah bagi burung-burung endemik Jembrana.
Selain sebagai pencegah tanah longsor maupun banjir bandang, peserta jadi mengetahui peran tanaman-tanaman di Hutan Bali Barat sebagai rumah bagi berbagai jenis fauna endemik. Pengetahuan baru ini mengantarkan peserta ke proses pembibitan tanaman endemik Jembrana.
Sebelumnya Yayasan IDEP Selaras Alam, Base Bali, Destana, dan KTH Desa Yehembang Kauh telah membangun rumah pembibitan bagi tanaman endemik Jembrana. Rumah pembibitan ini pun menjadi media pembelajaran bagi siswa untuk mengetahui upaya konservasi dan pengembangbiakan tanaman seperti Kwanitan, Kemiri, Pala Bali, hingga Klerek.
Bermain Sambil Memahami Hutan
Setelah belajar dan menjelajah hutan, peserta diajak mengingat kembali apa yang telah mereka peroleh di Hutan Belajar melalui games ular tangga. Permainan ini membahas tentang pentingnya konservasi hutan, permakultur, dan bencana yang terjadi jika hutan dirusak.
Setiap langkah di permainan ini akan menjelaskan tentang fungsi dan aktivitas di hutan. Dimulai dari tangga yang bisa didapat ketika upaya konservasi seperti reboisasi dilakukan. Ataupun tindakan penembangan hutan secara serampangan yang berdampak pada degradasi hutan. Permasalahan ini dicerminkan dari menurunnya langkah peserta melalui ular.
Peserta bermain ular tangga tentang konservasi dan keberadaan hutan
Permainan ular tangga ini terdiri dari tiga jenis dengan materi yang berbeda-beda. Setelah satu jenis terpecahkan, peserta langsung mengambil jenis lainnya. Mereka mulai tertantang untuk melanjutkan ke kotak selanjutnya dan dibawa pada pengetahuan-pengetahuan baru tentang alam. Setiap dadu yang berputar mengantar mereka pada informasi dan upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga alam dan hutan.
Bicara Tentang Hutan dan Masa Depannya
Disamping bermain sambil belajar, Educamp kali ini juga mengajak para pemangku kepentingan dan muda-mudi di Desa Yehembang Kauh untuk bersama-sama mendiskusikan tentang keberlanjutan Hutan Belajar. Para muda-mudi juga diajak untuk menjelajahi kawasan hutan belajar. Meskipun mereka telah mengetahui keberadaan hutan di lingkungannya, namun masih banyak jenis flora dan fauna yang belum diketahui. “Senang bisa mengenal hutan, dulu yang ada di hutan belum semua tahu, sekarang bisa tanya-tanya di Hutan Belajar,” tutur Cista, pemudi dari STT Bhuana Sentana.
Diskusi antar stakeholder terkait keberlanjutan Hutan Belajar
Keterlibatan STT sama pentingnya dengan keterlibatan komunitas lainnya di Desa Yehembang Kauh. Untuk itu, pemuda dan pemudi desa diundang untuk berdiskusi bersama tentang upaya pencegahan dan mitigasi bencana melalui konservasi alam. “Kami merasa mereka bisa diajak ngobrol bersama tentang mau dibawa kemana hutan ini, seperti dulu atau sama-sama menjaga dan memanfaatkan hasil hutan secara bijak,” harap Wahyu sambil memandang hutan yang dijadikan sebagai media pembelajaran ini.
Besar harapan Wahyu juga agar nantinya Hutan Belajar dapat terus menjadi tempat untuk belajar dan mengajar. Belajar dari alam dan mengajar teman-teman tentang pentingnya peran hutan bagi segala lini kehidupan. Keberlanjutan Hutan Belajar juga diharapkan oleh para pemangku kepentingan. Mereka yang menghadiri sesi Evaluasi & Komitmen Program seperti UPTD KPH Bali Barat, Kepala Desa Yehembang Kauh, Destana, KTH, dan para guru-guru di SD dan SMP Yehembang Kauh bersama-sama mendiskusikan tentang langkah yang bisa dilakukan untuk kedepannya.
Kehadiran Hutan Belajar yang baru diresmikan pada 21 Maret 2021 ini telah memberikan pemahaman baru baik bagi warga sekitar maupun luar desa. Metode pelestarian yang ditawarkan Hutan Belajar telah menyatukan berbagai elemen masyarakat untuk menjaga hutan Bali Barat. “Kehadiran hutan belajar ini telah memberikan penyadaran baru bagi masyarakat tentang pengelolaan kawasan yang baik, tanpa mengurangi manfaat secara pribadi,” ujar perwakilan dari UPTD KPH Bali Barat.
Besarnya peran Hutan Belajar juga menjadi upaya IDEP dalam mewujudkan Desa Yehembang Kauh yang tangguh. Dimulai dari pembentukan Destana pada tahun 2020, hingga penyusunan peta bencana yang telah disebarkan pada masing-masing dusun dan titik-titik kumpul warga.
Untuk itu, Hutan Belajar selanjutnya akan dikelola oleh Destana yang juga akan melibatkan kelompok lainnya seperti STT dan KTH. “Nantinya Hutan Belajar ini akan dikelola Destana sebagai upaya mitigasi bencana, karena ketika hutan terjaga, sumber-sumber air juga akan terjaga,” ungkap Putu Bawa yang telah mengupayakan konservasi ini bersama Base Bali dan Yayasan IDEP.